Total Tayangan Halaman

Selasa, 31 Januari 2012

TIKI-TAKA BARCELONA MEMBOSANKAN?

"Dulu saya sangat senang melihat permainan Barcelona di akhir pekan, tetapi sekarang hal yang sama terjadi setiap pekan, mereka melibas semuanya, enam atau tujuh gol, Lionel Messi mencetak hat-trick setiap pekan. Saya bosan. Mereka terlalu bagus, saya bosan," ungkap Gelandang veteran Manchester United Paul Scholes Scholes kepada The Daily Mail.
Mungkin apa yang dirasakan Scholes juga dirasakan oleh sebagian orang yang terbiasa melihat permainan Barcelona dalam melibas lawan-lawannya. Cara Azulgrana mengolah si kulit bundar cukup unik dan menarik, sebab sampai saat ini belum ada klub di dunia yang mampu menyamai gaya permainan tim dari Catalan tersebut.
Kadang gaya permainannya yang kelihatan monoton membuat sebagian orang bosan. Tetapi, tidak bagi saya. Menurut saya permainan FC Barcelona mengandung suatu seni sepakbola kelas tinggi. Anggapan saya bahwa yang namanya sepakbola tidak hanya mengalahkan lawan dengan membuat gol sebanyak-banyaknya. Permainan atau tak-tik sebuah tim sepakbola juga menjadi unsur penting dalam keindahan suatu laga.
Tiki-taka Barcelona yang dipraktekkan oleh Leonel Mesi dan kawan-kawan di lapangan hijau ibarat sebuah tarian yang dibawakan oleh seorang penari profesional di atas panggung. Gerakan yang sangat gemulai seorang penari profesional membuat tarian menjadi terlihat indah dan eksotik, sehingga sedap untuk ditonton. Begitu pula dengan tarian tiki-taka yang dipertontonkan oleh Barcelona membuat setiap permainannya selalu sedap untuk ditonton.
Itu menurut saya. Bagaimana menurut anda?

SEJARAH MENTALITAS

Suatu sistem nilai-budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi, yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Karena itu, suatu sistem nilai-budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sistem-sistem tata kelakuan manusia lain yang tingkatnya lebih konkret, seperti aturan-aturan khusus, hukum dan norma-norma, semuanya juga berpedoman kepada sistem nilai-budaya itu.
Sebagai bagian dari adat-istiadat dan wujud ideal dari kebudayaan, sistem nilai-budaya seolah-olah berada di luar dan di atas diri para individu yang menjadi warga masyarakat yang bersangkutan. Para individu itu sejak kecil telah diresapi dengan nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakatnya sehingga konsepsi-konsepsi itu sejak lama telah berakar dalam alam jiwa mereka. Itulah sebabnya nilai-nilai budaya sukar diganti dengan nilai-nilai budaya lain dalam waktu singkat.
Istilah kedua, ialah sikap mental, walaupun sering dikacaukan dengan istilah sistem nilai-budaya, sebenarnya mempunyai arti yang samasekali berlainan. Konsep sistem nilai-budaya atau cultur value system itu banyak dipakai dalam ilmu-ilmu sosial, yang terutama terfokus dalam kebudayaan dan masyarakat, dan baru secara sekunder kepada  manusia sebagai individu dalam masyarakat.
Sebaliknya, sikap mental atau attitude itu, banyak diapaki dalam ilmu psikologi, yang terutama memfokus pada individu dan baru secara sekunder kepada kebudayaan dan masyarakat yang merupakan dari lingkungan dari individu. Suatu sikap adalah suatu disposisi atau keadaan mental di dalam jiwa dan diri seorang individu untuk bereaksi terhadap lingkungannya (baik lingkungan manusia atau masyarakatnya, baik lingkungan alamiahnya maupun lingkungan fisiknya).
Walaupun berada di dalam diri seorang individu, sikap itu biasanya toh juga dipengaruhi oleh nilai budaya dan sering juga bersumber kepada sistem nilai-budaya  yang ada di dalam lingkungan masyarakat dan mempengaruhi seorang individu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Istilah ketiga, ialah mentalitas, bukan istilah buat suatu konsep ilmiah dengan suatu arti yang ketat. Istilah itu adalah istilah sehari-hari dan biasanya diartikan sebagai : Keseluruhan dari isi serta kemampuan alam pikiran dan alam jiwa manusia dalam hal menanggapi lingkungannya. Pokoknya, istilah itu mengenai sistem nilai-budaya maupun sikap mental, dan bisa kita pakai kalau kita membicarakan kedua hal tersebut, tanpa maksud untuk secara ketat mengkhusus terhadap salah satu dari keduanya.
Contoh dari suatu sikap yang biasanya hanya ada pada individu-individu tertentu saja, adalah misalnya sikap congkak dalam hal menanggapi orang lain yang berkedudukan sebagai bawahan, atau orang yang bersifat kurang dan lemah secara fisik, mental dan material. Dasarnya adalah mungkin sikap congkap seperti pada sikap di atas, tapi kemudian sikap ini terpengaruh  yang menganggap bahwa mencapai kedudukan tinggi dimana orang dapat dilayani orang lain, menjadi tujuan utama yang memberi arti kepada segala usaha dari karya manusia dalam hidupnya.
Dalam bagian dari nilai-budaya muncullah konsep sejarah intelektual (Intellectual History) atau sama dengan New History yang digagas oleh Perry Miller. Lain lagi pemikiran yang digagas oleh Robert Darnton tentang Intellectual History, dalam pemikirannya Intellectual History dibagi menjadi 4, yaitu :
a)      Sejarah Pemikiran (ideas), yakni studi filsafat
b)      Sejarah Intelektual (studi tentang informal, pendapat, gerakan pendidikan)
c)      Sejarah Sosial tentang ideology
d)     Sejarah cultural/sejarah kebudayaan seperti istilah antropologi meliputi pandangan hidup dan mentalitas kolektif.
Jadi dalam pendapat Robert Darnton Intellectual history meliputi keseluruhan bentuk pemikiran yang obyeknya agak berbeda dengan sejarah social dan sejarah ekonomi.
            Konsep di atas mendapat kritikan dari Febvre dengan memunculkan Sejarah Mentalitas. Bahkan Lucian Febvre disebut sebagai pelopor Sejarah Mentalitas. Menurut Febvre  langkah yang tepat dalam analisa sejarah adalah model penelusuran/pendeskripsian of faits de mentalite (keyakinan mentalitas).
Kritik terhadap sejarah intelektual mengarah pada dua kesalahan, yakni :
a.       Sejarah Intelektual memisahkan ide/atau pemikiran atau system pemikiran dari kondisi ide tersebut oleh karena itu memisahkannya dari bentuk kehidupan social nyata.
b.      Sejarah Intelektual membentuk suatu abstraksi umum yang tak terbatas/tak tergantung tempat dan waktu.
Mengapa Lucian Febvre disebut sebagai pelopor sejarah mentalitas? Lucian Febvre menjadi pelopor sejarah mentalitas karena dia mengemukakan pendapatnya tentang Spirit of the Time atau mental habits atau mental equipment. Inilah merupakan pendekatan baru yang perlu diterapkan dalam sejarah intelektual. Maka Febvre disebut sebagai pelopor Sejarah Mentalitas.
Obyek dari sejrah mentalitas adalah Kehidupan Kolektif, terdiri dari :
·         Sistem nilai atau mencakup sikap mental
·         Kebiasaan atau automatis repetitive : jiwa kolektif suatu peradaban
·         Mental kolektif berupa kekuatan ide
Selain itu Sejarah mentalitas juga memerlukan konsep. Konsep sejarah mentalitas mencakup sistem nilai (value system) yakni wujud yang paling abstrak dari kebudayaan dan sikap mental (mental attitude yang bersifat individual) atau predisposisi seseorang dalam menanggapi lingkungan/obyek yang memiliki kecenderungan untuk bertindak.
Kemudian dilakukan analisis terpadu sehingga mengahasilkan factor-faktor mendasar seperti mentalitas kolektif masyarakat saat itu yang mencakup :
a)      Mentalitas dalam waktu lama
b)      Perubahan keyakinan dan kepekaan dalam waktu singkat
c)      Tentang gerakan de-kristenisasi di Perancis
d)     Bagaimana hubungan antara kelompok-kelompok social dengan tingkat budaya mereka, yang menghasilkan penggolongan mentalitas masyarakat dalam suatu hirarchi.
e)      Penggolongan penghasilan dan profesi.
Secara metodologis Sejarah mentalitas menerapkan metode :
a.       Disiplin Antropologi dan
b.      Disiplin Sosiologi
Dengan beberapa obyek :
ü  Upacara ritual mentalitas terkait hidup/kematian, kepercayaan, model pendidikan dll.
ü  Diferensiasi social, strtifikasi social, yang dikaitkan dengan diferensiasi kultural.

Minggu, 29 Januari 2012

Sejarah Masuknya Freeport ke Indonesia

Beberapa bulan setelah secara de-facto berkuasa, Presiden Soeharto menggadaikan nyaris seluruh kekayaan alam negeri ini kepada blok imperialisme asing. Salah satu cerita yang paling menyedihkan adalah tentang gunung emas di Papua Barat. Gunung emas yang sekarang secara salah kaprah disebut sebagai Tembagapura, merupakan sebuah gunung dimana cadangan tembaga dan emas berada di atas tanahnya, tersebar dan siap dipungut dalam radius yang amat luas.
Lisa Pease menulis artikel berjudul “JFK, Indonesia, CIA, and Freeport” dan dimuat dalam majalah Probe. Tulisan bagus ini disimpan di dalam National Archive di Washington DC. Dalam artikelnya, Lisa Pease menulis jika dominasi Freeport atas gunung emas di Papua dimulai sejak tahun 1967, namun kiprahnya di Indonesia sudah dimulai beberapa tahun sebelumnya. Freeport Sulphur, demikian nama perusahaan itu awalnya, nyaris bangkrut berkeping-keping ketika terjadi pergantian kekuasaan di Kuba tahun 1959. Saat itu Fidel Castro berhasil menghancurkan rezim diktator Batista. Oleh Castro, seluruh perusahaan asing di negeri itu dinasionalisasikan. Freeport Sulphur yang baru saja hendak melakukan pengapalan nikel produksi perdananya terkena imbasnya. Ketegangan terjadi. Menurut Lisa Pease, berkali-kali CEO Freeport Sulphur merencanakan upaya pembunuhan terhadap Castro, namun berkali-kali pula menemui kegagalan.
Di tengah situasi yang penuh ketidakpastian, pada Agustus 1959, Forbes Wilson yang menjabat sebagai Direktur Freeport Sulphur melakukan pertemuan dengan Direktur Pelaksana East Borneo Company, Jan van Gruisen. Dalam pertemuan itu Gruisen bercerita jika dirinya menemukan sebuah laporan penelitian atas Gunung Ersberg (Gunung Tembaga) di Irian Barat yang ditulis Jean Jaques Dozy di tahun 1936. Uniknya, laporan itu sebenarnya sudah dianggap tidak berguna dan tersimpan selama bertahun-tahun begitu saja di Perpusatakaan Belanda. Van Gruisen tertarik dengan laporan penelitian yang sudah berdebu itu dan membacanya.
Dengan berapi-api, Van Gruisen bercerita kepada pimpinan Freeport Sulphur itu jika selain memaparkan tentang keindahan alamnya, Jean Jaques Dozy juga menulis tentang kekayaan alamnya yang begitu melimpah. Tidak seperti wilayah lainnya di seluruh dunia, maka kandungan biji tembaga yang ada di sekujur Gunung Ersberg itu terhampar di atas permukaan tanah, jadi tidak tersembunyi di dalam tanah. Mendengar hal itu, Wilson sangat antusias dan segera melakukan perjalanan ke Irian Barat untuk mengecek kebenaran cerita itu. Di dalam benaknya, jika kisah laporan ini benar, maka perusahaannya akan bisa bangkit kembali dan selamat dari kebangkrutan yang sudah di depan mata.
Selama beberapa bulan, Forbes Wilson melakukan survei dengan seksama atas Gunung Ersberg dan juga wilayah sekitarnya. Penelitiannya ini kelak ditulisnya dalam sebuah buku berjudul The Conquest of Cooper Mountain. Wilson menyebut gunung tersebut sebagai harta karun terbesar yang untuk memperolehnya tidak perlu menyelam lagi karena semua harta karun itu telah terhampar di permukaan tanah. Dari udara, tanah di sekujur gunung tersebut berkilauan ditimpa sinar matahari.
Wilson juga mendapatkan temuan yang nyaris membuatnya gila. Karena selain dipenuhi bijih tembaga, gunung tersebut ternyata juga dipenuhi bijih emas dan perak! Menurut Wilson, seharusnya gunung tersebut diberi nama Gold Mountain, bukan Gunung Tembaga. Sebagai seorang pakar pertambangan, Wilson memperkirakan jika Freeport akan untung besar dan dalam waktu tiga tahun sudah kembali modal. Piminan Freeport Sulphur ini pun bergerak dengan cepat. Pada 1 Februari 1960, Freeport Sulphur menekan kerjasama dengan East Borneo Company untuk mengeksplorasi gunung tersebut.
Namun lagi-lagi Freeport Sulphur mengalami kenyataan yang hampir sama dengan yang pernah dialaminya di Kuba. Perubahan eskalasi politik atas tanah Irian Barat tengah mengancam. Hubungan Indonesia dan Belanda telah memanas dan Soekarno malah mulai menerjunkan pasukannya di Irian Barat.
Tadinya Wilson ingin meminta bantuan kepada Presiden AS John Fitzgerald Kennedy agar mendinginkan Irian Barat. Namun ironisnya, JFK malah sepertinya mendukung Soekarno. Kennedy mengancam Belanda akan menghentikan bantuan Marshall Plan jika ngotot mempertahankan Irian Barat. Belanda yang saat itu memerlukan bantuan dana segar untuk membangun kembali negerinya dari puing-puing kehancuran akibat Perang Dunia II terpaksa mengalah dan mundur dari Irian Barat.
Ketika itu sepertinya Belanda tidak tahu jika Gunung Ersberg sesungguhnya mengandung banyak emas, bukan tembaga. Sebab jika saja Belanda mengetahui fakta sesungguhnya, maka nilai bantuan Marshall Plan yang diterimanya dari AS tidak ada apa-apanya dibanding nilai emas yang ada di gunung tersebut.
Dampak dari sikap Belanda untuk mundur dari Irian Barat menyebabkan perjanjian kerjasama dengan East Borneo Company mentah kembali. Para pimpinan Freeport jelas marah besar. Apalagi mendengar Kennedy akan menyiapkan paket bantuan ekonomi kepada Indonesia sebesar 11 juta AS dengan melibatkan IMF dan Bank Dunia. Semua ini jelas harus dihentikan!
Segalanya berubah seratus delapan puluh derajat ketika Presiden Kennedy tewas ditembak pada 22 November 1963. Banyak kalangan menyatakan penembakan Kenndey merupakan sebuah konspirasi besar menyangkut kepentingan kaum Globalis yang hendak mempertahankan hegemoninya atas kebijakan politik di Amerika.
Presiden Johnson yang menggantikan Kennedy mengambil sikap yang bertolak-belakang dengan pendahulunya. Johnson malah mengurangi bantuan ekonomi kepada Indonesia, kecuali kepada militernya. Salah seorang tokoh di belakang keberhasilan Johnson, termasuk dalam kampanye pemilihan presiden AS tahun 1964, adalah Augustus C. Long, salah seorang anggota dewan direksi Freeport.
Tokoh yang satu ini memang punya kepentingan besar atas Indonesia. Selain kaitannya dengan Freeport, Long juga memimpin Texaco, yang membawahi Caltex (patungan dengan Standard Oil of California). Soekarno pada tahun 1961 memutuskan kebijakan baru kontrak perminyakan yang mengharuskan 60 persen labanya diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Caltex sebagai salah satu dari tiga operator perminyakan di Indonesia jelas sangat terpukul oleh kebijakan Soekarno ini.
Augustus C. Long amat marah terhadap Soekarno dan amat berkepentingan agar orang ini disingkirkan secepatnya.
Mungkin suatu kebetulan yang ajaib. Augustus C. Long juga aktif di Presbysterian Hospital NY di mana dia pernah dua kali menjadi presidennya (1961-1962). Sudah bukan rahasia umum lagi jika tempat ini merupakan salah satu simpul pertemuan tokoh CIA.
Pease mendapakan data jika pada Maret 1965, Augustus C. Long terpilih sebagai Direktur Chemical Bank, salah satu perusahaan Rockefeller. Agustus 1965, Long diangkat menjadi anggota dewan penasehat intelijen kepresidenan AS untuk masalah luar negeri. Badan ini memiliki pengaruh sangat besar untuk menentukan operasi rahasia AS di negara-negara tertentu. Long diyakini salah satu tokoh yang merancang kudeta terhadap Soekarno, yang dilakukan AS dengan menggerakkan sejumlah perwira Angkatan Darat yang disebutnya sebagai Our Local Army Friend.
Salah satu bukti adalah sebuah telegram rahasia Cinpac 342, 21 Januari 1965, pukul 21.48, yang menyatakan jika kelompok Jenderal Soeharto akan mendesak angkatan darat agar mengambil-alih kekuasaan tanpa menunggu Soekarno berhalangan. Mantan pejabat CIA Ralph Mc Gehee juga pernah bersaksi jika hal itu benar adanya.
Awal November 1965, satu bulan setelah tragedi 1 Oktober 1965, Forbes Wilson mendapat telpon dari Ketua Dewan Direktur Freeport, Langbourne Williams, yang menanyakan apakah Freeport sudah siap mengeksplorasi gunung emas di Irian Barat. Wilson jelas kaget. Ketika itu Soekarno masih sah sebagai presiden Indonesia bahkan hingga 1967, lalu darimana Williams yakin gunung emas di Irian Barat akan jatuh ke tangan Freeport?
Lisa Pease mendapatkan jawabannya. Para petinggi Freeport ternyata sudah mempunyai kontak tokoh penting di dalam lingkaran elit Indonesia. Mereka adalah Menteri Pertambangan dan Perminyakan Ibnu Soetowo dan Julius Tahija. Orang yang terakhir ini berperan sebagai penghubung antara Ibnu Soetowo dengan Freeport. Ibnu Soetowo sendiri sangat berpengaruh di dalam angkatan darat karena dialah yang menutup seluruh anggaran operasionil mereka.
Sebab itulah, ketika ketika UU No. 1/1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) yang draftnya dirancang di Jenewa-Swiss yang didiktekan Rockefeller, disahkan tahun 1967, maka perusahaan asing pertama yang kontraknya ditandatangani Soeharto adalah Freeport. Inilah kali pertama kontrak perminyakan yang baru dibuat. Jika di zaman Soekarno kontrak-kontrak dengan perusahaan asing selalu menguntungkan Indonesia, maka sejak Soeharto berkuasa, kontrak-kontrak seperti itu malah banyak merugikan Indonesia.
Untuk membangun konstruksi pertambangan emasnya itu, Freeport menggandeng Bechtel, perusahaan AS yang banyak mempekerjakan pentolan CIA. Direktur CIA John McCone memiliki saham di Bechtel, sedangkan mantan Direktur CIA Richards Helms bekerja sebagai konsultan internasional di tahun 1978.
Tahun 1980, Freeport menggandeng McMoran milik “Jim Bob” Moffet dan menjadi perusahaan raksasa dunia dengan laba lebih dari 1,5 miliar dollar AS pertahun. Tahun 1996, seorang eksekutif Freeport-McMoran, George A. Maley, menulis sebuah buku berjudul “Grasberg” setebal 384 halaman dan memaparkan jika tambang emas di Irian Barat itu memiliki depost terbesar di dunia, sedangkan untuk bijih tembaganya menempati urutan ketiga terbesar.
Maley menulis, data tahun 1995 menunjukkan jika di areal ini tersimpan cadangan bijih tembaga sebesar 40,3 miliar pon dan emas sebesar 52,1 juta ons. Nilai jualnya 77 miliar dollar AS dan masih akan menguntungkan 45 tahun ke depan. Ironisnya, Maley dengan bangga juga menulis jika biaya produksi tambang emas dan tembaga terbesar dunia yang ada di Irian Barat itu merupakan yang termurah di dunia.
Istilah Kota Tembagapura itu sebenarnya menyesatkan dan salah. Seharusnya Emaspura. Karena gunung tersebut memang gunung emas, walau juga mengandung tembaga. Karena kandungan emas dan tembaga terserak di permukaan tanah, maka Freeport tinggal memungutinya dan kemudian baru menggalinya dengan sangat mudah. Freeport sama sekali tidak mau kehilangan emasnya itu dan membangun pipa-pipa raksasa dan kuat dari Grasberg-Tembagapura sepanjang 100 kilometer langsung menuju ke Laut Arafuru di mana telah menunggu kapal-kapal besar yang akan langsung mengangkut emas dan tembaga itu ke Amerika. “Perampokan legal” ini masih terjadi sampai sekarang.
Kisah Freeport merupakan salah satu dari banyak sekali kisah sedih tentang bagaimana kekayaan alam yang diberikan Allah SWT kepada bangsa Indonesia, oleh para penguasanya malah digadaikan bulat-bulat untuk dirampok imperialisme asing, demi memperkaya diri, keluarga, dan kelompoknya sendiri. Kenyataan memilukan ini masih berlangsung sampai sekarang.

Sabtu, 28 Januari 2012

Pusat dan Pinggiran

Salah satu persoalan yang timbul dari penggunaan konsep ‘pusat’ dan ‘pinggiran’, adalah masalah relasi kedua konsep tersebut. Di sini juga terjadi kontradiksi dimana ibukota menyedot surplus ekonomi daerah-daerah  dan menggunakannya untuk kepentingan pembangunan ekonomi ibu kota itu sendiri. Muncullah ungkapan pembangunan keterbelakangan.
Model pinggiran pusat-pinggiran ini juga telah diterapkan di bidang-bidang lain, mulai dari bidang politik hingga bidang kebudayaan. Beberapa ilmuwan politik yang salah satunya, Stein Rokkan, menawarkan tentang tipologi tentang berbagai hubungan yang mungkin antara pusat territorial dan daerah pinggiran. Keindahan intelektual dari analisis, dalam arti dua konsep yang bertentangan namun saling melengkapi memang sangat menggoda.
Penggunaan konsep-konsep tersebut tentu mendorong adanya upaya untuk mencari gugus penyelidikan sejarah yang bermanfaat namun relative terabaikan. Sejarawan terbiasa mengkaji proses sentralisasi (pemusatan), tetapi mereka hamper tidak pernah mau menyelidiki proses peminggiran. Masalah lain muncul dari kenyataan bahwa sejumlah analisis, missal analisis Rokkan, menyiratkan adanya pandangan tentang masyarakat yang menekankan pada keseimbangan, sedangkan analisis Wallerstein lebih menekankan pada konflik.
Dengan adanya konsep pusat-pinggiran, maka muncul “Kontrol social” yang artinya konsep tradisional sosiologi yang menggambarkan tentang kekuasaan yang diterapkanmasyarakat atas individu-individu melalui hokum, pendidikan, agama dan lain-lain. Terhadap analisis ini mungkin ada baiknya memperkenalkan dua konsep, yaitu kekerasan simbolis dan negosiasi. Konsep kekerasan simbolis merujuk kepada pemberlakuan budaya kelas penguasa atas kelompok yang dikuasai. Negosiasi sejak mulanya dan secara harfiah untuk menganalisis tawar-menawar bayaran antara pengacara dank lien, telah diadaptasi secara luas untuk proses imbal beri antara dokter dan pasien atau antara pihak elite dan kelompok yang diperintah.
Penentangan (resistensi) sehari-hari berubah menjadi perlawanan terbuka atau semacam gerakan sosial. Gerakan-gerakan ini pada dasarnya berubah-ubah dan informal sifatnya dan bercirikan komunitas. Gerakan sosial juga terbagi menjadi dua tipe gerakan sosial, yakni apakah gerakan itu pada dasarnya untuk memulai suatu proses perubahan atau gerakan tersebut merupakan reaksi atas perubahan yang sedang terjadi.


Jumat, 27 Januari 2012

PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH DARI MASA KE MASA

Sejarah adalah suatu lembaran kisah masa lalu yang tersimpan secara pribadi, jika itu milik pribadi, dan akan terbuka kembali ketika kisah tersebut diperlukan untuk menerjemahkan apa makna dari kejadian yang hampir sama terjadi di masa lalu. Setiap orang, kelompok, masyarakat bahkan suatu bangsa pasti memiliki sejarah. Yaitu suatu kisah perjalanan panjang dari dulu hingga seperti sekarang. Dalam pengertian secara umum sejarah adalah sebuah cerita tentang peristiwa masa lalu.
Sejarah dalam pendidikan dijadikan salah satu mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa di sekolah. Pengajaran mengenai sejarah bertujuan untuk mengenalkan kepada generasi muda bahwa Negara kita yang telah berdiri seperti sekarang juga memiliki cerita yang panjang sebelum Negara ini berdiri. Selain itu juga Bung Karno juga pernah berkata yang bunyinya “ Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya”. Beliau juga mengatakan JAS MERAH ( jangan sekali-kali melupakan sejarah). Hal ini dapat diartikan bahwa dari dulu pendiri Negara kita sudah mengecamkan kepada para penerus bangsa bahwa jangan pernah meninggalkan sejarah, karena sejarah bangsa ini ada, dan tanpa pahlawan Negara ini tidak pernah ada.
Pentingnya pemahaman sejarah bagi penerus bangsa membuat para pemimpin bangsa ini berusaha untuk menyusun sejarah bangsanya. Ini terbukti dengan diterbikannya buku-buku sejarah nasional yang terdiri dari beberapa jilid. Yang setiap jilid membahas beberapa masa sejarah yang oleh para penulis digolong-golongkan menjadi beberapa bagian. Meskipun dalam penuulisan trdapat campur tangan pemerintah. Sehingga penulisan tidak sesuai dengan apa yang terjadi atau tidak sesuai dengan fakta yang ada. Karena hal itu maka pada saat ini,  sejak orde baru runtuh, mulai dilakukan pelurusan sejarah agar sejarah sesuai dengan fakta, namun yang menjadi kendala adalah sudah diterapkannya sejarah yang tidak sesuai itu dalam pendidikan dan telah menjadi kurikulum pendidikan. Untuk itu agak sulit untuk mengubah sejarah yang telah mendaging dalam pendidikan. Sebut saja materi pendidikan tentang G 30 S/ PKI. Materi itu menjadi salah satu bab pembahasan dalam pendidikan dasar. Alur cerita pembohongan telah mengalir dalam diri pendidikan nasional. Meskpun agak sulit mengubahnya sekarang sedikit demi sedikit materi tersebut disesuaikan seiring dengan beberapa kali pergantian kurikulum pendidikan.
Materi pendidikan yang diajarkan di sekolah, terutama tentang sejarah, disesuaikan dengan penyusunan sejarah pada saat ini walau ada materi yang harus dipertahankan karena pembahasan tersebut sudah sesuai dengan fakta. Meskipun begitu untuk memperbarui pemahaman sejarah, kurikulum pendidikan harus menambah materi baru sebagai penambahan terhadap materi sejarah kontemporer.
Dalam sejarah penulisan sejarah Indonesia, penulisan sejarah digolongkan menjadi beberapa macam bentuk, yaitu historigrafi tradisional, historiografi colonial, dan historiografi modern. Historiografi tradisional adalah penulisan sejarah secara tradisional yang telah dimulai sejak masa kerajaan, bentuk atau contoh dari historiografi tradisional adalah babad, hikayat, tambo, dll. Kemudian historiografi colonial adalah penulisan sejarah berdasarkan sudut pandang orang Eropa/Belanda. Sedangkan historiografi modern adalah bentuk penulisan sejarah yang berdasarkan fakta yang sesuai.
Perkembangan penulisan sejarah di Indonesia telah mengalami perjalanan panjang. Dimulai dari masa kerajaan(baik dalam sejarah kuno maupun sejarah baru), masa penjajahan/colonial, masa penjajahan Jepang dan kemudian masa kemerdekaan yang kemudian menuju ke arah penulisan sejarah modern. Setiap masa penulisan sejarah memiliki ciri khas tersendiri. Penulisan sejarah tradisional tidak memperhatikan fakta realita dan lebih menonjolkan sifat magis-religius. Historiografi colonial sudah berdasarkan fakta namun lebih ,mementingkan kepentingan dari pemerintah colonial. Historiografi pada masa Jepang penulisan yang dilakukan lebih menonjolkan kelebihan orang-orang priibumi, ini dilakukan karena kepentingan Jepang. Sedangkan pada masa kemerdekaan penulisan bertujuan untuk membangkitkan semangat nasionalisme di jiwa bangsa Indonesia.
Penulisan sejarah Indonesia telah berkangsung lama sejak sebelum bangsa-bangsa Eropa datang ke wilayah Asia tenggara. Seorang penulis sejarah pada zaman dulu dipengaruhi oleh beberapa factor tertentu dan yang paling utama adalah seorang penulis sejarah harus memiliki keahlian khusus. Tidak semua orang dapat menulis sejarah. Faktor-faktor lain yang mendukung sebuah tulisan sejarah itu ada adalah situasi pada zaman itu. Situasi selain menjadi pendukung dari adanya sebuah tulisan sejarah, situasi pada saat itu juga mempengaruhi penulis dalam mengemabangkan tulisan sejarah. Situasi politik masa itu sangat mempengaruhi si penulis, begitu pula kondisi di sekitarnya maupun keluarganya.
Penulisan sejarah tradisional sudah dimulai sejak zaman kerajaan yaitu dimulai sejak abad 16. Bentuk-bentuk historiografi tradisional antara lain babad, hikayat, dll. Pengertian babad menurut Darusuprapta (1976), babad adalah salah satu jenis karya sastra – sejarah berbahasa Jawa Baru yang penamaannya beranekaragam, anatar lain berdasarkan nama sendiri, nama geografi, nama peristiwa atau yang lainnya. Sartono Kartodirdjo (1968) menjelaskan babad merupakan penulisan sejarah tradisional atau historiografi tradisional sebagai suatu bentuk dan suatu kultur yang membentangkan riwayat, dimana sifat – sifat dan tingkat kultur mempengaruhi dan bahkan menentukan bentuk itu sehingga historiografi selalu mencerminkan kultur yang menciptakannya. Menurut Soekmono (1973), babad merupakan cerita-sejarah yang biasanya lebih berupa cerita daripada uraian sejarah meskipun yang menjadi pola adalah memang peristiwa sejarah. Teeuw (1984) menjelaskan babad sebagai teks – teks historik atau genealogik yang mengandung unsur – unsur kesastraan. Demikanlah ada bermacam – macam pengertian babad. Akan tetapi, pada prinsipnya babad merupakan teks – teks historis yang dikemas dengan unsur – unsur kesastraan. Hikayat sendiri adalah cerita rekaan berbentuk prosa panjang berbahasa Melayu, yang menceritakan tentang kehebatan dan kepahlawanan orang ternama dengan segala kesaktian, keanehan dan karomah yang mereka miliki. Orang ternama tersebut biasanya raja, putera-puteri raja, orang-orang suci dan sebagainya.
Pada masa sekarang sejarah tidak lagi bergantung pada keahlian tetentu seorang penulis. Namun sejarah telah memiliki identitas tersendiri yang membuatnya mampu ditulis oleh setiap orang. Meskipun begitu sejarah masih mengedepankan sejarah mengenai orang-orang besar. Dibawah ini akan membahas mengenai masalah tersebut dan bagaiman perkembangan sejarah pada masa sekarang.
Kesadaran sejarah 
    apabila dengan tercapainya kemerdekaan serta terbentuknya negara nasional tirnbul keperluan untuk menulis sejarah Indonesia sebagai sejarah nasional, setelah 30 tahun kemerdekaan perkembangan historiografi di Indonesia dibedakan menjadi tiga cakrawala.
    1.      Cakrawala religio-magis serta kosmogonis, terlihat  pada Babad atau Sejarah/Hikayat. Bentuk seperti ini mulai ditinggalkan dan diganti dengan empiris-ilmiah. Cakrawala empiris-ilmiah menimbulkan sejarah yang bersifat kritis. Sejarah kritis memiliki metodolodi penulisan sendiri yang mengedepankan fakta-fakta.
    2.      Cakrawala natiocentris yang menggantikan ethnocenirisme, Sejarah Indonesia merupakan kesatuan yang berbataskan kesatuan politik-geografis wilayah Indonesia. Sejarah yang dulu hanya terbatas pada suatu wilayah kerajaan kini sejarah mencakup seluruh wilayah dari Negara kesatuan RI.
    3.      Cakrawala kolonial-elitis diganti dengan sejarah bangsa Indonesia secara keseluruhan dengan mencakup bermacam-macam lapisan sosialnya. Di dalam pandangan baru inilah dialihkannya pemusatan perhatian pada peranan raja-raja dan bawahannya, serta peranan para penguasa kolonial ke arah sejarah pergulatan rakyat Indonesia dalam perjalanan sejarah.
    Perubahan-perubahan pandangan itu mendapatkan perhatian pada usaha penulisan kembali sejarah Indonesia. Proses perubahan dimulai sejak awal tahun lima puluhan menunjukkan perkembangan dari tahap spekulatif (1950-1957), kearah tahap empiris-scientific. Di sini arah historicism yaitu berusaha menempatkan kejadian-kejadian dalam konteks sejarah di mana peristiwa-peristiwa yang terjadi berdampingan dengan kecenderungan untuk penulisan sejarah secara neoscientific. ialah yang berusaha menguraikan struktur-struktur yang mengedepankan kerangka bagi proses sejarah.
    Dalam penyusunan historiografi Indonesia dewasa ini, sejarawan dihadapkan dengan perubahan sosial baik yang evolusioner maupun yang revolusioner. Perubahan-perubahan yang bergerak dengan langkah yang semakin cepal membuka pandangan-pandangan baru bagi sejarawan. Pada satu fihak kesadaran akan historisitas benda-benda mengutarakan soal kapan, di mana serta apa yang terjadi. Rekonstruksi sejarah sebagai cerita dengan menggunakan kejadian aksi manusia serta dramatis personae, kesemuanya itu membuat tampilan sejarah menjadi unik sehingga membuat sejarah menjadi menarik.
    Di samping metode naratif maka muncul metode baru sebagai pengaruh pelbagai kecenderungan yaitu metode developmentalisme, yang akan melihat pola-pola perkembangan, kelangsungan serta perubahan-perubahan. Tanpa mengurangi sejarah naratif, dan historiografi yang terarah kepada kejadian-kejadian yang unique, rekonstruksi dari sejarah Indonesia perlu memperhatikan aspek-aspek perkembangan.
    Bila sejarah ingin tetap menjadi suatu disiplin ilmu maka perlu dikembangkan sejarah dengan menggunakanilmu bantu dari ilmu-ilmu sosial lain. Terutama pada perubahan- perubahan pembelajaran ilmu-ilmu sosial masa kini yang membahas secara sinkronis sehingga memerlukan bantuan pengetahuan sejarah yang diakronis untuk mengetahui tentang kecenderungan-kecenderungan sehingga dapat menunjukkan ke arah mana masyarakat akan  berkembang.


    Kamis, 26 Januari 2012

    Militer China

    Sejarah Terbentuknya Militer Cina
    Militer Cina sudah ada semenjak zaman Dinasti dan Kekaisaran. Adanya militer ini ditandai dengan banyaknya catatan sejarah tentang perang saudara yang bergejolak di Cina. Semenjak dulu militer Cina sudah dikenal kekuatannya karena kerajaan – kerajaan yang berkuasa di Cina selama 2000 tahun ini sering melakukan ekspansi. Baru memasuki era republik di Cina barulah terbentuk militer Cina. Di Cina terdapat dua kekuatan militer yaitu militer yang dimiliki kaum komunis bernama Tentara Pembebasan Rakyat dengan militer dibawah naungan Kuomintang atau aliran nasionalis dengan nama Tentara Revolusioner Nasionalis.
    Ø  Tentara Pembebasan Rakyat
    Tentara Pembebasan Rakyat (People’s Liberation Army/ PLA) lahir dari peristiwa pemberontakan Nanchang pada 1 agustus 1927. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan dan kekuatan pemberontak yang tersisa kemudian bersatu membentuk kekuasaan militer dengan nama Tentara Revolusioner Petani dan Buruh tiongkok dan pada tahun 1928 nama tentara ini diubah menjadi Tentara Merah Petani dan Buruh Tiongkok. Pada tahun 1937.
    Ø       Tentara Revolusioner Nasionalis
    Awal pembentukan tentara ini berawal dari dibentuknya Akademi Militer Whampoa pada tahun 1925 untuk mendidik para pemimpin militer yang setia kepada Kuomintang. Tentara Revolusioner Nasionalis kemudian menjadi kekuatan utama Kuomintang. Saat ini Tentara Revolusioner Nasionalis merupakan Tentara nasional Republik Cina di Taiwan yang mana menjadikan Presiden sebagai panglima tertinggi dan tidak lagi dikontrol oleh Kuomintang sebagai partai politik.
    Hubungan Sipil-Militer
    Di Cina tahun 1987 “Civil-Military Relations” disebutkan bahwa garis antara institusi dan kepemimpinan sipil dan militer tidak berbeda karena pemimpin militer mempunyai jabatan di partai, begitu pula pemimpin partai mempunyai pengalaman militer. Jadi tidak dapat membedakan posisi militer dan sipil, bahkan militer ikut  dalam pembuatan kebijakan nasional. Keterlibatan militer dalam arena politik akan mengakibatkan terjadinya perpecahan yang berdampak pada instabilitas politik. Ketika masa Deng Xiaoping tahun 1977, militer melakukan penarikan diri dari dunia politik dan kembali ke PLA yang dulu berpolitik pasif.
    Pembentukan komisi militer pusat tahun1982 ditujukan untuk memperkuat kontrol sipil atas militer melalui penekanan peranan PLA sebagai alat pertahanan negara, dengan cara:
    Ø  Pengurangan wilayah keterlibatan PLA dalam urusan sipil,
    Ø  Penempatan industri di bawah kontrol sipil dan pemindahan atau pembukaan fasilitas militer (airport/bandara dan pelabuhan) kepada kewenangan sipil,
    Ø  Membatasi pengaruh PLA dalam masalah-masalah politik-ekonomi,
    Ø  Mengurangi propaganda PLA dalam masyarakat, dan
    Ø  lebih menekankan PLA sebagai fungsi militer daripada fungsi politik.
    Kekuatan Militer Republik Rakyat Cina
                Kekuatan militer Cina termasuk militer yang besar dan kuat di dunia karena Cina telah menjadi negara yang memiliki anggaran belanja militer kedua terbesar di dunia, dan hanya kalah dari Amerika Serikat. Anggaran militer seluruh dunia di tahun 2008 telah meningkat 4% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sementara China meningkat 10% atau mencapai 84,9 milyar USD. Saat ini kekuatan militer Cina ialah secara keseluruhan Tentara Pembebasan Rakyat berkekuatan 3.530.569 personel yang terbagi antara tentara unit berjumlah 2.296.861 personel dan Paramiliter aktif 1.233.708 personel.
     Kekuatan militer Republik Rakyat Cina dibagi menjadi 3 yaitu :
    1.      Angkatan Darat
    Angkatan darat Tentara Pembebasan Rakyat memilki 18 divisi tentara. Angkatan Darat Cina memiliki senjata bebasis darat sejumlah 31.300, tank sejumlah 8200, kendaraan pengangkut pasukan sebesar 5000, meriam sejumlah 14.000.
    2.      Angkatan Laut
    Angkatan laut Tentara Pembebasan Rakyat dibagi atas tiga armada besar :
    1)      Armada utara berpusat di Qingdao, Shandong
    2)      Armada timur, berpusat di Ningpo, Zheijang
    3)      Armada selatan, berpusat di Zhanjiang, Guangdong
    3.      Angkatan Udara
    Angkatan udara Tentara Pembebasan Rakyat pada tahun 2005 berkekuatan 1500 pesawat tempur,780 pesawat pengembom,500 pesawat pengangkut, 491 Helikopter  dan lapangan udara yang berjumlah 67 unit.
    Pengaruh Militer Cina  Di Luar Negeri
    Kehadiran Cina saat ini dengan militer yang kuat dan ditunjang dengan perkonomian yang mapan membuat negara-negara tetangga yang berada di sekitar kawasan maupun diluar kawasan menjadi awas dan sangat memperhatikan sepak terjang Cina. Setiap trend dan perkembangan yang terjadi di Cina selalu menjadi perhatian negara manapun. Cina telah membuktikan kepada dunia bahwa negeri itu mampu menjadi balancer di dunia internasional sebagai perimbangan kekuatan.
    Kekuatan militer Cina yang berkembang pesat berdampak kepada negara di sekitar kawasan Asia Timur seperti Jepang dan Taiwan dan negara-negara lainnya di kawasan Asia Timur. Misalnya , hubungan antara Cina dan Jepang pada saat ini mencapai titik terburuk dalam beberapa dekade terakhir. Begitu juga dengan Taiwan, hubungan yang semakin memburuk antara Cina dan Taiwan di karenakan ketidak berimbangan power Cina dengan Taiwan mengakibatkan adanya ketidakstabilan di kawasan dan lebih menguntungkan Cina.
    Dalam pengembangan perekonomiannya Cina juga selalu membawa kekuatan militernya namun tidak begitu kentara. Cina menguasai Asia Tenggara juga menggunakan kekuatan militernya. Dengan militer yang kuat, perekonomian yang maju pesat Cina memiliki ambisi untuk menguasai dunia. Jadi pengaruh militer Cina di Luar negeri begitu kental dan menjadikan Cina saat ini adalah negara terkuat dalam bidang militer dengan memiliki tentara paling banyak di dunia.


    Rabu, 25 Januari 2012

    Pelayaran dan Perdagangan Sebelum Tahun 1500

    1.      Sistem Lalulintas
    Navigasi dengan teknologi kapal layar mula-mula terutama menempuh jalur menyusuri pantai. Dengan dikenalnya astrolabium dan ilmu bintang serta sistem angin yang berlaku di Lautan Indonesia dan Lautan Cina pada umumnya, dan di Lautan Nusantara pada khususnya, pelayaran samudra dapat diselenggarakan. Sistem angin di kepulauan Nusantara yang dikenal sebagai musim-musim memberikan kemungkinan pengambangan jalur pelayaran Barat-Timur pulang-balik secara teratur dan berpola tetap. Faktor itu juga turut menentukan munculnya kota-kota pelabuhan serta pusat-pusat pelabuhan sejak zaman kerajaan Sriwijaya sampai akhir zaman Majapahit.

    2.      Sriwijaya dan Disintegrasinya
    Sriwijaya sebagai pelabuhan, pusat pedagangan dan pusat kekuasaan, menguasai pelayaran dan perdagangan di bagian Barat Indonesia. Sebagian dari Semenanjung Malaya, Selat Malaka, Sumatra Utara, Selat Sunda kesemuanya masuk lingkungan kekuasaan Sriwijaya. Yang diperdagangkan di sana ialah tekstil, kapur barus, mutiara, kayu berharga, rempah-rempah, gading, kain katun dan sengkelat, perak, emas,  pecah belah, gula dan sebagainya. Sriwijaya dikunjungi oleh pedagang dari Parsi, Arab dan Cina yang memperdagangkan barang-barang dari negerinya atau negeri yang dilaluinya, sedangkan pedagang Jawa membelinya dan menjual rempah-rempah. Sejak serangan dari Cola dalam abad XI dan kemudian terdesak oleh kekuasaan di Jawa Timur pada akhir abad XIII, Sriwijaya merosot sebagai pusat perdagangan dan akhirnya dikuasai oleh bajak laut. Lokasinya kemudian pindah ke daerah Jambi. Pada masa Kerajaan Singasari di bawah pemerintahan Kertanegara, kekuasaan kerajaan itu dimasukkan ke dalam lingkungan kekuasaannya. Dengan Pamalayu, supremasi kerajaan Singasari dapat diletakkan di bekas daerah pengaruh Sriwijaya di Sumatra. Dasar-dasar bagi lingkungan hegemoni Majapahit telah diletakkan. Dalam struktur kekuasaan dengan hirarki piramidalnya desintregasi pusat kekuasaan yang memegang supremasi dapat mengalihkan supremasi atau suzereinitas kepada kekuasaan lain, seperti di sini dari Sriwijaya ke Singasari terus kemudian ke Majapahit.
    Dalam pemberitaan mengenai perjalanannya, Marco Polo juga menyebut Tumasik dan Samudra-Pasai sebagai kerajaan yang mengakui suzereinitas Majapahit. Juga Ibn Batuta juga menyebut kerajaan Samudra-Pasai itu. Diberitakan bahwa Sultan kerajaan itu telah berlayar ke negeri Cina; suatu petunjuk bahwa Samudra-Pasai mengakui suzereinitas Cina dan berkewajiban memberi persembahan kepada raja Cina. Dalam abad XIV kedudukan ekonomis Samudra-Pasai cukup kuat sehingga dapat mempertahankan kedaulatannya terhadap Malaka. Suzereinitas Majapahit lebih mudah diterima karena tidak membahayakan kedudukan ekonomis itu. Hegemoni Majapahit masih memberikan kebebasan untuk mengatur masyarakatnya sendiri, Yang penting ialah pemberian persembahan sebagai bukti mangakui suzereinitas Majapahit.
    Majapahit lebih mengutamakan keamanan perdagangan ke Maluku dan Banda, sesuatu yang sangat mempengaruhi kedudukan kota-kota pelabuhan di Jawa, yang sebagai emporium sangat tergantung pada perdagangan transitonya, lagipula ekspor beras dan bahan makanan lain tergantung pada kelancaran perdagangan tersebut.

    3.      Pusat Perdagangan Abad XV
    Pada akhir abad XIV Malaka telah berkembang sebagai pusat perdagangan yang paling ramai, menurut sumber Portugis salah satu pusat perdagangan yang terbesar di Asia. Di situ bertemu pedagang dari tanah Arab, Parsi, Gujarat, Bengala, Pegu, Siam, negeri Cina pada satu pihak, dan pedagang dari Sumatra, Jawa, Maluku, dan kepulauan kecil lainnya pada pihak lain.
    Untuk menciptakan kondisi yang baik bagi perdagangan itu maka Malaka perlu menjamin keamanan dan kestabilan. Oleh karena itu Malaka menjalankan ekspansi dan meluaskan pengaruhnya: Klang, Slangor, Perak, Bernam, Mangong, dan Bruas. Kemudian juga menyusul Kedah, Pulau Bintang dan Kepulauan Riau yang dihuni oleh “bangsa Selat” dan orang laut. Sebaliknya beberapa kerajaan di seberang Selat Malaka, ialah Aru, Kampar, Serak, dan Indragiri melakukan perlawanan terus. Dengan menakklukan Indragiri dan Siak, Malaka dapat menguasai perdagangan Lada dan Emas dari Minangkabau. Sementara itu Kampar melakukan perlawanan terus, namun akhirnya ditaklukkan, dan seorang warga dinasti Malaka ditahtakan di sana.
    Hubungan Malaka dengan Siam sepanjang sebagian besar dari abad XV tetap memungkinkan perdagangan antara kedua negara, walaupun keduanya dalam keadaan berperang. Dalam menghadapi Malaka, kerajaan Samudra-Pasai mempertahankan peranan komersialnya sebagai pengekspor lada.
    Oleh karena perdagangan di Malaka sangat tergantung pada aliran rempah-rempah, maka hubungan antara Malaka dan Jawa sangat strategis, tidak lain karena pada masa itu perdagangan rempah-rempah dari Maluku dikuasai oleh pedagang-pedagang Jawa.

    4.      Sistem Pelayaran
    Sejak awal abad XII perdagangan ke dan dari Malaka sebagai emporium besar di Indonesia sangat tergantung pada sistem angin yang berlaku di Asia Selatan, Tenggara dan Timur. Jalur navigasi yang ditempuh tergantung pada siklus musim panas dan dingin di daratan Asia, khususnya bagi Indonesia pada siklus di Australia. Siklus musim panas menimbulkan musim barat daya yang menimbulkan musim pelayaran baik dari Asia Selatan ke Malaka, yaitu dari Januari sampai dengan Maret. Dalam musim panas di daratan Asia angin membalik arah menjadi angin barat daya sehingga sulit berlayar dari Malaka ke pantai Malabar dan Gujarat. Menjelang musim panas kapal-kapal sudah kembali dari Malaka, maka perdagangan dilakukan dalam waktu yang pendek, ialah dari Maret sampai akhir Mei. Pelayaran yang menggunakan angin timur laut pada musim dingin di daratan Asia, yaitu bulan-bulan terakhir tahun lama dan bulan-bulan pertama tahun baru berikutnya dilakukan oleh bangsa Cina untuk mengunjungi Malaka. Waktu cukup leluasa yaitu setengah tahun.
    Dalam periode yang sama, di lingkungan kepulauan Nusantara berlaku musim hujan atau musim barat sehingga tidak banyak pedagang dari Indonesia datang. Pelayaran dari Maluku dan Jawa ke Malaka memakai musim timur atau musim kemarau, yaitu dari Mei sampai September, pedagang itu terpaksa menunggu musim barat, ini berarti baru bulan Januari dapat kembali.
    Ketergantungan pada sistem angin itu membuat waktu berlayar dan berlabuh di Malaka berbeda-beda. Oleh karena itulah timbul kebutuhan untuk menyimpan barang dagangan selama periode antara kedatangan penjual dan pembeli. Dalam hal ini Malaka dapat menjalankan fungsinya sebagai emporium. Malaka menjadi titik pertemuan jalur perdagangan dari Barat, Utara, dan Timur baik perdagangan internasional maupun yang nasional. Sebagai tempat rendez-vous pedagang dari berbagai penjuru, Malaka berkembang menjadi pasar tidak hanya untuk rempah-rempah tetapi juga hasil kerajinan berbagai bangsa. Berkembangannya jenis perdagangan yang kedua (selanjutnya disebut haalhendel) sangat mempengaruhi kemajuan Malaka. Dalam sistem pelayaran dan perdagangan abad XV lokasi Malaka sangat menguntngkan karena merupakan titik pertemuan antara sistem pelayaran dan perdagangan di Samudra Indonesia dengan sistem di Nusantara serta dapat menyambung dengan sistem di Laut Cina. Sebagai pusat atau titik simpul yang pertama, Gujarat dan Bengala mempunyai hubungan langsung dengan Malaka, di mana pedagang-pedagang dari Cina, Asia Tenggara dan seluruh Nusantara juga berkumpul. Jaringan itu sangat penting bagi perkembangan sejarah Indonesia oleh karena jalur-jalurnya membuka jalan masuknya aliran-aliran peradaban dan agama ke Indonesia.

    5.      Pusat-pusat Perdagangan Daerah
    Tujuan utama dari perdagangan antara Barat dan Timur pada zaman Malaka dan beberapa abad kemudian tidak lain adalah senantiasa berupa transaksi rempah-rempah. Hasil-hasil lokal tidak langsung dikirim ke Asia Barat atau Asia Timur. Untuk sementara, hasil tersebut diangkut ke pelabuhan-pelabuhan setempat terlebih dahulu.
    Pada akhir abad XV, terdapat banyak kota pelabuhan di Sumatera, Jawa, Maluku dan pulau lain yang berfungsi sebagai pusat perdagangan daerah. Malaka menjadi kota pelabuhan tingkat pertama. Pasai, Pidie, Palembang, dan Priaman termasuk kota pelabuhan tingkat dua. Kriteria tersebut dapat diamati dari volume perdagangan maupun jumlah kapal yang berlabuh. Pusat-pusat pelabuhan, misalnya Malaka, Jepara, dan Sunda menjadi ikon yang mempengaruhi daerah-daerah di sekitarnya. Malaka memberikan pengaruh bagi daerah di sekitar Selat Malaka. Jepara memberikan pengaruh bagi daerah Bangka. Kerajaan Sunda memberikan pengaruh bagi Kerajaan Demak, Lampung, dan Tulangbawang.
    Hubungan perairan antar daerah dilakukan dengan menggunakan perahu kecil. Jarak antar pusat pelabuhan yang relatif jauh mengakibatkan munculnya sistem perantara dalam perdagangan. Selama abad XV, Tuban memegang peranan emporium dari perdagangan antara jurusan Malaka dan Maluku (timur). Maluku menjadi pangkalan terakhir dari pelayaran internasional yang berpangkal di Teluk Persia dan Laut Merah.

    6.      Malaka
    Malaka berperan sebagai pusat perdagangan di Asia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. Tome Pires melukiskan bahwa para pedagang Malaka berasal dari Jazirah Arab (Kairo, Mekka, Aden), Selatan (Malabar, Sailan, Bengali, Gujarat, Goa, dll), Timur (Pahang, Patani, Kamboja, Campa, Cina), dan Nusantara (Bangka, Maluku, Banda, Minangkabau, Batak, Pasai, dll). Golongan pedagang dari Nusantara dan Cina tinggal di sebelah selatan Sungai Malaka, sedangkan pedagang yang berasal dari daerah Barat tinggal di sebelah utara sungai, yaitu daerah Upih. Setiap bangsa diberi lokasi tersendiri untuk membangun tempat kediaman yang disebut sebagai fondachi oleh bangsa Portugis. Kelompok tersebut ada di bawah kekuasaan syahbandar. Setiap fondachi ada di luar yuridiksi Kerajaan Malaka. Mengenai pemasaran barang dagangan, disediakan bangunan-bangunan yang dibangun membujur di sepanjang pantai.

    7.      Kedudukan Pedagang
    Ada dua jenis pengusaha yaitu pemilik modal adalah pihak yang menanamkan modal dalam perdagangan dan pedagang adalah pihak yang pekerjaannya berdagang. Sudah menjadi kelaziman bahwa penguasa politik menyelenggarakan perdagangan dan melakukan perang atau perompakan. Sistem penanaman modal semacam itu telah ada sejak zaman kuno dan dijalankan tidak sebagai pengusaha tetapi sebagai pemilik modal. Perdagangan yang sebenarnya diselenggarakan oleh para pedagang penjaja. Aristokrasi yang memegang kekuasaan politik dan mendominasi perdagangan cendrung melakukan ekspansi politik-kapitalistis. Dengan demikian tidak tercipta kewiraswastaan yang bebas. Tambahan pula kerajinan tidak mengalami proses industrialisasi, kesemuanya tetap bersifat kerajinan tradisional dengan bentuk pre-kapitalis. Dengan pengawasan politik dan ekonomi oleh aristokrasi itu, kehidupan social-ekonomi tetap bersifat feodalistis. Aristokrasi feodal memperluas hegemoni melalui upeti dan beacukai dari kerajaan yang tunduk kepada mereka. Penguasa dengan kekuasaan feodalnya sangat membatasi hak-hak pedagang. Sepeninggal mereka, hak milik para pedagang dapat disita penguasa. Anak perempuan mereka dapat dijadikan gundik.

    8.      Struktur Kekuasaan
    Dalam hirarki kerajaan patih berkedudukan langsung di bawah raja serta membawahi semua pejabat tinggi kerajaan dari bendahara sebagai pimpinan tertinggi pengadilan sekaligus sebagai orang yang berwenang menjatuhi hukuman mati setelah mendapat persetujuan dari laksamana dan tumenggung atas sepengetahuan raja.
    Laksamana bertugas memimpin angkatan laut dan semua kapal, jung, serta semua yang ada di lautan yang ada di bawah yuridiksinya. Tumenggung adalah kepala pemerintahan kota dan diserahi urusan penjagaan sebelum tawanan diserahkan kepada bendahara terlebih dahulu diurus oleh tumenggung. Selain itu ia bertugas mengurus pajak dan barang dagangan. Hanya orang terpandang yang bias menduduki jabatan tumenggung.
    Syahbandar adalah orang yang mempunyai kekuasaan serta mewakili kelompok-kelompok bangsa asing yang mendiami suatu tempat sementara untuk berdagang. Syahbandar bertugas menerima kapten jung sesuai dengan yuridiksi masing-masing, lalu mengantar kapten ke hadapan bendahara, mengalokasi gudang-gudangnya, mengurus barang-barangnya, menyediakan tempat tinggalnya, dan sebagainya.

    9.      Perdagangan di  Malaka
    Ada dua macam perdagangan yang dijalankan, yaitu; 1. Pedagang memasukan modal dalam barang dagangan yang diangkut dengan kapal untuk dijual ke negeri lain; 2. Pedagang menitipkan barang kepada nahkoda atau meminjamkan uang kepada nahkoda yang akan membagi keuntungannya dengan pedagang yang memberi modal. Aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh raja termasuk dalam kategori yang pertama. Raja juga memiliki jung yang berlayar dengan membawa barang milik raja sendiri dan dari pedagang-pedagang yang menitipkan. Kekayaan yang diperoleh dari pemilikan kapal dan pedagangan dipergunakan untuk membangun istana dan masjid yang indah, memelihara gundik banyak, hidup yang serba mewah, dan sebagian untuk memelihara pelabuhan.
    Setiap kapal yang berlayar mempunyai bagian-bagian yang diisi dengan muatan pedagang atau kiwi. Kiwi dapat juga menambah modal nahkoda dan dengan demikian memperoleh bagian dari seluruh muatan.para kiwi juga berkewajiban memberikan sumbangan untuk melengkapi kapal sebelum berlayar. Awak kapal juga mendapat bagian, 2 koyan bagi yang bebas dan 1 koyan bagi budak. Diantara pedagang yang berlayar ada pula pedagang penjaja hanya membawa barang ringan tetapi sangat berharga, seperti emas, sutra, berlian, mutiara, dan sebagainya. Barang dari Malaka yang diangkut ke Bengala atau ke Koromandel dalam bentuk commenda member keuntungan 80%-100%, jika dibawa oleh pedagang-pemilik sendiri keuntungan dapat mencapai 300%. Perdagangan ke Cina dapat menghasilkan 300% keuntungan.
    Untuk barang dagangan yang didatangkan dari barat (mulai dari Aden sampai Pegu) dipungut beacukai sebesar 6%, sedangkan yang berasal dari timur tidak dikenakan (pedagang hanya member kepada raja dan pembesar. Bagi pedagang yang mempunyai keluarga di Malaka, bila oaring asing maka ia membayar 3% ditambah 6% sebagai upeti kepada raja. Jika ia adalah orang asli Malaka maka ia cukup membayar 3% ditambah 3% sebagai upeti. Selanjutnya upeti diberikan kepada raja, bendahara, tumenggung serta syahbandar yang masing-masing semuanya berjumlah 1-2%. Kadang-kadang syahbandar memungut lebih dengan maksud agar dapat menyampaikan lebih banyak kepada raja dan pembesar sehingga terpelihara hubungan yang baik dengan mereka.
    Untuk menafsir nilai muatan kapal dibentuklah panitia penilai yang terdiri 10 pedagang, 5 orang keeling, dan seorang tumenggung. Menurut kabiasaan di Malak setelah muatan kapal dibongkar, bea cukai dibayar, maka 10 atau 20 pedagang berkumpul untuk menawar barang-barang. Setelah menetapkan harganya, barang dibagi kepada pedagang sebagai pembeli. Selanjutnya barang-barang itu disimpan dan dijual kembali dengan keuntungan besar.

    10.  Tuban
    Negeri Tuban berbatasan dengan rembang disebalah barat dan sedayu disebelah timur, kotanya dikelilingi oleh papan berjarak satu tembakan panah dari laut, kemudian ada satu lapisan pagar batu yang terbaut dari batu merah dengan tebal dua depa dan tinggi limabelas depa. Di bagian luar dinding ada danau yang mengelilini kota, di kaki tembok sebelah dalam ada tanaman berduri, di pinggir dinding juga terdapat panggung-panggung dari papan.
    Tuban terletak di tanah datar. Pada jarak tembakkan dari pantai kapal dapat berlabuh dan pada waktu air surut dapat diperoleh air tawar yang manis. Daerah pedalaman Tuban banyak menghasilkan padi, berbagai jenis kayu dan tuak, kecuali itu kapal-kapal di Tuban juga mengambil ikan dan air tawar. Selanjutnya dapat diperoleh juga asam, daging sapi, daging babi, ayam, dan bermacam-macam buah-buahan yang tersedia secara melimpah. Sebaliknya Tumban mengimpor lada dan bahan tenunan.
    Di sebelah timur Tuban terletak Sedayu, kemudian Gresik dan Surabaya. Dari ketiga kota pelabuhan itu, Gresik merupakan kota pelabuhan terbaik dan mendapat julukan sebagai pelabuhan orang kaya sebab disitu terdapat pedagang dari Gujarat, Kalikut, Bengala, Siam, dan Cina. Perdagangan yang paling ramai ialah kain tenun yang didatang dari segala penjuru. Banyak kain diborong oleh pedagang Gresik untuk kemudian dijual di Maluku dan Banda.

    11.  Masa Transisi dan Proses Islamisasi
    Kota perdagangana sebagai pusat pemasaran barang-barang menarik pedagang dari berbagai kebudayaan, maka sistem mengharuskan suatu keterbukaan, saling mengenal adat istiadat yang berbeda-beda dan toleransi. Sistem keterbukaan itu menjadi condition sine qua non bagi perdagangan, maka menjadi factor yang mengurangi kekuatan sistem feodal. Struktur kekuasaan di kota-kota itu masih menunjukkan sifat feudal, meskipun para penguasa tidak lagi mempunyai ikatan yang kuat dengan penguasa pusat. Lagipula karena mereka sendiri terlibat dengan perdagangan, maka perlu menjamin kebebasan dan keterbukaan dalam hubungannya dengan masyarakat.
    Kota-kota pelabuhan itu menciptakan kontak social, tetapi juga menyediakan ruang social untuk perubahan dan pembaruan. Toleransi yang ada memungkinkan beberapa sistem kepercayaan bereksistensi secara berdampingan. Menganut kepercayan baru dapat dilakukan dengan menimbulkan konflik social yang minim. Apabila sistem kepercayaan itu dengan nilai-nilainya dapat memberikan dukungan dan pembenaran dari status social suatu golongan tertentu, hal itu akan membuat “masak” masyarakat ke arah perubahan, oleh karena sudah ada unsur-unsur di dalamnya yang berperan sebagai protagonisnya. Dari keterangan di atas, wajarlah apabila di kota-kota pantai terdapat protagonis agama Islam di Tuban, Gresik, Cirebon, dan sebagainya. Waktu Pires mengunjungi Tuban dan Gresik pada tahun 1514 telah dijumpai penguasa-penguasa beragama Islam sebagai generasi yang ketiga. Di Tuban, hubungan politik dengan Majapahit belum diputuskan. Sebagian vasal penguasa masih bergaya feodal. Yang sangat mencolok adalah bahwa gaya hidup para vasal menunjukkan ciri abangan, yaitu adanya campuran Islam dan Jawa Hindu, seperti memelihara anjing. Bagi penguasa local, agama Islam merupakan lambang sebagai kekuatan kontra dalam menghadapi kekuasaan pusat yang berideologi Hindu. Konversi agama Islam akan mempermudah perdagangan dengan dunia perdagangan internasional yang pada waktu itu sebagian besar telah mereka kuasai, antara lain oleh pedagang Gujarat, Bengala, Malaka, dan Sumatera.
    Dalam lingkungan masyarakat kota pelabuhan, keterikatan feodal sudah berkurang oleh karena kekuasaan pusat kerajaan tidak mampu lagi memaksakan ketaatan yang ketat, namun para penguasa masih memakai gaya hidup feudal, maka situasi ini menempatkan golongan pedagang dalam posisi yang baik, tidak hanya membawa prestise social, tetapi juga pengaruh politik. Kalau dalam masyarakat kasta, kedudukan pedagang rendah, tetapi di kota pelabuhan yang penguasanya telah memeluk agama Islam, tidak mengenal asal keturunan, bangsa, dan kedudukan sosial. Islam memberikan legitimasi dan pembenaran kepada kedudukan para pedagang.
    Gambaran dikalangan rakyat tentang Islamisasi menunjukan suatu proses yang terjadi cepat, terutama sebagai hasil dari dakwah para wali sebagai perintis dan penyebar agama islam di Jawa. Para wali tersebut berkedudukan di kkota pantai (pesisir) dan sebagian termasuk elit politik-religius. Disamping kewibawaan rohaniah, mereka juga berpengaruh di bidang politik, antara lain ada yang memegang kekuasaan pemerintahan. Keterpaduan antara kedua jenis kekuasaan itu tidak bertentangan, baik dengan konsep Islam tentang kekuasaan pemerintahaan maupun konsep (Hindu)-Jawa tentang kekuasaan raja.
    Otoritas yang dimilki para wali merupakan ancaman bagi raja-raja Hindu-Jawa di pedalaman. Dalam perkembangan politik selanjutnya ada beberapa gejala:
    1.      Seorang wali tidak mengembangkan wilayah dan tetap mengembangkan pengaruh secara luas, umpamanya Sunan Giri.
    2.      Seorang wali tidak mengembangkan pengaruh politik dan selanjutnya kekuasaan politik ada di tangan raja, umpama di Demak dan Kudus.
    3.      Seorang wali mengembangkan wilayah dan melembagakannya sebagai kerajaan, tanpa mengurangi kekuasaan religious, umpama Sunan Gunung Jati.
    Para wali kesemuanya bergelar Sunan, suatu singkatan dari Susuhunan, artinya “yang dijunjung tinggi” (suhun––“dijunjung di atas kepala”) atau tempat mohon sesuatu. Disini kekuasaan kharismatis dapat memperkuat kekuasaan politik apabila seorang wali memegangnya. Dalam cerita rakyat yang lebih merupakan hagiografi, banyak yang diutarakan mujizat yang diperbuat oleh para wali itu.
    Adapun para wali di Jawa Sembilan jumlahnya, menurut urutan dari Timur ke Barat ialah:
    1.      Sunan Ngampel atau Raden Rahmat, seorang kemenakan dari permaisuri Kertawijaya (1467), dimakamkan di Ampel, Surabaya.
    2.      Malik Ibrahim atau Maulana Magribi, dimakamkan di Gresik.
    3.      Sunan Giri atau Raden Paku, makamnya di Giri dekat Gresik.
    4.      Sunan Drajat, putra Sunan Ngampel, dimakamkan di Sidayu Lawas.
    5.      Sunan Bonang atau Makdum Ibrahim, seorang putra juga dari Sunan Ngampel, mungkin sekali dilahirkan di Bonang Wetan dekat Rembang dan meninggal di Tuban.
    6.      Sunan Kudus, putra Sunan Ngudug, panglima bala tentara para wali yang menyerbu Majapahit (1478); waktu ayahnya gugur ia menggantikannya.
    7.      Sunan Murya, seorang pejuang melawan Majapahit, kemudian bertapa, makamnya di lereng selatan kawah gunung Murya; menurut tradisi, ayahnya, Pangeran Gadung, dimakamkan di situ juga.
    8.      Sunan Kalijaga, atau Seda Lepen atau Sahid Djaka seorang tumenggung Majapahit yang menyerang Jepara, tetapi kemudian masuk agama Islam karena usaha Sunan Bonang; kawin dengan seorang putrid Sunan Gunung Jati, menolak untuk tinggal di Cirebon dan akhirnya mengikuti perintah Sultan Trenggana menetap di Kadilangu.
    9.      Sunan Gunung Jati, berasal dari Pasai, menikah dengan saudara perempuan Sultan Trenggana (Demak), kemudian berhasil menaklukan Cirebon dan Banten. Makamnya di Gunung Jati, sebelah utara Cirebon.
    Daerah pesisir Jawa dengan kota-kota pelabuhannya mempunyai komunikasi yang intensif dengan pusat-pusat perdagangan seperti Malaka dan Pasai dan negeri-neberi di atas angin seperti Bengala, Gujarat, dan Parsi, kesemuanya juga merupakan pusat agama Islam dalam abad XV. Proses Islamisasi sebagai gerakan social-religius dipermudah oleh berbagai faktor, antara lain: 1. Suasana keterbukaan di kota-kota tersebut menciptakan kecendrungan structural untuk mobilitas yang lebih besar, antara lain berpindah agama; 2. Bersamaan dengan proses itu terjadi pula desintegrasi serta diorientasi masyarakat lama; 3. Dengan merosotnya kekuasaan pusat Hindu-Jawa maka perubahan struktural masyarakat mengakibatkan perubahan struktur kekuasaan. Dalam hal ini agama Islam merupakan tiang pendukungnya.