Total Tayangan Halaman

Sabtu, 25 Februari 2012

Memilih Pasangan Hidup


Setiap manusia yang normal, pasti ingin menikah dengan lawan jenisnya. Menikah bisa membuat seseorang menjadi tenang karena ada tempat untuk berbagi yang dilegalkan oleh hukum negara ataupun hukum agama. Selain itu, menikah juga bisa memperbanyak keturunan dan menyempurnakan separuh agama. Namun sayang, tidak sedikit orang yang batal menikah dikarenakan keinginan antara sang anak dengan orang tua yang berbeda.
Komunikasi dan diskusi dengan orang tua, merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh seseorang yang sudah memasuki masa siap menikah. Komunikasi antara sang anak dengan orang tua, akan bermanfaat bagi orang tua dikarenakan orang tua dapat mengetahui bagaimana kriteria calon pasangan yang diinginkan oleh sang anak dan juga bisa mengetahui bagaimana visi dan misi sang anak dalam menjalani biduk rumah tangga selanjutnya.
Selain bagi orang tua, komunikasi dan diskusi sebelum pernikahan juga berguna bagi sang anak. Komunikasi dan diskusi tersebut bisa memberikan informasi kepada sang anak mengenai calon menantu yang diinginkan oleh orang tua. Bukan tidak mungkin, komunikasi dan diskusi tersebut bisa menghasilkan pelajaran bagi sang anak mengenai cara membangun rumah tangga yang baik dan benar.
Terkadang, ketika komunikasi dan diskusi tersebut dilakukan, bukan tidak mungkin keinginan antara orang tua dan anak akan berbeda. Kendala seperti ini harus dibicarakan dengan baik-baik antara orang tua dan anak agar didapatkan sebuah solusi yang disepakati bersama. Namun, jika tetap tidak mendapatkan solusi, maka langkah terbaik adalah merujuk kepada hadist Nabi Muhammad SAW.
“Nikahilah wanita karena empat hal: karena hartanya, kecantikannya, keturunannya dan karena agamanya. Maka pilihlah yang memiliki agama (taat beragama), niscaya beruntung kedua tanganmu.” (HR Ahmad dalam musnadnya)  
Seperti kita ketahui bersama bahwa untuk mencari pasangan hidup, seseorang harus memperhatikan empat hal dari calon pasangannya. Hadist di atas tidak hanya berlaku bagi laki-laki yang hendak mencari istri, tetapi juga bagi perempuan yang hendak mencari suami.  Empat hal yang perlu diperhatikan dalam mencari pasangan hidup tersebut adalah kecantikan/ketampanan, kekayaan, garis keturunan, serta pemahaman dan penerapan ilmu agama dalam kehidupan sehari-harinya. Berdasarkan empat hal tersebut, faktor pemahaman dan penerapan ilmu agama dalam kehidupannya, merupakan satu hal yang sangat penting dalam mencari pasangan hidup.
Jikalau komunikasi dan diskusi tentang pernikahan telah dilakukan sebelum pernikahan terjadi, maka bukan mustahil bahwa pernikahan tersebut akan mendapatkan ridho dari Allah SWT dan mendapatkan keberkahan dalam menjalani biduk rumah tangga dikarenakan orang tua ridho dan ikhlas terhadap pernikahan anaknya dan sang anak menikahi lawan jenis dikarenakan mempertimbangkan faktor pemahaman dan penerapan ilmu agama dalam kehidupan sehari-hari.

Jumat, 24 Februari 2012

“Cogito Ergo Sum” Dipraktekkan oleh Facebook

Berawal dari sebuah obrolan ringan antara saya dan teman di city walk kota Solo. Lebih tepatnya di depan Graha Wisata Niaga. Kami berdua duduk di sebuah kursi yang disediakan untuk masyarakat yang hendak bersantai menikmati rindangnya pohon di pinggir jalan atau melihat ramainya jalan Slamet Riyadi.
Tidak ada topik khusus dalam obrolan tersebut. Setelah ngalor-ngidul  berbicara, sampailah pada topik yang sangat menarik yaitu perihal ungkapan Descartes, seorang filsuf asal Perancis. Ungkapan Descartes berbunyi: Cogito ergo sum, yang artinya “aku berfikir maka aku ada”.
Maksud kalimat tersebut adalah membuktikan bahwa satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah keberadaan seseorang. Keberadaan ini dibuktikan dengan fakta bahwa ia berfikir. Manusia yang dibekali dengan akal haruslah menggunakan akalnya untuk berfikir. Kalau dia berfikir membuktikan seseorang tersebut ada dan tetap eksis.
Fenomena menarik yang ada di sekitar kita tapi kadang tidak disadari oleh kita adalah Facebook. Dimana facebook telah mempraktekan ungkapan Descartes. Ketika hendak menulis status maka kita harus meng-klik tulisan: “perbarui status”, dengan otomatis di bawahnya muncul sebuah tulisan berbunyi: “apa yang anda pikirkan?”. Sangat jelas terlihat, kita menuangkan pikiran kita ke dalam status di facebook yang akan ditampilkan di Beranda dan dibaca oleh banyak orang.
Tidak jarang yang menuliskan status hanya untuk bernarsis ria. Namun, tidak sedikit pula menuliskan unek-unek di statusnya, mulai dari unek-unek masalah pekerjaan, keluarga, bahkan sampai masalah nasional yang sedang melanda negeri ini yang berpengaruh sampai ke penulis status baik secara langsung maupun tidak langsung. Ada juga yang menuliskan status hasil pemikirannya.
Kesimpulannya menjadi sangat sederhana, yaitu facebook telah mempraktekan ungkapan Descartes. Kalau ingin tetap ada dan eksis maka kita harus berfikir dan facebook telah memfasilitasi kita untuk menuangkan pemikiran kita dalam status. Bahkan saat ini ada sebuah buku yang isinya kumpulan status di facebook.