Total Tayangan Halaman

Selasa, 31 Juli 2012

Jeritan Seorang Hamba


Alhamdulillah... akhirnya bulan Juli berakhir dan digantikan oleh bulan Agustus. Berarti saatnya saya menjerit Aaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkhhhhhhhhh........
Pasti banyak yang bertanya kenapa saya harus menunggu bulan Juli berakhir baru bisa menjerit?? Maaf, saya tidak bisa menjawab karena ini adalah rahasia pribadi dan negara hehehe
Tolong serius sedikit yah!!! Saya sudah memendam perasaan ini cukup lama, tepatnya awal Ramadhan tahun ini. Semua berawal dari sakit yang melanda saya akibat terlalu capek menjalankan tugas kuliah dan negara mengakibatkan saya harus pulang untuk beristirahat di rumah beberapa saat.
Perjalanan Solo-Kebumen saya tempuh menggunakan bus. Pada awalnya berniat menggunakan kereta Pramex, namun apa daya, sang kuning telah meninggalkanku 1 jam lamanya (wis intine ketinggalan pramex). Terpaksa menggunakan bus ekonomi AC Sugeng Rawuh (eh, maksudnya Sugeng Rahayu) Solo-Jogja. Nyaman?? Yah, nyaman lah...
Sesampainya Jogja saya ganti bus ekonomi non AC jurusan Jogja-Cilacap. Rasanya?? Waduh, dah panas (padahal malam lho), sering ngetem, jalannya lemot (kayak modem mau kehabisan pulsa). Nah, di sini intinya. Dalam perjalanan pulang saya nngak tau tuh kapan awal Ramadhan karena di dalam bus nggak ada TV. Akhirnya saya buka jejaring sosial untuk melihat berita terkini mengenai awal Ramadhan. Selain itu juga buka situs-situs yang mengabarkan hasil sidang isbat.
Dari beberapa situs yang saya buka, terjadi perbedaan dalam penetapan awal Ramadhan 1433 H.  Pemerintah sendiri menetapkan awal Ramadhan pada hari Sabtu, 21 Juli 2012. Sedangkan Muhammadiyah dan beberapa ormas lain ada yang menetapkan awal Ramadhan jatuh pada hari Jum’at, 20 Juli 2012.
Perbedaan ini diakibatkan oleh beberapa faktor, salah satunya metode yang digunakan, antara hisab dan rukyat. Dengan metode yang sama pun masih bisa terjadi perbedaan. Misalnya, sama-sama metodenya rukyat, tapi hasilnya berbeda karena yang satu berpegang pada sebuah hadist nabi (maaf lupa bunyi lengkap hadist tersebut): Rasululloh SAW, tatkala sudah ada yang menyatakan melihat hilal, langsung memerintahkan besoknya shaum Ramadhan atau mengakhiri Ramadhan dan besoknya ber-idul fitri. Rasululloh tidak pernah mempermasalahkan posisi hilal berapa derajat. Namun, pemerintah sendiri (Kementerian Agama) menentukan harus di atas 2 derajat. Karena diyakini posisi di bawah 2 derajat tidak diakui pemerintah yang menyatakan tidak terlihat.
Ada sebuah keganjilan dalam sidang isbat (menurut pengamatan saya). Dalam sidang isbat dibacakan laporan pengamatan hilal yang dilakukan di 38 lokasi (kali ini saya juga lupa lagi tempatnya dimana saja hehe). Dan dari ke-38 lokasi tersebut tidak satu pun melihat hilal. Namun, di Cakung ada 4 orang yang berani disumpah telah melihat hilal. Kalau kita melihat kembali kepada hadist nabi di atas, maka laporan pengamatan hilal yang dibacakan di sidang isbat gugur. Tapi apa yang terjadi?? Keputusan tetap pada pemegang suara terbanyak. 38 lokasi vs 4 saksi. Ibarat pemilihan umum, suara terbanyaklah yang menang. 
Membaca berita yang ada dan menyaksikan fenomena umat saat ini, dada ini terasa perih dan sesak. Mungkin rasanya hampir sama dengan orang yang patah hati (hayo siapa yang pernah patah hati??). Mereka mengatakan perbedaan adalah rahmat. Ya, kalau perbedaan sekali dua kali. Lha kalau terus-terusan?? Musuh-musuh Islamlah yang akan bersorak gembira melihat fenomena seperti ini.
 Jadi muncul pertanyaan dalam benak saya: Saya yang seorang hamba dengan banyak dosa dan jauh dari sifat-sifat sempurna Nabi SAW saja sedih dan tersayat-sayat hatinya, bagaimana dengan Rasululloh SAW apabila mengetahuinya???
Sebelum saya tutup catatan, hanya sekedar konfirmasi. Saya membuat catatan ini tidak bermaksud memperuncing perbedaan di antara umat Islam. Teringat sebuah jokes menjelang sidang isbat menentukan 1 Ramadhan: Apabila hasil sidang isbat tidak mencapai 50%+1 maka puasa Ramadhan tahun ini akan dilakukan dua putaran.