Total Tayangan Halaman

Jumat, 12 April 2013

11 Kopassus Dikorbankan Demi Citra KSAD



Benarkah pelaku penyerangan Lapas Cebongan adalah 11 anggota Grup 2 Kopassus??? Hanya Tuhan dan pelaku sebenarnya yang tahu siapa pelaku penyerangan dan bagaimana kronologi kejadian sesungguhnya.
Hampir semua media baik cetak maupun elektronik mengabarkan bahwa pelaku penyerangan adalah 11 anggota Grup 2 Kopassus yang dengan jiwa ksatria mengakui perbuatannya. Tidak salah memang kalau media memberitakan pelaku penyerangan adalah oknum Kopassus, toh mereka mendapatkan infonya langsung dari Mabes TNI AD. Tapi bagi saya ada beberapa kejanggalan dalam peristiwa pengungkapan pelaku penyerangan yang dilakukan oleh Tim Investigasi bentukan TNI AD.
Karena Indonesia adalah negara demokrasi yang mempersilahkan rakyatnya untuk menyampaikan pendapatnya, maka saya akan menyampaikan pendapat saya perihal kejanggalan pengungkapan pelaku penyerangan Lapas Cebongan yang dilakukan oleh Tim Investigasi TNI AD.
Pertama, Kenapa TNI AD membentuk Tim Investigasi???
Tim Investigasi untuk mengungkap Kasus Cebongan ada 3, dari pihak Komnas HAM, Polri dan TNI AD. Komnas HAM membentuk Tim Investigasi karena mereka beralasan bahwa kejadian tersebut masuk dalam pelanggaran HAM. Ok, alasan Komnas HAM bisa diterima. Polri membentuk Tim Investigasi karena ini adalah masalah kejahatan dan melanggar hukum sehingga Polri sebagai aparat penegak hukum berkewajiban mengungkap siapa pelaku dan menangkapnya. Sedangkan TNI AD apa alasannya membentuk Tim Investigasi???
Alasan yang dikeluarkan oleh Mabes TNI AD adalah peristiwa penyerangan terjadi begitu cepat dan dilakukan oleh pasukan terlatih. Selain itu, korban adalah para pelaku pengeroyokan Sertu Heri Santosa yang merupakan anggota Kopassus, jadi mereka berkesimpulan bahwa pelakunya adalah anggota Kopassus yang merupakan pasukan elite di bawah naungan TNI AD sehingga Mabes TNI AD berkewajiban membentuk Tim Investigasi.
Dari sinilah kejanggalan dimulai, Kenapa tidak Mabes TNI yang membentuk Tim Investigasi??? Ya, kalau pelakunya benar Kopassus, kalau bukan melainkan dari matra lain, mungkin dari pasukan elit TNI AL atau pasukan elit TNI AU. Kita ketahui bahwasanya di Jogja ada Pangkalan TNI AU dan mereka mempunyai pasukan elit yang bernama Paskhas dengan kemampuan tempur khusus layaknya Kopassus, prajurit yang memiliki kemampuan dan ketrampilan khusus guna melakukan operasi terhadap sasaran yang bersifat strategi terpilih.
Dimulai dari pmbentukan Tim Investigasi terlihat bahwasanya Panglima TNI kalah superiornya dibanding KSAD. Seharusnya Mabes TNI yang membentuk Tim Investigasi, bukan TNI AD. Muncul kecurigaan saya, pembentukan Tim Investigasi oleh KSAD mengandung unsur pencitraan. Kita ketahui bersama KSAD akan pensiun pada 5 Mei 2013. Saya mempunyai dugaan setelah pensiun dari jabatan KSAD, Jenderal TNI Pramono Edi Wibowo akan terjun ke dunia politik melalui partai yang saat ini dipimpin oleh kakak iparnya sendiri.
Partai berlambang Mersi ini sempat kisruh karena banyak kadernya menjadi tersangka korupsi, bahkan sang ketua umumnya sehingga partai Demokrat tidak lagi mempunyai ketua umum. Selain itu tidak ada figur di partai untuk dijadikan ketua umum yang mengakibatkan SBY harus turun tangan menjadi ketua umum. Satu lagi, tidak adanya figur yang bisa dicalonkan menjadi Presiden di Pilpres 2014 mendatang karena SBY sudah 2 periode.
Apabila Ani Yudhoyono maju menjadi Capres jelas dia kalah jauh dibandingkan capres lainnya, seperti Prabowo, Yusuf Kalla, Wiranto, Abu Rizal Bakrie. Tidak mungkin mengusung “Sang Pangeran” Edi Baskoro Yudhoyono, dia masih terlalu ingusan untuk maju Capres. Mau tidak mau Pramono lah yang akan diajukan menjadi Capres pada 2014 mendatang karena dia bisa menjadi figur tersendiri yang belum terkena “noda kotor” politik.
Sayangnya Jenderal Pramono belum mempunyai nama “harum”. Setelah kejadian Lapas Cebongan dengan terungkapnya pelaku penyerangan oleh Tim Investigasi bentukan KSAD maka secara otomatis Pramono mendapatkan apresiasi tersendiri, selain itu dia juga mendapat simpati dan citra baik dari rakyat.
Dugaan saya semakin kuat setelah kemunculan komentar-komentar di beberapa tautan di FB, bunyi komentarnya begini:
"Apapun alasannya,jiwa korsa lebih penting, kehormatan adalah segala2nya. Kami seluruh TNI adalah pelakunya, karena kami merasa nyawa 1 Orang Kopassus lebih berharga dari 1000 Preman.  Tidak hanya sampai di sini kami nyatakan perang sama Preman, dan kami berjanji akan bersihkan Republik ini dari Premanisme, karena kami merasa Lebih baik menjadi Preman, jika bersalah ada yang membela ketimbang menjadi TNI tidak ada yang membela. Anda yang merasa preman berhati2lah, hentikan semua kegiatan anda mulai hari ini, putusan hari ini bukanlah membuat kami jenuh tetapi justru membuat kami beringas. Jika di dalam Penjara aja anda bisa terbunuh apa lagi di luar yang nota benenya anda tidak dijaga.
Pemimpin sekarang Lebih mengutamakan jabatan ketimbang Corp, jiwa korsa, apalagi anak buah. Mungkin hanya Jenderal Soedirman yang berkata "Tempat yang paling aman adalah di tengah anak buah" dan begitu perhatian dan berjuang Demi anak buahnya. Keputusan KASAD membuat kami lemas, kemana kebanggaan kami, kemana harga diri kami, kemana jiwa korsa kami? Apakah kami harus takut sama preman?
Percuma kami berlatih, kami dituntut Sabuk Hitam, menembak harus bagus, ketika yang kami sentuh Preman maka kami dipenjara? Percuma kami berlatih,jika menghadapi preman aja kami harus mengalah bahkan kami mati sia2 di tangan preman. Tidak kami tidak mau mati sia2 apalagi dί tangan preman. Kami akan berjuang membasmi Preman dαπ menciptakan Indonesia Bebas premanisme.
Kami TNI saat ini tersakiti, kami tidak mau teman2 kami tersakiti, jika teman2 kami diadili karena Preman maka ini awal Kudeta yang sebenarnya."
Dari pernyataan di atas terdapat kalimat “Keputusan KASAD membuat kami lemas, kemana kebanggaan kami, kemana harga diri kami, kemana jiwa korsa kami?” menunjukan kekecewaan prajurit TNI khususnya Kopassus atas keputusan KSAD membentuk Tim Investigasi guna mengungkap pelaku penyerangan dan setelah terungkap maka nama KSAD akan harum di mata rakyat serta tokoh-tokoh penting di negara ini yang mendukung reformasi dan keterbukaan TNI karena berani melakukan terobosan yang belum pernah dilakukan oleh pemimpin TNI sebelumnya.
Selain itu, tambah yakin lagi kalau ini memang rekayasa untuk mengangkat nama seseorang setelah membaca artikel milik akun Muslihudin El Hasanudin, potongan artikel yang menunjukan kekecewaan prajurit atas sikap KSAD:
“Kami di paksa mengaku“
Kita di korbankan demi jabatan kawan,.
Kami sedih,,,,mulai sekarang roh BARET MERAH sudah tiada.
Kau boleh bangga tapi kami kcewa,,,sampai2 demi jabatan, kami sampai di korbankannnnnn
Biar kalian tau aja,kami di paksa dan dikorbankan demi jabatan.
Utk interen,kami semuanya kcewa,
Hari ini kasad mengumpulkan seleuruh pamen,dan pati seluruh indonesia di balai komando cijantung. cijantung.
Jiwa dan hati kami hancur,,,,,,,kami kcewa sama KASAD yg nota bene bapak kami malah mengecewakan kamiiiiiiiiiii,,,,
Demi namanya bersih, karna suatu saat mau duduk di partai, dia mengorbankan anggotanya. 

*10-4-2013

Senin, 08 April 2013

Kopassus Vs Korlantas



Pengungkapan pelaku penyerangan Lapas Cebongan menjadi prestasi tersendiri bagi tim investigasi dari TNI AD yang dibentuk oleh KSAD. Namun, prestasi itu tak lepas dari jiwa ksatria 11 prajurit Kopassus yang mengakui tindakannya sebagai pelaku penyerangan dan siap bertanggungjawab atas tindakannya tersebut.
Sudah menjadi sikap yang tertanam dalam diri anggota Kopassus untuk berjiwa ksatria. Dalam himne Kopassus sendiri ada syair berbunyi “Prajurit Komando berjiwa ksatria”. Jelas sekali kalau mereka ditekankan untuk memiliki sikap sebagai seorang ksatria, berani bertanggungjawab atas tindakan yang mereka lakukan apapun konsekuensinya.
Sikap ksatria tidak hanya ditunjukan oleh para prajurit pelaku penyerangan Lapas Cebongan melainkan juga ditunjukan oleh pimpinan tertinggi di korps baret merah, Danjen Kopassus. Sebagai Pimpinan tertinggi dia tidak lari dari tanggungjawab, justru Danjen Kopassus menyatakan siap bertanggungjawab atas tindakan anak buahnya, bahkan dia siap menukar kepalanya dengan hukuman yang dijatuhkan untuk anak buahnya. Inilah pernyataan Danjen Kopassus: “Jika boleh ditukar kepala untuk menjalani hukuman 11 anggota saya, maka Mayor Jendral TNI Agus Sutomo yang 5 tahun lagi akan pensiun, siap menggantikan hukuman mereka apapun itu. Sebagai bentuk pengayoman saya kepada Anggota saya.”
Lain halnya dengan Kopassus, Korlantas (Korps Lalu Lintas) yang sedang tercoreng wajahnya oleh tindakan anak buahnya karena menilang seorang bule asal Belanda di Bali dan mabuk-mabukkan di dalam pos polisi bersama sang bule, tidak ada satu pun pimpinan dari korps lalu lintas yang bersedia menyatakan siap bertanggungjawab atas tindakan anak buahnya. Seolah-olah para pimpinan tidak merasa bersalah ketika ada anak buahnya melakukan tindakan melanggar hukum. Padahal mereka sendiri adalah aparat penegak hukum.
Apa yang terjadi selanjutnya?? Aparat kepolisian di Bali justru malah membuat video sebagai tandingan video yang diupload Van Der Spek, Bule asal Belanda yang menjebak sang oknum kepolisian. Dari video tersebut sangan jelas terlihat kalau korps lalu lintas hanya melakukan sebuah pencitraan supaya korps-nya tetap terlihat bersih di mata masyarakat sebagai penegak hukum di jalanan.
Bagaimana rakyat tidak mendukung Kopassus yang melakukan penyerangan ke Lapas Cebongan sehingga menewaskan 4 preman yang selalu meresahkan masyarakat walaupun tindakan oknum Kopassus sebenarnya juga salah kalau dilihat dari kacamata hukum. Sedangkan aparat hukumnya sendiri malah menjadi preman jalanan yang siap menilang orang-orang yang kadang tidak bersalah dan uang tilangnya pun entah lari kemana. 

Kamis, 04 April 2013

Menggandeng Istri



Bernostalgia adalah hal menyenangkan apalagi kalo kita bernostalgia dengan peristiwa-peristiwa indah di masa lalu. Bernostalgia dengan bertemu teman lama juga salah satu hal tidak akan terlupakan dan sangat menggembirakan ketika sudah lama tidak bertemu.
Kejadian ini bermula ketika ane berjalan-jalan di suatu Mall terkenal di Kota Bengawan. Pada saat tersebut ane bertemu dengan seorang teman SMP yang kini sudah menggandeng istrinya yang kebetulan teman satu SMP. Dari kejauhan mereka terlihat mesra sekali, berjalan-jalan dalam Mall dengan selalu bergandengan tangan. Sebagai seorang lajang ane kan juga ngiri -.-
Ane putusin untuk deketin mereka. “Hey bro, lama kita gak ketemu”, ane sapa teman ane itu. Akhirnya ane pun duduk bertiga sambil makan-makan dan ngobrol. Ane juga penasaran dengan kemesraan mereka yang berani merekan pertontonkan di Mall barusan.
“Bro, kalian kok mesra banget. Jalan-jalan di Mall gandengan tangan terus?”
“Hahahaha...”, Teman ane hanya tertawa.
“Heh, ditanya malah ketawa??”
“Saya gandeng tangan istri karena takut kalau gandengannya lepas nanti dia belanja terus, gak ada matinya deh hahaha...”
Dan kami pun tertawa lepas bertiga.

*2-4-2013

Selasa, 02 April 2013

Oratur Ulung??



Hai gays... ketemu lagi kita di catatan Mas Foe, humor gokil. Kali ini ane mau bercerita pengalaman ane menjadi orator. Tau kan apa itu orator?? Kalo kalian gak tau ane jelasin ya ^_^ Orator adalah orang yang berorasi, mereka bisa disebut orator kalo sudah melakukan orasi di depan masa.
Salah satu tokoh favorit yang menginspirasi ane menjadi seorang orator adalah Ir. Soekarno, Presiden pertama Indonesia yang lebih dikenal dengan Bung Karno. Tentunya teman-teman semua sudah tau bagaimana Bung Karno ketika sedang berorasi di depan lautan manusia. Penuh dengan semangat dan berapi-api sehingga membuat para pendengarnya terbakar semangatnya. Lha, dari situ ane selalu ingin menjadi orator ulung seperti Bung Karno.
Pada suatu hari (cieee... kayak cerita karangan jaman SD dengan awalan seperti itu) ane mendapat kesempatan menjadi seorang pengisi dalam sebuah acara, Ane menyampaikan materi dengan penuh semangat dan berapi-api, tapi apa yang terjadi?? Ternyata semua peserta pulang. Entah karena bosan dengan materi yang ane sampaikan atau bosan melihat wajah ane yang ganteng ini (narsis dikit haha...).
Pada saat seperti itu ane benar-benar kecewa, tapi rasa kecewa ane hilang ketika melihat ada satu orang yang masih duduk dengan setia mendengarkan materi yang disampaikan. Akhirnya ane bertanya pada orang tersebut, “Apakah materi yang saya sampekan sangat menarik sehingga anda tidak pulang seperti yang lain??”, dengan wajah muram orang tersebut menjawab “Tidak.”
Tidak tertarik dengan materi yang ane sampekan, tapi juga tidak ikut pulang bersama yang lain?? Ane semakin penasaran saja sama orang tersebut. “Terus kenapa bapak tidak pulang seperti yang lain??” Ane bertanya karena terdorong rasa penasaran. “Saya tidak pulang karena saya adalah pembicara selanjutnya, mas!!!” Ane  malu  mendengar jawaban orang tersebut Hehehe...

*1-4-2013