Umat Islam adalah umat yang beruntung karena mendapat
dua pegangan untuk bisa hidup di dunia ini tanpa tersesat ke jalan yang
dimurkai oleh Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Dua pegangan tersebut adalah Al-Qur’an
dan Al Hadist. Di dalam Al-Qur’an terdapat 114 Surat yang apabila kita baca dan
kita kaji bersama sangat mengagumkan isinya. Banyak sekali pelajaran yang bisa
diambil dari Al-Qur’an karena di dalamnya terdapat berbagai macam sumber ilmu,
mulai dari Sejarah, IPTEK, Politik, Militer, Ketatanegaraan, Kedokteran, Akhlak
dan masih banyak lainnya.
Kali ini yang akan dibahas adalah Surat Al Fil. Surat Al
Fil adalah salah satu surat Makkiyah yang berjumlah lima ayat. Surat dengan
terjemahan “Gajah” mengandung suatu pelajaran yang sangat berharga bagi kita
Umat Islam pada umumnya dan warga negara Indonesia dengan jumlah Umat Muslim
terbesar di dunia pada khususnya. Saya mengambil tiga pelajaran dari Surat Al
Fil. Tiga pelajaran tersebut adalah, Sejarah, Militer, dan Tekhnologi.
Pengertian sejarah secara singkat adalah kejadian dan
peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Dari isinya sudah sangat
jelas bahwa Surat Al Fil mengandung sebuah sejarah karena berisi kisah nyata
masa lampau yang menceritakan pasukan bergajah pimpinan Raja Abrahah hendak
menghancurkan Ka’bah. Jadi, tidak diragukan lagi kalau Islam mengajarkan kita
untuk tidak lupa akan sejarah karena di dalam sejarah mengandung sebuah hikmah
yang sangat berharga bagi kita Umat Islam.
Pelajaran selanjutnya mengenai Ilmu Militer. Pasukan
Bergajah milik Abrahah adalah pasukan terkuat pada saat itu sehingga tidak ada
yang berani menghadapinya. Umat Islam hanya bisa bersabar dan selalu memohon
kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala ketika melihat rombongan pasukan kavaleri
gajah. Pada zaman Abrahah, pasukan kavaleri menggunakan gajah sebagai
tunggangan karena binatang tersebut mempunyai badan yang besar dan kuat
melebihi kekuatan kuda yang hanya dimanfaatkan kecepatannya. Gajah juga
mempunyai kulit tebal dibandingkan binatang lainnya. Ketebalan kulitnya juga dimanfaatkan
untuk menahan sabetan senjata tajam pasukan infanteri musuh. Pada saat ini
Pasukan Kavaleri tidak lagi menggunakan gajah melainkan kendaraan lapis baja
yang tidak mempan peluru bahkan bom dengan kekuatan kecil. Bisa dikatakan
Paukan Kavaleri merupakan pasukan bagian darat terkuat bila dibandingkan
pasukan lainnya seperti infanteri.
Sehebat apapun kekuatan dan strategi militer manusia,
tetap saja kalah dengan Sang Maha Strategi. Pada saat serangan pasukan Abrahah,
Alloh Subhanahu Wa Ta’ala mengirim burung yang berbondong-bondong untuk
mengalahkan Abrahah dan anak buahnya. Dalam sebuah tafsir, burung tersebut
bernama burung Ababil. Burung Ababil terbang membawa batu yang terbakar. Ada
pula yang menafsirkan bahwa batu tersebut adalah batu dari neraka. Muncul
sebuah pertanyaan: “Mengapa Alloh mengirim burung Ababil untuk melawan Abrahah
dan bala tentaranya? Mengapa tidak mengirim hewan yang berbisa seperti ular,
kalajengking, atau mengirim hewan buas macam singa dan harimau?”
Ada pelajaran militer satu lagi yang bisa kita ambil
hikmahnya. Kita sering diajarkan ketika kecil hingga dewasa mengenai argumen
“wilayah Indonesia meliputi sepertiga daratan dan dua pertiga lautan”.
Sebenarnya kita dibodohi. Pernahkan kita diajari bahwa kita memiliki wilayah
udara yang sangat luas, dimana wilayah udara kita juga meliputi wilayah darat
dan laut. Itulah sebabnya mengapa Alloh Subhanahu Wa Ta’ala mengirim burung
Ababil. Rabb kita mengajari bahwa untuk menguasai wilayah dan menang dalam
pertempuran, kita harus kuat dalam bidang udara. Sejarah membuktikan, Amerika
menjatuhkan bom atomnya di kota Hirosima dan Nagasaki menggunakan pesawat
terbang, bukan menggunakan kapal laut ataupun dibawa menggunakan kendaraan
lapis baja.
Pelajaran ketiga perihal tekhnologi. Udara tidak hanya
sebatas pesawat terbang. Negara maju seperti Amerika menggunakan satelitnya
yang ada di udara untuk melakukan pengintaian berbasis tekhnologi. Alat-alat
komunikasi modern saat ini juga menggunakan jaringan yang berseliweran di
udara, hanya saja tidak terlihat secara kasat mata. Dengan kecanggihan
tekhnologi inilah negara-negara maju dapat mengontrol negara berkembang untuk
tidak macam-macam karena apabila berbuat macam-macam dapat terdeteksi dengan
mudah. Misalnya mereka melakukan penyadapan terhadap musuh.
Surat Al Fil juga menjelaskan bahwa pasukan Abrahah yang
terkena batu dari neraka seperti daun yang dimakan ulat. Ilmu tersebut sudah
dipraktekkan oleh Yahudi pada tahun 2009. Pada waktu itu Yahudi dengan kekuatan
militer udaranya menjatuhkan bom fosfor. Bom ini bukanlah bom dahsyat yang
menghancurkan sebuah gedung besar dengan sekali gempuran, tapi bom ini cukup
menyiksa. Orang yang yang terkena bom ini akan mengelupas kulitnya seperti
orang terkena luka bakar, bahkan lebih parah. Orang-orang Palestina yang
terkena bom fosfor seperti daun yang dimakan ulat. Begitulah Yahudi
mempraktekan ilmu yang terkandung dalam Al-Qur’an. Kita sebagai umat Islam yang
memiliki Al-Qur’an bukannya mempraktekkan justru menjadi kelinci percobaan
Yahudi.
Orang Yahudi yang tidak mempunyai Al-Qur’an saja
mampu mempelajari dan mengamalkan isinya, mengapa kita Umat Islam tidak bisa
mengamalkannya. Ini adalah suatu tamparan keras bagi kita untuk lebih
mempelajari, mengkaji dan mengamalkan dua pegangan kita, Al-Qur’an dan As-Sunnah.