Semenjak kecil saya mengenal berbagai macam pisuhan.
Karena saya berasal dari Kebumen pisuhan yang saya kenal lebih banyak berupa
binatang, misal: Asu, Celeng, Jangkrik dan beberapa pisuhan selain binatang,
kayak, Matamu, Cocote, Lambemu, Digilmu dll. Saya mendengar pisuhan ketika
sedang nongkrong bersama teman-teman sekolah atau teman main. Saya tidak
mendengar pisuhan dari teman pondok. Walaupun waktu di Kebumen saya hanya
santri kalong di sebuah pondok, saya tetap berusaha menjaga mulut agar tidak
sampai mengucapakan pisuhan ketika berkumpul dengan teman-teman di pondok.
Pisuhan yang berasal dari kata pisuh adalah kata kerja
dalam Bahasa Jawa yang berarti umpatan atau pengungkapan rasa kesal. Pisuhan
tidak hanya muncul ketika seseorang sedang emosi dengan orang lain, tetapi bisa
muncul secara refleks ketika sedang mengalami sebuah kejadian. Misalnya, ketika
ada seorang yang sedang kesandung batu, apabila dia sudah terbiasa dengan
ucapan misuh maka yang keluar ketika kesandung adalah kata pisuhan, bukannya
kalimat “Innalillahi” atau “Astaghfirullah”.
Setelah saya menempuh pendidikan di Solo semakin
bertambah kosakata pisuhan. Beragam kata misuh di Solo yang tidak ada di
Kebumen, misalnya: Dlogok, Badalah, Lonteng, Jancuk, dll. Awal di Solo saya
cukup terjaga dari mengucapkan dan mendengar orang misuh karena selama kurang
lebih empat tahun saya tinggal di Pesantren. Kali ini tidak lagi sebagai santri
kalong, melainkan sudah menjadi santri mukim.
Begitu keluar dari Pesantren saya pindah ke kost. Di
kost pertama saya itu saya mulai mengenal teman-teman yang suka mengucapkan
kata misuh seperti, dlogok, dlegek, badalah, jancuk, lonteng dan pisuhan beberapa
hewan. Akhirnya saya pindah kost dikarenakan masa kost saya sudah habis. Di kos
selanjutnya pun tidak beda jauh, umpatan yang keluar hampir sama, menggunakan
kosa kata pisuhan Bahasa Jawa, lebih tepatnya pisuhan Bahasa Jawa non ngapak.
Dan kost saya yang terakhir ini lebih unik soal bahasa
pisuhan. Menurut teman saya yang beda kost mengatakan kalau kost saya yang
sekarang ini adalah kost elit. Elit yang dimaksud teman saya adalah dalam segi
kost yang bagus dan megah serta biaya yang tidak murah dibanding dengan
kost-nya. Tetapi saya tidak akan membahas bangunan kost saya sekarang. Kembali
kepada hal pisuhan. Di kost sekarang kata-kata pisuhan bukan lagi dengan
menggunakan pisuhan Bahasa Jawa, melainkan dengan Bahasa Indonesia, misalnya:
Bangsat, Bajingan, Brengsek. Tetapi teman-teman kost saya sekarang lebih sering
misuh dengan Bahasa Inggris, misal: Fuck, Shit, Damn etc.
Saya tidak tahu alasan mengapa di kost sekarang
menggunakan pisuhan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Mungkin karena
penghuninya berasal dari berbagai macam daerah di Indonesia, lebih beragam
dibandingkan dua kost saya sebelumnya yang isinya hanya orang Jawa saja. Untuk
mengakhiri note saya kali ini saya tidak akan misuh terhadap siapa pun termasuk
kepada para pembaca. Sebagai sesama Muslim saya hanya mengingatkan untuk selalu
menyebut nama Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dalam keadaan apapun.
Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya dan meninggal
dalam keadaan Khusnul Khotimah. Amin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar