Pengalaman ini terjadi ketika ane masih tinggal di
Ma’had. Masyarakat di sekitar Ma’had menganggap bahwa Mahasantri (sebutan bagi
Mahasiswa yang tinggal di Ma’had) adalah manusia pilihan dengan berbagai ilmu,
baik ilmu yang digelutinya di Kampus maupun ilmu agama yang dipelajari di
Ma’had.
Suatu ketika ada kajian yang diadakan oleh jama’ah
pengajian ibu-ibu di rumah seorang jama’ah. Pengajian ini rutin diadakan setiap
malam minggu, bergilir dari rumah satu ke rumah yang lain supaya tiap jama’ah
mendapat giliran menjadi tuan rumah dan saling bersilaturahim ke kediaman para
jama’ah.
Sudah beberapa kali ane ngisi ceramah dalam kajian
ibu-ibu tersebut dan selalu tidak ada masalah. Selain ngisi ceramah dalam
kajian ibu-ibu ane juga sering jadi khatib dan ngisi kajian di beberapa tempat.
Kembali ke kajian ibu-ibu, tragedi itu terjadi ketika seorang ibu bertanya
kepada ane: “Mas, saya mau tanya nih. Besar mana dosa antara koruptor dengan
pelacur?”
Jujur baru pertama kali ini ane dapat pertanyaan seperti
itu, bingung mau jawab apa. Ane berfikir cukup lama sampe ibu-ibu menunggu
dengan wajah penuh harap. Akhirnya ane pun menggunakan logika untuk mencari
jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan oleh ibu berkerudung cokelat.
“Mohon ibu-ibu semua berfikir sejenak,” perintah ane
kepada para jama’ah. “Saya tidak akan menjawab pertanyaan tadi, tapi saya akan
balik bertanya kepada jama’ah sekalian. Koruptor cari uang dengan
menyengsarakan orang banyak, pelacur mencari uang dengan memberi kesenangan
kepada orang banyak. Pikir saja sendiri, besar mana dosanya menurut ibu-ibu
sekalian??”
Semenjak itulah ane tidak mau lagi ngisi kajian jama’ah
ibu-ibu. Ane juga menolak segala macam undangan untuk ngisi kajian yang dalam
kajian tersebut ada sesi tanya jawabnya.
*24-03-2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar