Sejak awal Ramadhan sampai saat ini saya selalu ditag
catatan di FB oleh beberapa teman yang suka menulis. Tema catatannya pun
beragam. Kebanyakan bertema cinta kepada Sang Khalik. Bukanlah catatan picisan
yang menjelaskan cinta murahan kepada makhluk dengan berlebihan sehingga
melupakan cintanya kepada Sang Maha Cinta. Melainkan catatan tajam yang melukai
siapa saja yang sudah salah dalam mengartikan cinta.
Saya adalah salah satu korban tusukan catatan cinta
yang lebih tajam dari Katana milik seorang Samurai. Apabila seorang Samurai
bisa memanggal leher manusia hingga putus dalam sekali tebas dengan Katananya, catatan
cinta milik teman-teman saya telah memutilasi saya bahkan melolosi setiap ruas
tulang dan membuat saya lemas tak berdaya.
Bukanlah salah sang penulis catatan, melainkan salah
saya karena sudah mengartikan cinta secara murahan sampai-sampai melupakan
cinta terhadap Pemilik Cinta Abadi. Catatan tidak hanya saja menusuk dan
melukai pembaca, tetapi bisa menjadi sebuah sarana penyembuhan penyakit. Ibarat
jarum, bisa melukai siapa saja yang salah menggunakannya, tetapi bisa
menyembuhkan beberapa penyakit apabila jarum tersebut digunakan sebagai sarana
akupuntur.
Rasa aneh menghinggapi saya. Membaca judul catatan
teman-teman yang sangat menarik seperti magnet bagi siapa saja, pastinya akan
membuat orang yang membaca judulnya akan semakin tertarik untuk membaca isinya.
Tidak bagi saya. Justru papan komentarlah yang pertama saya lirik. Menurut saya
komentar dari para pembaca terlihat lebih seru, terlebih komentarnya saling
sahut-sahutan membantah atau melengkapi antar satu dengan lainnya.
Cukup membaca komentar saja sudah membuat saya
tahu kesimpulan catatan. Namun, ada sebuah ketidakpuasan ketika belum membaca
catatan yang disodorkan kepada saya. Dengan membaca catatan membuat saya
semakin tahu inti permasalahan. Lain halnya jika belum ada komentar satu pun yang
menghiasi catatan. Mau tidak mau catatan tersebut saya baca terlebih dahulu dan
menelaah isinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar