Perasaan akhir2 ini banyak pria berbadan
kekar, penuh tato tapi doyan masak.
Status
dari seorang teman yang mungkin terinspirasi oleh tayangan Master Chef di RCTI.
Saya sendiri memang tidak pernah mengikuti acara tersebut secara seksama, hanya
sekali menonton acara itu. Dalam acara lomba masak itu ada banyak peserta
laki-laki maupun wanita.
Sebagai
lelaki normal saya bisa mengatakan para peserta lomba masak yang berjenis
kelamin laki-laki terlihat ganteng dan macho. Kenapa saya bisa mengatakan
seperti itu?? Pertama karena badan mereka yang terlihat kekar dan seksi. Kedua,
penampilan mereka terlihat sangar (bahasa ekstrimnya macho) dengan tato dan
atribut pada diri mereka.
Di
sini saya kembali mempermasalahkan status yang ditulis oleh teman. Dari status
itu dapat disimpulkan bahwa yang namanya laki-laki yang terlihat “laki”
seolah-oleh tidak pantas masak. Memasak adalah pekerjaan kaum wanita atau untuk
laki-laki feminim.
Mungkin
sah saja dia mengatakan demikian, toh itu pendapat dia. Tapi kita juga mengenal
yang namanya kesetaraan. Ketika ada banyak wanita saat ini yang melakukan
pekerjaan layaknya pria, apakah pria tidak boleh melakukan pekerjaan layaknya
wanita?? Selain itu memasak tidak hanya dijadikan pekerjaan. Mungkin hobi,
mungkin panggilan jiwa atau bisa jadi berawal dari sebuah keterpaksaan.
Saya
sendiri juga senang masak ketika sedang berada di rumah. Mulai dari masak air,
masak mie instan, bahkan sampai memasak sayur membantu ibu. Semua itu saya
lakukan dengan enjoy tanpa perasaan kalau saya adalah seorang lelaki feminim
apalagi sebagai seorang wanita. Asalkan kita tidak melupakan kodratnya sebagai
seorang laki-laki, toh kita tetap menjadi lelaki macho yang gemar memasak
karena memasak tidak akan mengurangi sifat macho seorang lelaki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar