Tidak sedikit orang beranggapan bahwa istikharah hanya
digunakan untuk memilih jodoh. Misal, ketika hadir dua sosok lawan jenis
mempesona yang membuatnya bingung harus memilih mana, istikharah baru
digunakan. Tetapi ketika kita bertemu dua jalan kehidupan yang sama-sama
membuat bingung, jarang dari kita melaksanakan shalat istikharah sebagai sarana
meminta petunjuk Allah SWT.
Sudah jelas dalam hadist: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam, mengajari kami shalat
istikharah dalam setiap perkara/urusan yang kami hadapi sebagaimana Beliau
mengajarkan kami suatu surah dalam Al-Qur’an. Beliau berkata,”Jika salah
seorang dari kalian berniat dalam suatu urusan, maka lakukanlah shalat dua
raka’at yang bukan shalat wajib, kemudian berdoalah” (HR. Al-Bukhari).
Hadist di atas menerangkan pentingnya meminta petunjuk
Allah SWT supaya Dia memberikan petunjuk mana terbaik yang harus dipilih dalam
setiap perkara. Bisa berupa memilih sekolah, tempat tinggal, tempat kerja, dll.
Kita lebih banyak menggunakan logika dan nafsu dalam memilih sesuatu (ngaku gak
loe?).
Ada benarnya ketika logika ikut bermain tapi sesuai
jatah, jangan berlebihan. Ketika hendak membeli
rumah logika kita bermain, apakah lokasi tersebut dekat dengan tempat kerja
sehingga memudahkan kita dalam pekerjaan, lingkungan yang kondusif dan
pertimbangan lainnya. Setelah berbagai pertimbangan, jangan lupa serahkan semua
keputusan akhir pada Allah SWT. Itu salah satu contohnya.
Begitu pun dengan nafsu. Manusia dikaruniai nafsu,
tidak mungkin nafsu bisa dihilangkan dalam diri manusia melainkan dikendalikan.
Contoh simple, disaat kita akan menikah. Kita
dipersilahkan melihat wajah calon pasangan dengan tujuan agar memperkuat
keinginan menikah. Selain itu juga agar kita tidak menyesal di kemudian hari.
Istilah lain membeli kucing dalam karung. Pada saat melihat
calon pasangan, jangan menggunakan nafsu terlalu besar. Secantik dan seganteng
apa pun dia, terpenting adalah agamanya. Lagi, istikharah sebagai sarana
meminta petunjuk Allah SWT supaya diberi yang terbaik.
Problem saya pada beberapa hari terakhir ini adalah
memilih. Bukan memilih jodoh (Pe-De), memilih sekolah (yang satu saja belum
lulus mau milih lagi) atau memilih kerja (lulus bos, lulus!!). Memilih pada
beberapa hari terakhir adalah memilih tempat berbuka puasa. Hampir setiap
Masjid di Solo menyediakan buka puasa gratis. Siapa pun boleh ikut tanpa harus
diundang terlebih dahulu. Sekarang masalahnya lain, saya memilih tempat berbuka
puasa dengan status tamu undangan. Persoalan yang lebih pelik adalah dalam satu
hari ada dua undangan berbuka puasa di tempat yang berbeda.
Dilema? Mungkin iya. Pertama, karena sama-sama gratis. Kedua, yang satu gratis dan
lainnya berbayar. Untuk dua hari terakhir ini saya memutuskan mendatangi buka puasa
bersama yang panitianya mengundang lebih dulu.
Entah itu gratis atau bayar. Siapa cepat dia dapat (kok saya kayak buat rebutan
yah, hehe).
Bagaimana
dengan nanti sore dan hari-hari selanjutnya? Apakah badan saya harus dibelah
menjadi dua atau lebih agar bisa menghadiri semua undangan? Perlukah istikharah
sebagai sarana meminta petunjuk mana yang terbaik?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar