Membaca
judulnya pasti banyak yang beranggapan ada sebuah perselisihan antara mahasiswa
dan sopir truk. Tebakan anda tidaklah salah total, memang ada sebuah
perselisihan antara mahasiswa dan sopir truk. Perselisihan di sini bukanlah
perselisihan seperti halnya petinju yang akan bertarung, misal Mike Tyson vs
Evander Holifyld. Melainkan perselisihan dalam porsi makan.
Diantara
kalian sudah banyak yang baca note saya kemarin yang berjudul “Journey To Semarang” bukan? Note
pada hari kemarin bersambung, dan inilah sambungannya.
Kejadian
bermula ketika saya sedang makan malam di sebuah warung pinggir jalan raya Solo-Semarang.
Kebetulan dekat warung adalah tempat ngetemnya para truk sehingga banyak sopir
truk yang berkeliaran di situ. Lha, pas saya sedang makan tiba-tiba ada seorang
pelanggan berbadan gemuk yang juga lagi makan memanggil pelayan warung: “mas!”
Pelayan warung
datang mendekati pelanggan yang memanggilnya tadi sambil membawa piring berisi
nasi putih. Piring berisi nasi putih disodorkan kepada pria berbadan gemuk yang memanggilnya sambil
berucap “biasa, pak.”
Hah?? Saya
kaget melihat kejadian itu. Hanya dengan memanggil “mas” tanpa embel-embel
“minta tambah nasi” sang pelayan sudah tau maksud dari pria berbadan gemuk yang
tak lain adalah pak sopir. Apalagi ditambah ucapan pelayan dengan mengatakan
“biasa, pak.”. Saya semakin percaya kalau sopir truk yang sedang makan di
warung bersama saya sudah langganan di warung tersebut dan makannya lebih dari
satu piring nasi putih.
Jadi teringat
ketika saya dalam “masa pertumbuhan”. Pada waktu itu masih semester awal. Saya
makan layaknya orang kesurupan. Bisa dikatakan porsi untuk dua orang saya kuat
menghabiskannya sekali lahap. Bahkan sampai teman-teman saya hafal porsi makan
saya. Kalau mereka melihat saya mengambil sedikit makanan mereka akan berucap:”ra sah
isin-isin”. Hanya senyuman yang mampu saya berikan, dengan tangan masih terus
mengambil makanan yang saya inginkan.
Semua berakhir
pada semester akhir, perut terasa sangat sakit dan susah untuk BAB. Saya
putuskan berobat ke MC, Medical Centre UNS (mumpung mahasiswa gratis). Saya
mendapat berbagai macam vitamin dan obat pelancar BAB disuruh beli sendiri di
apotek luar karena di apotek MC tidak ada obat pelancar BAB. Saran dari dokter
adalah perbanyak olahraga dan diet. Alhamdulillah sekarang sudah sehat. Tidak
perlu ke klinik Tong Fang. Hehehe...
Dulu mungkin saya bisa bersahabat dengan pak
sopir karena sama-sama mempunyai porsi makan jumbo. Sekarang saya adalah lawan
pak sopir dalam hal porsi makan. Sekadar catatan: Tidak semua sopir truk porsi
makannya banyak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar