Total Tayangan Halaman

Senin, 02 Desember 2013

KALAU JODOH GAK KEMANA



Pada 1 Desember 2013 diperingati sebagai hari AIDS sedunia. Pemerintah melalui Kemenkes memperingati hari AIDS dengan membagi-bagikan kondom gratis, alasannya untuk pencegahan virus HIV AIDS. Bukannya tidak peduli dengan kesehatan sesama atau kepada para pengidap AIDS, pada tanggal tersebut saya tidak memperingati sebagai hari AIDS tetapi lebih memilih liburan ke Pantai Klayar.
Kunjungan saya ke Pantai Klayar bukanlah yang pertama, sebelumnya pernah ke pantai yang berada di Kabupaten Pacitan bersama teman-teman dari jurusan Ilmu Sejarah angkatan 2007. Kunjungan kali ini bersama enam teman saya yang terdiri dari tiga wanita dan tiga lelaki, jadi totalnya ada tujuh orang termasuk saya.
Setiap liburan pasti ada cerita tersendiri, termasuk liburan kali ini. Singkat cerita, tibalah kami di Pantai Klayar. Ada beberapa batu karang besar yang mengapit pantai tersebut. Di sebelah barat tempat parkir ada satu karang besar menyerupai pegunungan, kami tidak naik ke situ. Di sebelah timur ada dua batu karang besar, salah satunya (lebih tepatnya batu karang paling timur) bisa menyemburkan air mancur.
Kami bertujuh berjalan ke timur ke arah dua batu karang besar. Di batu karang pertama kami melihat beberapa orang asyik berfoto padahal ada bendera merah, tapi kami tidak menghiraukan bendera tersebut dan ikutan asyik berfoto. Penjaga pantai sebenarnya sudah meniup peluit berkali-kali mengingatkan kami untuk tidak naik ke batu karang tersebut. Setelah beberapa kali sukses melakukan sesi pemotretan, di pemotretan yang kesekianlah muncul ombak besar menggulung sekian anak manusia jatuh ke bawah sehingga banyak yang terluka bahkan ada yang sampai kehilangan sandal.
Nah, di sini cerita dimulai. Saya pun ikut tergulung ombak dan jatuh ke bawah. Tangan dan kaki lecet, tapi satu yang awalnya tidak saya hiraukan, sandal. Sandal saya hilang terbawa ombak. Setelah saya mencari tempat aman, dan melihat ke laut, ternyata sandal saya terombang-ambing di lautan. Salah seorang penjaga pantai menyelamatkan sandal saya dari ombang-ambing laut. Memang, kalau jodoh gak akan kemana, pasti kembali.
 Bukan pertama kali sandal saya terombang-ambil di lautan. Pada saat libur lebaran tahun ini, sandal saya juga sempat terseret ombak di Pantai Setrojenar atau yang lebih dikenal Pantai Bocor di Kebumen. Saat itu saya bersama keluarga berlibur di pantai. Saya bersama dua keponakan bermain air di pantai, tiba-tiba ombak pasang dan sandal saya tereret ombak, terombang ambing di lautan. Pada saat itu saya bisa mengambil sandal saya kembali disaat sandal terbawa oleh air laut ke tepi pantai.
So, bagi yang belum mendapatkan jodoh gak usah risau dan galau. Mungkin saat ini jodoh anda sedang terombang-ambing di luar sana, atau mungkin dia sudah dekat dengan kamu, hanya saja dia juga masih terombang-ambing. Tinggal kamu berani mengambil dia sendiri seperti saya berusaha mengambil sandal yang terseret air laut di Pantai Setrojenar atau diambilkan oleh orang lain sebagai perantara di Pantai Klayar. Mendapatkan jodoh dengan jalan sendiri juga harus dengan cara yang benar, temui ortunya langsung atau lewat perantara misal, dicarikan ortu, lewat murobi, guru ngaji dll.
Bagi saya sandal itu mempunyai nilai sejarah tersendiri. Sandal bermerk Arei saya beli ketika suasana politik di Indonesia sedang memanas karena ada event lima tahunan, Pemilu. Saya beli sandal Arei dengan uang jerih payah saya sendiri. Waktu itu saya mewakili sebuah organisasi mahasiswa dalam acara FGD (Forum Group Discusion) yang diadakan oleh Charta Politica. Selama dua jam kami harus beradu argumen dengan tema yang sudah ditentukan. Para peserta dikasih uang pesangon sebesar dua ratus ribu rupiah. Dari uang itulah saya beli sandal Arei yang saya gunakan sampai sekarang.
Pemilu sebentar lagi, kalau sampai Pemilu tahun depan sandal itu masih ada maka sandal itu akan merayakan ulang tahunnya yang kelima.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar