Total Tayangan Halaman

Rabu, 28 Desember 2011

Diklat Jurnalistik

Yogyakarta - Inilah kesempatan emas buat anda semua. Dalam rangka menjawab tantangan dunia tulis-menulis dan informasi masa kini; PPWI DIY berkolaborasi dengan Institute Jurnalistik Rakyat Indonesia (IJRI) dan IMM UAD memprakarsai kegiatan Diklat dan kuliah praktis jurnalistik secara gratis. Misi pokok berdirinya PPWI DIY dan IJRI adalah memfasilitasi setiap orang tanpa mengenal perbedaan profesi dan umur, mampu menjadi seorang penulis ternama di berbagai media cetak (koran, majalah dll) dan media elektronik (online).

Pelatihan Jurnalistik yang ditekankan adalah praktik menulis total. Orang yang tak punya duitpun bisa ikut acara ini, karena digratiskan. Kegiatan pelatihan dan seminar menulis edisi perdana sukses dihelat di Kampus 3 UAD Yogyakarta pada 18 Desember 2011 kemaarin secara gratis total. Dengan jumlah peserta ratusan orang.

Di samping setiap peserta didampingi selama 2 bulan penuh oleh para mentor yang ahli dalam bidang jurnalistik, Diklat Jurnalistik Lanjutan ini dilakukan dengan berbagai teknik sehingga proses pelatihan menulis terus berlanjut dan intensif. Rencananya tanggal Ahad, 8 Januari dan 22 Januari 2012 besok, juga akan diadakan Diklat Jurnalistik Lanjutan 1 dan 2 di Kampus 3 UAD Yogyakarta pada pukul 09.00-13.00 WIB.
Pendaftaran acara ini gratis, tapi mohon kebijakan setiap peserta untuk menginfakkan minimal Rp 50.000 agar program ini terus berlanjut di masa depan. Setiap peserta mendapatkan fasilitas berupa buku-buku jurnalistik dan bahan makalah perkuliahan pendukung, piagam dll. Target acara ini adalah setiap peserta bisa menghasilkan karya tulis dalam bentuk apapun di media massa cetak dan elektronik, sekaligus mendapatkan honor dari kegiatan menulis.

Yang membuat berbeda acara ini adalah diselenggarakan secara gratis, dan setiap peserta akan dibimbing secara intensif selama 2 bulan penuh (8 Januari - 8 Maret 2012) melalui 2 kali perkuliahan interaktif (Diklat Jurnalistik Lanjutan 1-2 pada tanggal 8 dan 22 Januari 2012. Dan selama 2 bulan penuh, tiap peserta dibimbing khusus secara langsung oleh para mentor.

Dikarena keterbatasan ruangan, bagi masyarakat yang ingin ikut program ini bisa mendaftarkan diri melalui SMS ke: Reza-087737977731, Lokana-08995105089, Sulis-085868391622 maksimal 5 Januari 2012. Adapun materi yang dikupas selama 2 bulan perkuliahan meliputi kaidah dan bahasa jurnalistik, kiat menulis artikel di media, menggali ide menulis, menulis resensi, jurnalisme online, menulis press rilis, teknik fotografi, kode etik jurnalistik, menulis buku, menulis novel dan cerpen serta puisi, praktik menulis langsung, mengatasi kendala menulis, belajar dari para pakar jurnalistik dll.

Para mentor yang pernah mengampu program ini adalah: Prof Philips (pakar jurnalistik dari Amerika Serikat), Octo Lampito (Pemred Kedaulatan Rakyat), Sihono HT (Ketua PWI DIY), Wilson Lalengke (Ketum PPWI), YB Margantoro (Redaktur Senior Bernas Jogja), Achmad Munif (Novelis), Sutirman Eka Ardhana, Hamdan Daulay (Dosen), Anggit Noegroho (mantan Pemred Joglo Semar), YA. Soenyoto Alm. (mantan Pemred Solopos dan Harian Jogja), Jayadi K. Kastari, Ichwan Prasetyo (jurnalis) Supadiyanto (kolumnis), Sukoco (TV One), Sonya Helen S. (Kompas) dkk. (*)

NB: pendaftaran bisa juga melalui email: ppwi_diy@yahoo.co.id

Senin, 26 Desember 2011

Perlukah Indonesia Menerapkan Wajib Militer?


Tragedi berdarah Bima sudah berlalu. Sebagian besar masyarakat langsung menyalahkan pihak kepolisian terutama kesatuan Brimob. Seolah-olah hanya polisi yang ada di lapanganlah yang bersalah. Tapi, kalau kita cermati lebih dalam ada pihak-pihak tertentu yang menjadi dalang dari kerusuhan tersebut. Apakah Pemimpin Daerah, seperti Gubernur, Kapolda, Bupati, Kapolres, Camat, dan seterusnya tidak ikut bertanggung jawab? Kenapa mereka diam ketika masyarakat mengajukan tuntutannya?
Di sini saya tidak akan membahas apalagi menguak tragedi tersebut karena saya bukanlah detektif. Tetapi, sudah menjadi rahasia umum apabila di belakang para pejabat itu ada sebuah perusahaan besar yang berani membayar mereka sehingga para pejabat lebih memilih untuk melindungi kepentingan pengusaha daripada rakyat. Suara rakyat yang menolak adanya penambangan karena akan merusak lingkungan dan menghilangkan mata pencaharian tidak didengarkan bahkan dianggap angin lalu. Dengan tega memerintahkan aparat di lapangan untuk mengusir para demonstran dengan cara apapun asal para demonstran bubar.
Inilah yang terjadi apabila industri strategis negara tidak dikuasai oleh negara untuk kepentingan mensejahterakan rakyat, akan tetapi dikuasai oleh pihak swasta dan lebih parah lagi pihak swasta asing. Tak ayal rakyatlah yang menjadi korban dari keserakahan para korporat yang ingin menguasai sumber daya alam untuk keuntungannya sendiri.
Mari kita lihat bersama bagaimana negara tetangga kita, Singapura yang mempunyai wilayah sangat kecil dibandingkan Indonesia. Sebagian besar para CEO industri strategisnya, serta intitusi penting dan vitalnya dipegang oleh para “eks tentara”. Mereka adalah para perwira di jajaran tentaranya yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata akan dipensiun dini dan kemudian disekolahkan ke Amerika atau ke negara di Eropa untuk mendapatkan bekal ilmu manajemen dan atau finansial. Setelah selesai mereka akan mendapatkan posisi penting dalam jajaran industri strategisnya.
Keyakinan Pemerintah Singapura terhadap pemuda yang memiliki visi kebangsaan tidak ragu untuk menyelenggarakan program wajib militer selama 2 tahun terhadap seluruh laki-laki warga negaranya yang genap berusia 17 tahun tanpa terkecuali. Disinilah mereka di brain washed berubah menjadi warga negara yang bertanggung jawab terhadap kepentingan negaranya yang lebih besar, dibandingkan dengan kepentingan perorangan atau kelompok.
Pembentukan ini memerlukan suatu proses panjang yang memakan waktu 2 tahun dengan platform yang mendasari adalah, menanamkan disiplin yang tinggi, paralel dengan pembentukan rasa setia kawan yang mantap serta rasa nasionalisme yang besar sehingga mereka lebih mengedepankan kepentingan bangsa dan negaranya.
Pertanyaan besarnya adalah, apakah Indonesia perlu menerapkan wajib militer untuk membangun jiwa nasionalisme rakyatnya, sehingga para rakyat yang sudah menjadi “pejabat” dan pemegang industri strategis serta institusi vital negara tetap mengedepankan kepentingan nasional dibandingkan kepentingan pribadi?

Sabtu, 24 Desember 2011

Aparat vs Rakyat

Semboyan “Melayani dan Melindungi Masyarakat” saat ini hanyalah sekedar semboyan. Para anggota Korps Baju Cokelat seharusnya menghayati dan mengamalkan semboyan tersebut, bukan hanya untuk dihafalkan semata. Masyarakat Indonesia sebagian besar adalah kaum lemah yang harus dilindungi dan diayomi. Aparat yang digaji oleh negara sebenarnya mempunyai tugas yang sangat mulia, demi kemanusiaan, menegakkan keadilan, membela yang lemah dan tidak berpihak kepada siapa pun apalagi hanya berpihak kepada para pemilik modal.
Tragedi di Bima yang baru saja terjadi membuat semua rakyat Indonesia mengelus dada. Apakah benar yang melakukan tindakan biadab itu adalah aparat yang digaji oleh negara? Dimana kita semua tahu bahwa seragam yang mereka kenakan, peluru yang mereka muntahkan dari senapan dibeli dengan uang rakyat. Tapi, mengapa mereka justru malah menjadikan rakyat sebagai lawan? Masih pantaskah Mereka disebut aparat?
Inilah gambaran aparat keamanan kita saat ini. Mereka seharusnya menjaga keamanan negara, bukannya malah membuat negara ini semakin kacau. Untuk membubarkan kerumunan masa mesti harus menggunakan kekerasan? Saya yakin masih ada jalan terbaik, bisa menggunakan jalan musyawarah misalnya.
Rakyat yang menuntut keadilan justru mendapat ketidakadilan. Aparat, baik itu sipil maupun kepolisian hanya menjadi boneka oleh orang-orang bermodal. Mereka membayar para aparat agar usaha mereka “direstui” dan lancar. Ketika saya melihat berita di sebuah stasiun televis swasta, media itu menyebutkan bahwa anggota pasukan elit korps baju cokelat membubarkan masa dengan melepaskan tembakan peringatan.
Saya jadi teringat semboyan milik kesatuan elit korps baju cokelat: Sekali melangkah pantang menyerah. Sekali tampil harus berhasil. Jiwa ragaku demi kemanuasiaan.
Saya salut dengan kalimat terakhir (Jiwa ragaku demi kemanuasiaan). Tapi, setelah melihat tragedi yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia (Irian, Mesuji, Bima, dll) saya mempertanyakan kalimat pertama dan kedua (Sekali melangkah pantang menyerah. Sekali tampil harus berhasil). Kalau mereka memang sedang dalam keadaan perang menghadapi musuh yang mau menyerang Indonesia okelah semboyan itu memang cocok. Tetapi yang mereka hadapi adalah rakyat. Mereka itu melangkah atas dasar perintah siapa? Mereka tampil untuk siapa? Apakah mereka melangkah dan tampil atas keinginan para kaum “penjajah” rakyat?
Ya, mereka memang berhasil. Berhasil tampil dan membuat rakyat takut serta lari kalang kabut.

Kamis, 22 Desember 2011

Petani Tertindas, Sarjana Pertanian Pada Kemana??

Sejak dulu kita mengklaim sebagai negara agraris. Negara yang indah dengan hujan tropis yang cukup untuk memberikan kehidupan yang hijau. Nyiur melambai padi menghijau itulah kata-kata indah yang dahulu sering kita dengar. Pada zaman Orba kita telah berhasil berswasembada pangan. Tetapi dijaman sekarang ini kita justru impor beras dari Negara yang baru terbentuk aman. Apa yang terjadi dengan pertanian kita. Dimana para ahli pertanian kita, dimana para sarjana cum laude pertanian kita, Apa sih yang sekarang sedang mereka lakukan? Apakah mereka sudah bangga dengan lulus dari perguruan tinggi dengan gelar sarjana pertanian?
Wajar jika pertanian di Negara kita tidak maju-maju meskipun kebanjiran sarjana pertanian. Ketika GELAR SP sudah menghiasi nama, disaat petani semakin tertindas dan semakin akrab dengan kemiskinan sebagian besar mereka yang bergelar "Sarjana Pertanian" justru sibuk mencari Bank yang buka lowongan, karena yang ada dipikiran pemuda sekarang adalah duniawi semata (uang), bukan ilmu, bukan bagaimana membangun dengan kemampuan dan profesi mereka. Sebagian besar lulusan-lulusan terbaik fakultas pertanian enggan untuk mengabdi di bidang pertanian.
Meskipun semuanya tidak seperti demikian, sebagian sarjana pertanian kita masih mempertahanakan sifat idialis, masih pada profesinya bekerjanya! Sebagian dari mereka yang hanya menajalankan perkuliahan untuk meraih title semata adalah para pengkhianat bangsa, perusak bangsa, seperti keledai (mengutip istilah Ranchodas Chanchad dalam film 3 idiot). Ketika ilmu dari bangku kuliah tidak di amalkan, Siapakah yang patut dipersalahkan dalam hal ini ? para sarjana pertanian atau system negara kita?
Tulisan diatas antara kenyataan yang ada dan sebuah dilema para Sarjana di negeri ini. Yang pada ujungnya ternyata apa yang di takuti oleh bangsa ini menjadi kenyataan. Dimana Indonesia yang katanya negara agraris namun ternyata harus didikte oleh bangsa lain dalam menentukan harga hasil bumi.

Rabu, 21 Desember 2011

IKLAN WISATA DENGAN MUSIK

Sejak otonomi daerah diberlakukan, setiap daerah di Indonesia diharuskan mandiri tanpa bergantung dari pemerintah pusat. Aturan itu diterapkan agar tiap-tiap daerah mampu mengoptimalkan sumber daya yang ada di daerah, baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Dalam catatan saya kali ini akan mengupas sedikit bagaimana suatu daerah –khususnya Kabupaten Karanganyar- mengembangkan salah satu obyek pariwisatanya.
Siang hari yang panas, saya mendengarkan sebuah radio swasta di Solo. Pada waktu itu acaranya tentang tembang-tembang campursari. Saat itu yang diputar oleh operator radio ialah lagu berjudul: Dalan Tembus Cemoro Sewu-Sarangan (DTCS). Lagu yang dinyanyikan oleh Didi Kempot dan Rina Iriani memiliki musik yang menurut saya cukup enak untuk didengarkan. Selain itu syairnya juga ringan, tidak terlalu berat dengan menggunakan bahasa-bahasa yang tinggi. Jadi setiap orang yang mendengarkan pasti tahu maksud dari lagu tersebut.
Seperti halnya lagu milik Didi Kempot yang lain, lagu DTCS menceritakan sebuah tempat, yaitu jalan yang menghubungkan antara obyek wisata Cemoro Sewu di Tawangmangu, Karanganyar dan Waduk Sarangan di Kebupaten Magetan. Tembang yang dilantunkan oleh Mas Kempot, seperti Stasiun Balapan, Terminal Tirtonadi, Malioboro, Parangtritis, dan masih banyak lainnya menggunakan nama tempat sebagai judul, karena lagu itu memang menceritakan tempat itu sendiri. Tapi, dengan kepandaiannya dia menambahkan syair yang menceritakan seseorang yang jatuh cinta atau patah hati di tempat yang Mas Kempot ceritakan di dalam setiap lagunya.
Satu hal yang membuat DTCS lain dari lagu-lagu yang didendangkan oleh Didi Kempot. Dimana, teman duet Mas Kempot adalah Rina Iriani sang Bupati Karanganyar. Di sini sangat terlihat kecerdasan seorang Rina Iriani. Dia menggunakan tembang campursari sebagai salah satu iklan pariwisata. Walaupun suara Ibu Bupati yang bisa dikatakan pas-pasan –tidak bagus seperti penyanyi profesional- tapi dengan musik yang asyik untuk didengarkan dan syair yang mengundang bagi pendengarnya untuk datang ke Cemoro Sewu atau melewati jalan tembus Cemoro Sewu-Sarangan.
Bagi yang sudah pernah melewati jalan tembus pasti tahu, objek wisata yang ada di “pinggir” jalan tembus tersebut tidak hanya Cemoro Sewu. Masih ada yang lain, seperti Air Terjun Grojogan Sewu, Candi Sukuh, dll. Semua obyek wisata itu secara administrasi masuk ke dalam Kabupaten Karanganyar. Inilah yang namanya satu dayung dua tiga pulau terlampaui. 

Selasa, 20 Desember 2011

Cinta Sejati Hanya KepadaNya

Kyai: Apakah perempuan yang mudah terpengaruh oleh harta itu bukan perempuan yang jahat? Mungkin saja bukan. Tapi, apa kau yakin ingin hidup selamanya dengan perempuan yang mudah silau oleh harta orang lain. Kau yakin perempuan seperti itu yang kau inginkan?”
Santri: Tapi aku mencintainya. Aku tak bisa melupakannya. Aku juga tak bisa hidup tanpanya, Kyai.
Sepenggal percakapan antara Kyai dan santrinya yang membahas masalah cinta. Dimana seorang santri sedang jatuh cinta terhadap teman perempuannya dan akan segera melamarnya. Namun, yang terjadi cukup membuat sang santri patah hati. Kekasihnya kabur bersama lelaki lain yang kaya raya.
Cinta yang dimiliki oleh seorang lelaki kepada seorang perempuan atau sebaliknya kadang masih bias, apakah itu benar-benar cinta atau hanya nafsu belaka. Apa yang diucapkan oleh santri mungkin juga akan diucapkan oleh sebagian besar pemuda dan pemudi yang sedang dilanda cinta. Mereka menganggap bahwa kekasihnya adalah segala-galanya.
 Apa yang dialami oleh santri bukanlah cinta melainkan nafsu, karena berbanding terbalik dengan akal sehat. Siapa pun akan jadi idiot bila sedang dilanda cinta semu (baca: nafsu). Beda apabila kita benar-benar dilanda cinta yang sesungguhnya, yaitu cinta yang bersumber dan menuju kepada-Nya. Hidup ini akan terasa indah dan membuat kita selalu bersemangat.

Minggu, 18 Desember 2011

Goyang Tiki Taka Yang Membuat Emosi

Final Piala Dunia Antarklub yang mempertemukan antara Barcelona dan Santos telah berlalu. Dewi Fortuna lebih berpihak kepada Tim dari Catalan dengan memberikan kemenangan 4-0 bagi Mesi dan kawan-kawan. Kemenangan itu pula yang membawa Barcelona menjadi klub terbaik dunia saat ini.
Pertandingan yang disiarkan secara langsung oleh sebuah stasiun televisi swasta di Indonesia ditonton beribu pasang mata termasuk saya sendiri. Saya menonton pertandingan itu di warung hik (angkringan) bersama pengunjung warung lainnya. Sering kali terdengar teriakan dari para penonton ketika pertandingan berjalan, seolah-olah mereka menonton langsung di Yokohama Stadium.
Selain teriakan histeris para penonton, terdengar juga komentar-komentar yang lucu, menggelitik, aneh, dan masih banyak komentar lainnya. Salah komentar yang menurut saya cukup menarik adalah komentar dari Pak Joko yang berbadan gemuk.
“Permainan Barcelona bikin emosi saja. Sama sekali tidak memberi kesempatan lawannya untuk mengontrol bola.”
Saya tersenyum mendengar komentar dari Pak Joko. Menurut saya komentar itu cukup menggelitik, kan yang main mereka (Barcelona dan Santos) kenapa yang emosi malah Pak Joko? Dan satu lagi, itu merupakan tak tik Barcelona dalam bermain, coba kalau mereka memberikan sedikit saja kesempatan bagi lawannya bisa-bisa Azulgrana akan mengalami kekalahan. Makanya, kenapa Victor Valdes bermain sangat disiplin sehingga bisa menguasai dan memenangkan pertandingan.

Sabtu, 17 Desember 2011

SITUS SEJARAH KARYA CIPTA THOMAS KARSTEN

Menilik komponen-komponen kota-kota bekas pusat pemerintahan kerajaan Mataram Islam dan pemerintahan kolonial Belanda, baik secara fisik atau nonfisik, dan pola tata ruangnya, tampak bahwa selain mempunyai ciri kolonial, dan ada unsur-unsur perkotaan pra-Islam yang masih dipakai, ada pula unsur perkotaan yang merupakan hasil akulturasi. Ketiga kelompok ciri tersebut terjalin menjadi suatu kesatuan yang harmonis, yang kian lama kian disempurnakan.

“Tidak kurang Kota Solo yang mempunyai jejak sejarah kota Islam dan kolonial. Antara lain, kompleks Keraton Surakarta, peninggalan kolonial di area Benteng Vastenburg, kampung Arab di Pasar Kliwon, kompleks Pura Mangkunegaran, Pasar Gedhe, kawasan Pecinan, kampung kuno Jawa di Laweyan dan Kauman, kompleks taman kota (Sriwedari, Villapark, Balekambang, Tirtonadi dan Jurug).

Dalam situs tersebut terdapat bangunan-bangunan bersejarah hasil cipta Herman Thomas Karsten. Pada riwayatnya, Thomas Karsten adalah arsitek tersohor di Hindia Belanda awal abad XX. Dia lahir tahun 1884 di Amsterdam. Tepatnya tahun 1904, Karsten masuk jurusan arsitektur di Universitas Thenische Hoogeschool di Delft. Semasa kuliah, Karsten aktif dalam perkumpulan mahasiswa sosial demokratis. Ia menjadi anggota STV (Social Technische Vereeninging van Democratische Ingenieurs en Architecten), yaitu suatu kelompok mahasiswa teknik arsitektur berhaluan demokratis. Kemudian tahun 1908 Karsten masuk dalam pengurus bagian perumahan dan perencanaan kota.

Pada akhir tahun 1914 Karsten meninggalkan Belanda berangkat ke Hindia Belanda atas undangan Maclaine Pont. Di sinilah Karsten pertama kali memulai belajar arsitek, dan tahun kemudian banyak terlibat dalam perencanaan perumahan dan perkotaan. Tahun 1920 hingga 1930, Karsten mendapat tugas selaku penasihat perencanaan kota (adviseur gemeente). Konsep yang ia pakai adalah garden city, yang bersifat organik rancangan Ebenezer Howard. Konsep dari perencanaan kota oleh Karsten menuju tema bangunan perkotaan Indis (campuran antara budaya Barat dengan Timur). “Karya-karyanya dapat dijumpai di beberapa kota di Indonesia seperti di Medan, Palembang, Padang, Banjarmasin, Semarang, Bandung, Jakarta, Magelang, Malang, Bogor, Madiun, Cirebon, Jatinegara, Purwokerto, Yogyakarta, dan Solo.

“Karsten lebih unggul dibandingkan arsitek lainnya karena mampu membangun pasar yang menempatkan perhatian penting pada kenyamanan pedagang, pencahayaan dan penerangan yang memanfaatkan sinar matahari. Situs ciptaan Karsten tidak meninggalkan unsur lokal (budaya dan iklim setempat), mengutamakan akan perlunya ruangan terbuka. “Ada pengaturan ventilasi yang baik untuk mengurangi hawa panas dalam pasar dan juga menggunakan pendekatan perilaku pasar, seperti cara menjajakan, menyimpan barang, dan area. Karsten memperhatikan pula sistem kegiatan pedagang, berupa interaksi antara pembeli dan pedagang ”.

Selain ahli dalam membuat pasar, Karsten juga membangun beberapa bangunan seperti gedung SMN di Semarang, Pendopo Van Deventer School, Museum SonoBudoyo dan masih banyak yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia. Sementara tinggalan Karsten di Solo sebagai berikut:

1.      Pasar Gedhe atau Pasar Hardjanagara dibangun tahun 1929. Pasar ini satu-satu pasar di Indonesia yang berlantai dua.

2.      Eks. Kantor DPU yang terletak di Jl Urip Sumoharjo merupakan gedung pavilion berlantai dua.

3.      Pendhapa dan gapura Mangkunegaran.

4.      Pavilium Pracimayasa yang dibangun tahun 1923.

5.      Masjid Al Wustha berada di luar kompleks Pura Mangkunegaran.

6.      Eks. rumah dinas Residen Surakarta berada di lingkungan Villapark, dibangun saat Karsten menjadi konsultan perencanaan Kota Solo.

7.      Villapark Banjarsari merupakan perumahan pegawai perkebunan yang dilengkapi taman kota nan elok.

8.      Stasiun Kereta Api Solo-Balapan.

9.      Lapangan Manahan yang kala itu dipakai untuk pacuan kuda.

Situs sejarah di atas memerlukan usaha pemeliharaan dan pelestarian. “Hal itu mengacu UU BCB No. 5/1992, mengenai perlindungan bangunan sejarah yang berumur 50 tahun dan memiliki nilai penting bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan”. Di sisi lain, pelestarian bermanfaat untuk mendukung pariwisata kota tempo doeloe yang kini sedang tren di Indonesia.

Dari penjelasan ini, perlu dilihat keunikan-keunikan situs sejarah ciptaan Thomas Karsten dan memikirkan upaya pelestariannya, yang mana situs ini selain cermin dari identitas kota dan bagian dari warisan budaya yang juga berpotensi menjadi aset wisata sejarah Solo tempo doeloe.

Ir. H. Djuanda Kartawidjaja, Pendeklarasi Negara Kepulauan

Perdana Menteri Ir H Djuanda Kartawidjaja, pada 13 Desember 1957 mendeklarasikan bahwa Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan. Pria kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, 14 Januari 1911, itu dengan kepemimpinan yang berani dan visioner mendeklarasikan bahwa semua pulau dan laut Nusantara adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan (wawasan nusantara). Maka sangat bijak ketika hari Deklarasi Djuanda itu kemudian melalui Keppres No.126/2001 dikukuhkan sebagai Hari Nusantara.
Ir H Djuanda Kartawidjaja, lulusan Technische Hogeschool (Sekolah Tinggi Teknik) – sekarang Institut Teknologi Bandung (ITB), yang beberapa kali menjabat menteri di antaranya Menteri Perhubungan, Pengairan, Kemakmuran, Keuangan dan Pertahanan, itu sebelumnya sangat risau melihat pengakuan masyarakat internasional kala itu yang hanya mengakui bahwa batas laut teritorial selebar 3 mil laut terhitung dari garis pantai terendah.
Itu artinya pulau-pulau Nusantara dalam wilayan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamirkan 17 Agustus 1945, adalah pulau-pulau yang terpisah-pisah oleh perairan (lautan) internasional (bebas).
Negara-negara lain, terutama Amerika Serikat dan Australia, sangat berkepentingan mempertahankan kondisi pulau-pulau Indonesia yang terpisah-pisah itu. Tetapi PM Djuanda dengan berani mendobrak kepentingan negara-negara maju itu.
Dengan berani dia mengumumkan kepada dunia (Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957) bahwa segala perairan di sekitar, di antara, dan yang menghubungkan pulau-pulau yang termasuk dalam daratan Republik Indonesia, dengan tidak memandang luas atau lebarnya, adalah bagian yang wajar dari wilayah daratan Negara Republik Indonesia dan dengan demikian merupakan bagian dari perairan pedalaman atau perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan Negara Republik Indonesia.
Djuanda, dengan berani mengumumkan kepada dunia, bahwa wilayah laut Indonesia tidaklah sebatas yang diatur dalam Territoriale Zee Maritiem Kringen Ordonantie (ordonansi tentang laut teritorial dan lingkungan maritim) 1939, tetapi wilayah laut Indonesia adalah termasuk laut di sekitar, diantara, dan di dalam Kepulauan Indonesia.
Deklarasi tiu juga menyatakan penentuan batas laut 12 mil yang diukur dari garis-garis yang menghubungkan titik terluar pada pulau-pulau Negara Republik Indonesia akan ditentukan dengan Undang-undang.
Deklarasi itu ditentang oleh Amerika Serikat dan Australia. Namun, Djuanda dan para penerus dalam pemerintahan berikutnya, di antaranya Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja dan Prof Dr Hasyim Djalal, dengan gigih berjuang melalui diplomasi sehingga konsepsi negara nusantara tersebut diterima dan ditetapkan dalam Konvensi Hukum Laut PBB, United Nation Convention on Law of the Sea (UNCLOS) 1982.
Dengan demikian, Indonesia menjadi negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Memiliki wilayah laut seluas 5,8 juta km2 yang merupakan tiga per empat dari keseluruhan wilayah Indonesia. Di dalam wilayah laut itu terdapat sekitar 17.500 lebih dan dikelilingi garis pantai sepanjang 81.000 km, yang merupakan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada.
Deklarasi Djuanda secara geo-politik memiliki arti yang sangat strategis bagi kesatuan, persatuan, pertahanan dan kedaulatan serta kemajuan Indonesia. Deklarasi Djoeanda dapat disebut merupakan pilar utama ketiga dari bangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tiga pilar utama tersebut adalah: (1) Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang merupakan pernyataan Kesatuan Kejiwaan Indonesia; (2) Proklamasi 17 Agustus 1945 sebagai pernyataan kemerdekaan NKRI; Delarasi Djuanda 13 Desember 1957 sebagai pernyataan Kesatuan Kewilayahan Indonesia (darat, laut dan udara).
Secara geo-ekonomi Deklarasi Djuanda juga strategis bagi kejayaan dan kemakmuran Indonesia. Sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia, Indonesia memiliki kekayaan laut yang sangat besar dan beraneka-ragam, baik berupa sumberdaya alam terbarukan (seperti perikanan, terumbu karang, hutan mangrove, rumput laut, dan produk-produk bioteknologi), sumberdaya alam yang tak terbarukan (seperti minyak dan gas bumi, emas, perak, timah, bijih besi, bauksit, dan mineral lainnya), juga energi kelautan seperti pasang-surut, gelombang, angin, dan OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion), maupun jasa-jasa lingkungan kelautan seperti pariwisata bahari dan transportasi laut.

Abdi Negara
Ir Djuanda seorang abdi negara dan abdi masyarakat. Dia seorang pegawai negeri yang patut diteladani. Meniti karir dalam berbagai jabatan pengabdian kepada negara dan bangsa. Semenjak lulus dari Technische Hogeschool (1933) dia memilih mengabdi di tengah masyarakat. Dia memilih mengajar di SMA Muhammadiyah di Jakarta dengan gaji seadanya. Padahal, kala itu dia ditawari menjadi asisten dosen di Technische Hogeschool dengan gaji lebih besar.
Setelah empat tahun mengajar di SMA Muhammadiyah Jakarta, pada 1937, Djuanda mengabdi dalam dinas pemerintah di Jawaatan Irigasi Jawa Barat. Selain itu, dia juga aktif sebagai anggota Dewan Daerah Jakarta.
Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, tepatnya pada 28 September 1945, Djuanda memimpin para pemuda mengambil-alih Jawatan Kereta Api dari Jepang. Disusul pengambil-alihan Jawatan Pertambangan, Kotapraja, Keresidenan dan obyek-obyek militer di Gudang Utara Bandung.
Kemudian pemerintah RI mengangkat Djuanda sebagai Kepala Jawatan Kereta Api untuk wilayah Jawa dan Madura. Setelah itu, dia diangkat menjabat Menteri Perhubungan. Dia pun pernah menjabat Menteri Pengairan, Kemakmuran, Keuangan dan Pertahanan.
Beberapa kali dia memimpin perundingan dengan Belanda. Di antaranya dalam Perundingan KMB, dia bertindak sebagai Ketua Panitia Ekonomi dan Keuangan Delegasi Indonesia. Dalam Perundingan KMB ini, Belanda mengakui kedaulatan pemerintahan RI.
Djuanda sempat ditangkap tentara Belanda saat Agresi Militer II tanggal 19 Desember 1948. Dia dibujuk agar bersedia ikut dalam pemerintahan Negara Pasundan. Tetapi dia menolak. Dia seorang abdi negara dan masyarakat yang bekerja melampaui batas panggilan tugasnya. Mampu menghadapi tantangan dan mencari solusi terbaik demi kepentingan bangsa dan negaranya. Karya pengabdiannya yang paling strategis adalah Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957.
Dia seorang pemimpin yang luwes. Dalam beberapa hal dia kadangkala berbeda pendapat dengan Presiden Soekarno dan tokoh-tokoh politik lainnya. Djuanda meninggal dunia di Jakarta 7 November 1963 dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.

Senin, 12 Desember 2011

PROSTITUSI, SUATU MASALAH YANG TAK KUNJUNG USAI

Prostitusi atau biasa disebut dengan pelacuran merupakan suatu kata yang biasa kita dengar dikehidupan sehari-hari. Merupakan suatu pekerjaan yang di dalam agama manapun dilarang sebab pekerjaan tersebut adalah haram dan mendatangkan murka Tuhan. Bagaimana tidak, dibandingkan dengan manfaatnya pekerjaan tersebut lebih banyak mengundang keburukan, entah yang di dapat oleh para pelakunya maupun masyarakat yang berada di sekitar mereka. Salah satu akibat yang diterima oleh pelakunya sendiri adalah terjangkitnya penyakit kelamin seperti sipilis atau yang lebih ganas lagi ialah apabila pelakunya terjangkit virus yang berujung dengan kematian yaitu HIV. Sedangkan bagi masyarakat yang hidup disekitar tempat prostitusi itu telah mendapatkan cap yang buruk oleh masyarakat lain.
Sebuah pekerjaan yang dinamakan dengan prostitusi bukanlah suatu pekerjaan yang baru-baru ini kita temui. Melainkan pekerjaan yang telah ada sejak zaman dulu. Boleh disebut sejak negeri ini masih diduduki negeri matahari terbit atau mungkin telah ada sejak sebelum Belanda menjajah. Jika melihat dari situasi pada masa penjajahan tentulah banyak tentara yang stress karena perang. Di sana sini mereka harus memegang senjata dan berperang melawan bangsa kita yang memberontak kepada kepemerintahan mereka ( para penjajah). Bisa dibayangkan bagaimana mereka terkurung dalam peperangan yang harus memaksa mereka membunuh para pribumi yang sebenarnya memberikan banyak manfaat bagi negara mereka. Nah, salah satu cara untuk melepaskan kepenakan pikiran mereka adalah mencari hiburan.
Hiburan disini bukanlah hiburan dengan berekreasi dengan keluarga atau para saudara mereka, melainkan mencari wanita penghibur yang dapat memuaskan nafsu birahinya. Pada zaman kolonial bar atau yang biasa kita kenal pada saat ini adalah diskotik sudah banyak  berdiri di kota-kota besar seperti di Batavia. Di tempat itulah banyak ditemukan para wanita penghibur yang bisa diajak untuk tidur oleh para tentara perang maupun para atasan mereka. Di siinilah kita dapat melihat bagaimana sebuah pekerjaan yang dinamakan prostitusi telah ada sejak zaman dulu. Bahkan pada saat negara ini dijajah oleh Jepang banyak wanita indonesia dikirim kelur negeri hanya untuk dijadikan sebagai wanita penghibur oleh tentara Jepang. Para wanita itu dikirim ke negara-negara yang menjadi jajahan negara matahari terbit itu.
Kemudian pada saat negara kita sudah merdeka, prostitusi tidaklah langsung berhenti begitu saja, pekerjaan seperti itu masih tetap berjalan hingga saat ini. Bahkan hal yang paling mengejutkan pekerjaan seperti itu malah diberikan tempat sendiri yang biasa kita kenal dengan lokalisasi. Sempatkah kita berfikir mengapa tempat yang sangat dimurkai oleh Tuhan malah diberikan tempat sendiri oleh pemerintah sedangkan pendirian tempat ibadah malah dibiarkan mencari dana ke sana kemari? Sungguh suatu cara yang berfikir yang aneh. Kita bisa melihat diberita pada beberapa waktu yang lalu di Surabaya, bahwa tempat lokalisasi di kota itu akan diperbaiki. Kita tahu bahwa lokalisasi yang berada di Surabaya tersebut adalah lokalisasi terbesar yang ada di Asia Tenggara. Dapat diartikan bahwa tempat itu adalah pusatnya prostitusi terbesar di Asia tenggara. Yang menjadi pertanyaan, mengapa para pemimpin bangsa ini yang bisa dikatakan mayoritas adalah beragama Islam tidak menuntut kepada pimpinan daerah untuk menutup lokalisasi tersebut yang jelas merupakan tempat maksiat yang berbuahkan dosa?
Namun kita tidak bisa begitu saja menyalahkan para pelaku prostitusi. Apabila kita melihat latar belakang para pelaku, banyak sekali masalah yang membuat mereka terjerumus dalan tindakan ini. Misalnya, keterbatasan ekonomi atau hanya mencari pendapatan yang lebih mudah didapat dan mendapatkan hasil yang besar. Atau mungkin alasan lain seperti dibohongi oleh seseorang yang merupakan anggota dari jaringan penjualan manusia yang pada awalnya dijanjikan mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang besar. Pada alasan yang terahir ini sepertinya membutuhkan banyak pengkajian ulang. Alasan dari terekrutnya seseorang dalam perdagangan manusia tentulah tidak lepas sulitnya mendapatkan pekerjaan. Di masa sekarang apabila orang tidak jeli dalam pencari pekerjaan dan tidak memiliki keterampilan yang lebih maka ia akan kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan. Untuk itu banyak orang yang menawarkan jasa sebagai makelar yang berfungsi sebagai perantara antara orang yang membutuhkan pekerjaan dengan para orang yang membutuhkan pekerja.
Entah itu yang bersifat formal yang telah mendapatkan izin dari pemerintah maupun yang nonformal atau ilegal. Nah yang ilegal ini biasanya terkait dengan jaringan penjualan manusia yang memiliki hubungan dengan jaringan perdagangan manusia di luar negeri. Kembali ke asal mula orang terjerumus ke prostitusi. Seperti yang tersebutkan di atas, ada beberapa alasan mengapa orang bisa terjerumus dalam arena prostitusi. Secara religius orang yang bisa masuk dalam arena tersebut bisa dikatakan bahwa imannya tidak kuat. Kurangnya ilmu pengetahuan tentang agama membuat ia mudah terpengaruh oleh orang lain, sebab prostitusi adalah jalan mudah untuk mendapatkan uang namun harus mengorbankan harga dirinya direnggut oleh orang lain.
Sebenarnya banyak sekali orang yang terjerumus dalam arena prostitusi ini. Mereka berasal tidak hanya dari kalangan bawah yang terpaksa menjalani pekerjaan itu karena keadaan ekonomi yang memaksanya namun juga mereka yang berasal dari kalangan atas yang menginginkan uang lebih untuk berfoya-foya. Sekarang pekerjaan seperti itu tidak hanya dilakoni oleh orang-orang dewasa saja melainkan telah menjalar kepada pelajar seusia siswa SMA bahkan anak SMP. Bisa dibayangkan baagaimana masih dininya usia mereka. Pada saat ini dapat diartikan bahwa moral dikalangan remaja telah memudar. Di sini yang menjadi pertanyaan bagaimanakah cara orang tua dalam mendidik anak dan mengawasi pergaulan anak-anak mereka? Apakah mereka telah lepas tangan dengan menyerahkan segala pendidikan kepada sekolah mereka? Ataukah karena kesibukan mereka dengan pekerjaan sehingga mereka tidak bisa mengontrol segala tidakan anak-anaknya? Nah inilah suatu permasalahan yang timbul dalam keluarga yang apabila orang tua terlalu banyak memberikan kebebasan kepada anak atau nungkin orang tua terlalu mengekang anak kemudian anak tersebut mencari kebebasan seluas-luasnya tanpa memperhatikan itu benar atau tidak. Seharusnya orang tua memberikan perhatian kepada anak yang bisa membuat anak bisa nyaman dekat dengan orang tua. Perhatian tersebut sebaiknya diikuti dengan pemberian pendidikan moral. Sebab kita tahu bahwa pada usia itu anak mencapai suatu tingkat tertentu yang disebut dengan masa pubertas. Masa ini adalah masa dimana seorang mengalami suatu masa peralihan antara masa anak-anak ke masa dewasa atau biasa disebut dengan masa remaja. Pada masa ini seorang remaja cenderung mencari sesuatu yang baru  apabila tidak dibatasi akan kebablasan dan cenderung ke perilaku yang negatif. Dalam pemberian perhatian tidak harus berlebihan cukup mengawasi saja dan menegurnya apabila ada yang salah dalam perilakunya.
Tempat-tempat prostitusi tidak hanya ada di tempat lokalisasi saja, melainkan di mana-mana yang bisa dijadikan tempat untuk melakukan tindakan yang amoral itu. Seperti misalnya di tempat-tempat wisata umum. Contoh kongkritnya seperti yang ada di pantai-pantai atau di wisata pegunungan. Ditempat-tempat seperti itu banyak terdapat banyak tempat penginapan yang tanpa sengaja digunakan oleh orang-orang tertentu untuk melaksanakan tindakan prostitusi. Di kota misalnya, bayak berdiri bar bar atau biasa disebut dengan diskotik dan tempat hiburan malam lainnya, di tempat itu juga menjadi suatu tempat yang biasa disarangi oleh para pelaku prostitusi.
Seperti yang menjadi sub-judul prostitusi adalah “ suatu masalah yang tak kunjung usai” . Dalam hal ini prostutisi merupakan suatu penyakit masyarakat yang dari zaman dulu hingga sekarang sulit untuk dihapuskan. Bukan hanya menjadi sebuah pekerjaan belaka melainkan telah menjadi bisnis yang menguntungkan bagi pihak-pihak tertentu. Padahal dampak yang diakibatkan sangatlah banyak mulai dari kehamilan diluar nikah sampai dengan penyakit yang mematikan, tapi mengapa pekerjaan seperti ini tetap berjalan sampai sekarang. Ini yang perlu mendapat perhatian lebih dari pemuka agama, keluarga dan pemerintah.  Penyakit masyarakat tersebut harus dihapuskan segera sebab jika tidak akan memberikan pengaruh buruk pada generasi selanjutnya.
Namun dalam penghapusannya diperlukan suatu usaha oleh pemerintah yaitu memberikan keterampilan yang lebih bagi para PSK agar menjadi bekal setelah mereka keluar dari pekerjaan sebelumnya, dan tidak hanya itu usaha pemerintah dalam memberantas prostitusi, pemerintah juga harus membuka lapangan pekerjaan untuk menampung mereka. Di sini pemerintah bisa bekerjasama dengan para pemuka agama dan jika perlu psikolog dalam membenahi moral dan mental mereka. Sehingga  dikemudian hari ketika usai masa pembinaan mereka dapat kembali kemasyarakat aslinya dengan menjalani hidup yang baru.

SAMIDI CURANMOR KOMA??

Sosok penyiar radio di Cilacap yang terkenal dengan banyolan curanmor (curahan perasaan dan humor), saat ini tengah berjuang di ruang ICU 8 rumah sakit Siaga Medika Banyumas. Pria yang dikenal dengan banyolan khasnya itu sempat koma setelah terjatuh dari atap rumahnya yang berada di jalan Bisma, Kelurahan Gumilir, Cilacap Utara, Kamis (8/12) malam . Saat itu, dia sedang memperbaiki instalasi listrik.
Namun Jumat (9/12) tadi malam, kondisinya berangsur membaik. Pria yang juga sering tampil sebagai MC di berbagai acara itu, dikabarkan sudah melewati fase kritis. Berdasarkan informasi dari salah satu perawat di Rumah Sakit Siaga Medika, kondisi Samidi sudah mulai membaik. Dia sudah mulai sadarkan diri dan berkomunikasi walaupun belum selancar biasanya. "Makan dan minum masih dibantu slang NGT," ujarnya. Perawat yang tidak mau disebut namanya ini mengatakan, tensi Samidi 80/43.
Berdasarkan informasi dari sejumlah rekannya, Samidi masuk ke RS Siaga Medika setelah sebelumnya dilarikan ke Rumah Sakit Pertamina Cilacap (RSPC). Dari rumah sakit itu, Samidi sempat dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cilacap. Namun karena cidera di bagian kepala cukup parah, Samidi dilarikan ke RS Siaga Medika Banyumas.

Sumber : Radar Banyumas

Minggu, 11 Desember 2011

POLITIK MILITER PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

Di depan para pemimpin partai dan tokoh masyarakat, pada tanggal 21 Februari 1957 di Istana Negara, Bung Karno menguraikan apa yang dimaksud dengan “Konsepsi Presiden”. Beliau mengatakan, “Untuk mengatasi kesukaran-kesukaran yang kita hadapi sampai pada waktu ini, perlu sekali sistem pemerintahan yang berlaku sekarang dihapuskan dan diganti dengan suatu sistem yang berlaku bagi bangsa Indonesia. Sebab demokrasi yang sampai saat ini kita anut, adalah demokrasi dari barat yang tidak cocok dengan jiwa bangsa kita.
Terutama tidak seusai dengan kondisi sosial masyarakat kita, yang sifatnya masih majemuk. Tradisisonal, setengah feodal dan sebagian besar berpendidikan rendah, bahkan masih besar jumlah yang buta huruf. Oleh karena itu kita harus kembali kepada demokrasi Indonesia yang berdasarkan atas gotong royong.
Sehubungan dengan itu Bung Karno mendesak supaya dibentuk suatu kabinet Gotong Royong. Kabinet semacam itu oleh Bung Karno, dengan menggunakan bahasa Belanda (yang artinya) “semua anak makan bersama semeja, dan kerja bersama semeja pula”. Maksudnya juga akan mengikutsertakan PKI, yang barusan memenangkan 6 juta suara dalam pemilu 1955 yang baru berlalu.
Pada tanggal 2 Maret 1957 Letkol Ventje Sumual, Panglima TT Indonesia timur, mengumumkan SOB bagi seluruh wilayah di bawah pimpinannya dan Lektol Saleh Lahade, Kepala Stafnya, mengumumkan piagam perjuangan semesta (PERMESTA). PERMESTA menuntut supaya 70 % dari anggota dewan nasional, terdiri dari wakil-wakil daerah sebagai senat.
Dinas Penerangan AD pada tanggal 20 Mei 1958 mengeluarkan suatu brosur, berisi tuduhan terhadap Kolonel Zulkifli Lubis sebagai biang keladi separatis PRRI dan PERMESTA. Tuduhan-tuduhan berdasarkan dokumen-dokumen rahasia yang dapat dirampas dari sekretaris Zulkifli Lubis, seorang yang bernama Sastra yang ditangkap di Pandeglang. Dokumen bertanggal 9 Juni 1957 itu menguraikan gagasan-gagasan dan catatan Zulkifli Lubis, untuk menentang konsepsi Presiden.
Presiden membuat konsep keputusan, yaitu memberhentikan KASAD Mayjen. A. H. Nasution dan wakilnya Kolonel Gatot Subroto. Adapun gantinya akan diangkat Kolonel Abimanyu sebagai KASAD dan Kolonel Mokoginta sebagai wakil. KMKB (Komando Militer Kota Besar)-DR (Djakarta Raja) (Kodam V Jaya) dipisahkan dari TT (Tentara dan Teritorium) III kemudian berdiri sendiri.
Dalam keputusannya Presiden Soekarno juga akan memberhentikan Kolonel Kosasih sebagai Panglima TT III SLW, Overste Lukman sebagai KMKB Bandung, Overste Dahjar sebagai KMKB DR dan Mayjen Marsudi sebagai Kepala Staf. Serta menunjuk Kolonel Akil sebagai Panglima TT III SLW dan Overste Umar sebagai Kepala Staf.
Overste Nasuhi sebagai komandan KMKB DR dan Mayor Bahari Efendi sebagai. Overste Rusli sebagai Komandan CPM digantikan oleh Mayor Bowo. Telah dibuat pula pengumuman-pengumuman Presiden apabila rencana berhasil.
Dibuat pula suatu pemerintahan bayangan terdiri dari suatu presidium 3 atau 4 orang. Dengan susunan kabinet sebagai berikut : Menlu Mukarto, Sudjarwo atau Mayjen Simatupang. Menhan Kolonel Simbolon, Pemerintahan Umum, Kehakiman dan Polri Mr. Burhanudin Harahap dengan sekjennya Kolonel Sapari.
Pembangunan Mr. Imron Rosjidi dengan sekjennya Kolonel Dahlan Djambek. Keuangan Dr. Sumitro dengan sekjennya Letkol. Djuhro. Perindustrian Hasjim Ning dengan sekjen Kolonel Taswin, serta mobilisasi tenaga kerja Mr. Gatot dan sekjennya Mayor Koesnowibowo dan komandan CPM Jaya adalah Kapten Adisuro.   
 Kabinet Ali Sastroamidjojo jatuh karena menghadapi kemelut tersebut. Dibentuklah kabinet Ekstra Parlementer di bawah pimpinan Djuanda. Djuanda mengadakan Musyawarah Nasional pada tanggal 10 September 1957. Tetapi sebelum itu, Kolonel Zulkifli Lubis telah menyelenggarakan suatu pertemuan persiapan dengan 3 Panglima, yaitu Letkol Achmad Husein dari Sumatera Barat, Letkol Sumual dari Sulawesi dan Letkol Barlian dari Sriwijaya di Palembang.
Pada perkembangan yang terjadi di pemerintahan membuktikan, bahwa Bung Karno menolak kembalinya Dwitunggal dengan Hatta, serta bersikeras menjalankan konsepsinya secara konsekuen, yang pada hakekatnya sudah ia cetuskan sejak mudanya. Yaitu pengalaman semua kekuatan progresif-revolusioner menuju sosialisme Indonesia (Marxisme yang diterapkan di Indonesia). Komunis semakin mendapatkan angin.
Konsepsi Zulkifli Lubis itu mengatakan, “Walaupun daerah-daerah telah rata-rata (tanpa kecuali) menyatakan bahwa golongan dan aliran komunis adalah membahayakan negara dan bangsa, karena bertentangan dengan Pancasila sebagai ideologi Negara, namun pusat dan pimpinan munas tidak meladeni bahkan membiarkan pengaruh anti-Tuhan dan anti-Kebangsaan, yang pada hakekatnya menganut sistem diktatur dan internasionalisme serta penjajahan total itu bersimaharajalela terus, hingga lupa bahwa hal ini akan menyeret kita kearah tragedi nasional.
Pada tanggal 15 Februari 1958, PRRI diproklamasikan di Padang. Dihadiri antara lain oleh Kolonel Dahlan Djambek, Letko Achmad Husein, Kolonel Simbolon, Mr. Burhanudin Harahap, Sjafrudin Prawiranegara. Presiden Soekarno mengungkapkan bahwa ia merasa ditampar mukanya. Tetapi berjalan terus, ia memerintahkan ABRI melancarkan operasi terhadap PRRI-PERMESTA yang dituduh separatis. Kolonel A. Yani dari “Banteng Raiders” pemimpin operasi “17 Agustus” ke Sumatra. Kolonel Djattikusumo beroperasi di Medan.
Hanya dengan gertak semua karyawan sipil dan lain sebagainya diberi pakaian loreng. Dinaikkan ke dalam truk mondar-mandir, hingga Mayor Boike Nainggolan dari batalyon kebanggaan TT I menjadi agak giris melihatnya.
Dengan suksesnya kampanye militer di Sumatra dan Sulawesi, sekali lagi membuktikan bahwa ABRI tak akan bisa menumpas pemberontakan di luar Jawa karena alas an kesulitan logistic dan pengangkutan. Armada combat-intellijen di bawah pimpinan Letkol. Magenda, berangkat dari Surabaya dengan 120 perahu layar.
Kolonel Rukminto dengan 4 batalyon dari Brawidjaja mendarat di Bitung kemudian bergabung dengan pasukan Magenda dari utara, terus menyerbu Manado. Manado jatuh ke tangan ABRI hanya dalam hitungan hari, sekalipun perlawanan pasukan PERMESTA yang lengkap persenjataannya cukup lumayan.
Pagi hari berikutnya pesawat terbang asing gagal mendaratkan bantuan senjata kepada PRRI. Pesawat terbang “petualangan” yang dipiloti Allan Pope, kemudian tertembak jatuh di perairan Ambon. Pope ditawan, tetapi kelak ia dibebaskan diam-diam tepatnya tanggal 2 Juli 1962. Pemberontakan ini memberi angin segar kepada PKI untuk kampanye anti-imperialis AS. Pada tanggal 1 Mei 1958 PKI mengirim telegram kepada dubes Jones, dan tiga hari kemudian melancarkan demonstrasi massa mengutuk campur tangan kaum imperialis dalam urusan dalam negeri.
Presiden Soekarno pada tanggal 2 Mei memberi peringatan kepada AS “untuk tidak main api”, dan menuduhnya dengan demikian justru AS mendorong Indonesia untuk lebih dekat terhadap komunis. Padahal ia sudah terlalu dekat dengan kaum komunis.
Bulan Oktober 1960 Presiden Soekarno berangkat ke AS untuk menghadiri Sidang Umum PBB yang akan membicarakan topik Irian Barat. Dalam perjalanan ini Jenderal A. H. Nasution dan D. N. Aidit diikutsertakan. Pada kesempatan kunjungan itu Jenderal A. H. Nasution  meminta bantuan senjata kepada AS yang ditolak. Kepada AS Bung Karno meneriakkan “go to hell with your aid”.
Kemudian Nasution pergi ke Moskow pada tanggal 16 Januari 1961. Soviet menyanggupi kredit untuk pembelian senjata. Antara lain, kapal perang, pesawat udara, dan roket darat ke udara, begitupun kendaraan-kendaraan. Bantuan kredit ini meliputi jumlah lebih dari 2 miliar dolar AS.
Pengiriman senjata Uni Soviet mulai datang di Indonesia pada tanggal 28 November 1961. Pada tanggal 26 November 1961 diadakan pemungutan suara di Sidang Umum PBB. Indonesia mengumpulkan 41 suara pro, 40 kontra dan 21 abstain. Sedang blok “Brazaville” mengumpulkan 53 pro, 41 kontra dan 9 abstain. Geram Presiden Soekarno, mengatakn “Saya  akan memberi komando, kalau sampai terjadi peperangan, itu adalah tanggung jawab Belanda sendiri.”
Issue Nasakom sempat menghebohkan masyarakat. PKI menafsirkannya atau memanipulasikannya sebagai fisik, seperti kue lapis merah-putih-hijau. Karena ia lantas menuntut  sepertigadari jatah kedudukan pada aparatur Negara. Termasuk ABRI. Dikatan, bahwa Nasakom adalah perasaan Pancasila.
Panglima AD Jenderal A. Yani melihat gelagat kurang enak itu namun harus tanpa reserve terhadap Presiden Soekarno, lantas menafsirkan sebagai “Nasakom jiwaku” dalam pengertian memang demikian jiwa kita, nasionalis, religius dan revolusioner ; maksud sebenarnya menolak Nasakom.
Partai-partai juga masih menganut ideologi masing-masing, namun tak saling menyerang. Sayuti Melik membuat tafsiran lain, yaitu NASASOS (Nasionalis, Agama dan Sosialisme). Presiden Soekarno tampaknya membiarkan orang membuat interpretasi sendiri tentang NASAKOM. Buktinya beliau tidak menguraikan secara mendetail. Hanya beliau katakana, bahwa dirinya merupakan perasaan NASAKOM.

HAKIKAT MEMPELAJARI SEJARAH

Ungkapan bahwa sejarah adalah guru kehidupan ternyata masih sebatas kata-kata. Sejarah yang sejatinya bisa menjadi jembatan penghubung masa lampau dengan kehidupan masa kini guna menyongsong masa depan, di ruang kelas berhenti pada penggalan-penggalan peristiwa sejarah itu sendiri. Sejarah akhirnya direduksi sekadar catatan peristiwa terkait tanggal, tahun, tempat, dan tokoh-tokoh yang bermain dalam peristiwa sejarah tersebut.
Pengajaran sejarah cenderung berperan sekadar penyampaian pengetahuan yang dimiliki dosen kepada mahasiswa tentang ilmu sejarah, sedangkan makna yang terkandung dalam setiap peristiwa sejarah dibiarkan menguap begitu saja. Model pengajaran sejarah masih jauh dari harapan untuk memungkinkan melihat relevansinya dengan masa kini dan masa depan.
Sejarah bukanlah untuk membawa kita ke kehidupan masa lalu, tetapi justru mengajarkan bagaimana perilaku orang dalam menghadapi perubahan. Dengan memahami semua itu, setelah lulus dari perguruan tinggi mereka sekaligus dipersiapkan menjadi masyarakat terpelajar yang mampu melihat dinamika dalam kehidupan.
Dari perspektif mahasiswa pada umumnya dan masyarakat kebanyakan, sejarah yang diajarkan tidak ubahnya peristiwa yang berdiri sendiri. Sebuah peristiwa yang hampir-hampir tidak ada relevansinya dengan kehidupan keseharian mereka. Apalagi pada umumnya peristiwa sejarah itu diajarkan sebagai serangkaian petuah dan fakta yang mesti dihafalkan, tanpa membuka ruang untuk berdialog dengan masa lalu dan mengkritisnya.
Apa relevansinya mengerti peristiwa Tanam Paksa atau Politik Etis, misalnya, di tengah keadaan dimana mereka bisa kehilangan rumah kapan saja? Apa artinya mengerti peristiwa Agresi Militer Belanda ketika harga beras dan biaya kuliah tidak terjangkau oleh masyarakat.
Sejarah selalu terkait dengan dimensi masa lalu, kini, dan esok. Hal ini tidak lain karena sejarah sesungguhnya berbicara tentang kehidupan manusia dengan segala nilai yang melekat di dalamnya. Sejarah tanpa nilai adalah kronologi, bukan sejarah.  

Sabtu, 10 Desember 2011

PAK POLISI, BEGITUKAH CARA ANDA MENILANG PELANGGAR LALIN??

Siang kemarin saya pergi ke Kartasura. Saya mengambil jalur perempatan Gendengan ke barat menuju Kartasura. Maka, saya meluncur dari arah PKU Muhammadiyah Solo menuju barat secara lurus. Tak lama kemudian, saya sudah tiba di perempatan tersebut. Tak disangka, lampu lalu lintas sedang menyala merah. Saya pun berhenti. Sekian menit kemudian, lampu pun berganti hijau dan saya kembali menjalankan motorku.
Tepat di perempatan dari arah barat, sebuah mobil berhenti dengan melebihi marka jalan. Mobil itu pun menyentuh garis putih menyeberang jalan. Tak lama kemudian, Pak Polisi yang sedang bertugas di pos polisi di sebelah selatan jalan berjalan menghampiri mobil yang melanggar lalulintas tersebut. Di sinilah, menurutku, Pak Polisi, berlaku ceroboh.
Pak Polisi menanyai sopir sedangkan kendaraan dari arah utara sedang berjalan karena lampu hijau menyala. Pak Polisi itu menanyai sopir mobil tanpa meminta sopir agar menepikan mobil. Tentu saja posisi Pak Polisi teramat berbahaya karena dapat diserempet mobil atau motor yang berjalan dari arah utara. Benar-benar Pak Polisi itu bertindak ceroboh!
Menurutku, alangkah baiknya Pak Polisi itu meminta sopir agar menepikan mobil dengan meminta STNK-nya dahulu. Pak Polisi dapat meminta pak sopir agar mencari tempat yang lebih aman atau sepi dari kendaraan. Pak Polisi tidak perlu menanyai sopir itu sambil berdiri di tengah jalan. Tindakan itu teramat berbahaya bagi Pak Polisi dan juga pengendara kendaraan yang lain. Sangat berkemungkinan Pak Polisi terserempet kendaraan karena lalulintas tadi teramat ramai. Jika itu terjadi, siapakah yang akan disalahkan?
Sebagai pemakai jalan, saya berharap kalau ada Polisi yang membaca tulisan saya agar berkenan menerima kritikan ini. Jika saya salah mengartikan peraturan lalu lintas, Pak Polisi dapat menerangkan proses pemberian sanksi kepada pelanggar lalu lintas. Saya sayang Pak Polisi karena itu saya menuliskan ini. Semoga Pak Polisi berkenan menerima kritikan. Terima kasih.

Jumat, 09 Desember 2011

JURUS MENANGKAL 1001 CARA PNS MUDA MENYANGKAL KORUPSI

Pengamat ekonomi Faisal Basri menyarankan untuk pengusutan kasus rekening gendut PNS muda dapat dilakukan dengan cara pembuktian terbalik. Ia mengatakan, sejauh ini data yang diberikan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) sudah sangat jelas.
Sayangnya, kata dia, tidak ada satupun masalah yang diolah dari data PPATK itu oleh kepolisian. "Untuk itu butuh pembuktian terbalik. Silakan Anda punya uang banyak tapi Anda harus bisa menjelaskan dari mana," kata Faisal saat berbicara pada diskusi 'Masa Depan Pemberantasan Korupsi di Indonesia di Gedung PP Muhammadiyah,' Jakarta, Jumat (9/12).
Pembuktian terbalik ini, menurut Faisal, dapat dilakukan untuk menyiasati sejumlah alasan yang dipakai para PNS muda yang menjadi pemilik rekening gendut. "Saya merasa tanpa pembuktian terbalik maka akan ada 1001 macam cara untuk bilang mereka tidak korupsi," ujarnya.
Mengenai kekuatan dasar hukum untuk mendorong pembuktian terbalik ini, Faisal merasa masih gamang. "Ada, tapi memang tidak sangat kuat," jawabnya mengenai dasar hukum untuk melakukan pembuktian terbalik. "Tetapi kembali lagi, semua ini tergantung apakah kita mau serius atau tidak," katanya menegaskan.
Faisal juga menampik anggapan jika munculnya masalah rekening gendut PNS muda ini sebagai upaya untuk mengalihkan munculnya kembali isu Century. Ia justru melihat masalah ini muncul karena adanya keprihatinan telah terjangkitnya praktik korupsi ini di kalangan generasi muda.
"Kalau yang muda-muda sudah seperti ini, negara kita bisa hancur," pungkas calon gubernur DKI Jakarta ini via jalur independen.


Sumber: Republika Online

Kamis, 08 Desember 2011

WANITA DALAM SEJARAH

Wanita adalah sosok yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan setiap laki-laki. Meskipun kadang perempuan dianggap tidak memiliki makna dan merupakan orang  yang dianggap rendah oleh laki-laki karena dianggap tidak bisa melakukan aktivitas-aktivitas yang dillakukan oleh laki-laki. Pandangan seperti itu merupakan pandangan umum mengenai wanita pada zaman dulu sebelum ada gerakan emansipasi yang dikenalkan oleh seorang anak Bupati Rembang barrnama Kartini.
Pada zaman dahulu seorang wanita hanya boleh melakukan pekerjaan dirumah saja. Mereka seperti anak pingit yang tidak boleh kemana-mana. Itulah tradisi feodalisme dalam masyarakat jawa yang sangat telihat sebelum dasawarsa kedua abad 20. Mengapa dasawarsa kedua abad 20? Pada awal abad 20 para penduduk pribumi hanya boleh mengikuti pembelajaran di sekolah yang didirikan oleh belanda hanya cukup sampai kelas tiga. Hal itu tidak hanya berlaku bagi kaum wanita saja melainkan kaum laki-laki juga dan hanya orang-orang tertentu saja yang boleh belajar lebih tinggi.
Mereka adalah para anak dari keturunan bangsawan. Mereka bisa melanjutkan studi setinggi-tingginya hingga ke negeri belanda. Perubahan mengenai orang pribumi boleh mengecap bangku pendidikan berawal dari munculnya ide politik etis dikalangan para tokoh liberalism dinegeri belanda. Perjuangan para tokoh liberal ini sangatlah berat, mereka harus berjuang mempertahankan pendapatnya melawan kaum konservatif. Politik etis ini disebut juga dengan politik balas budi, mengapa demikian? Sebab telah banyak keuntungan yang didapatkan oleh negeri belanda selama ia mengusai Indonesia, berjuta-juta golden telah masuk dalam kas negeri belanda.
Untuk inilah Van Deventer, seorang tokoh liberalism, memperjuangkan perlu adanya pelitik etis. Salah satu program dari politik etis adalah edukasi, hal ini tentulah sangat menguntungkan penduduk pribumi sebab mereka akan dapat bebas mengecap bangku pendidikan meskipun mereka dibatasi  dalam menuntut ilmu. Sebenarnya dibalik politik balas budi ini ada tujuan lain yang dilancarkan oleh Belanda, yaitu mendapatkan tenaga administrasi yang murah, sebab sebelum ada politik etis ini, Belanda harus mendatangkan orang-orang eropa yang memakan biaya yang cukup besar.
Memang pada awalnya belanda mendapatkan hasilnya namun dikemudian hari program tersebut malahan menjadi boomerang tersendiri bagi pemerintah colonial. Hal ini disebabkan kesadaran para intelektual muda yang menjadi suatu kelompok baru dalam stratifikasi social masyarakat di Indonesia, turutama dalam lingkungan masyarakat jawa. Mereka sadar bahwa negerinya telah dijajah oleh bangsa belanda, mereka telah mengeksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk kepentingan negeri belanda. Para kaum intelektual ini kemudian membentuk organisasi yang bertujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan negeri ini lewat sebuah organisasi. Organisasi yang pertama berdiri adalah Budi Oetomo. Organisasi ini terdiri dari golongan – golongan bangsawan saja. 

Rabu, 07 Desember 2011

ATTILA THE HUN

Ketika Kekaisaran Roma telah terpecah menjadi dua, Barat dan Timur. Orang-orang yang oleh orang Roma dianggap sebagai orang-orang Barbar melakukan penyerangan untuk mendapatkan kekayaan dan merebut Kekaisaran. Salah satunya adalah bangsa Hun dari dataran Asia. Mereka berusaha menaklukkan Kekaisaran Roma dengan melakukan penyerangan terhadap suku-suku yang bersekongkol dengan Roma dan berusaha menduduki Kekaisaran. Beberapa kali mereka melakukan penyerangan, namun selalu dapat dikalahkan oleh Roma.
***
Hun adalah suku bangsa yang berasal dari dataran Asia yang dipimpin oleh seorang raja. Raja sebelumnya telah mati, Ruhr namanya. Setelah dia mati maka digantikan oleh penerusnya, pada awalnya dipimpin oleh dua orang raja, yaitu Attila dan adiknya Bleda. Kekuasaan Attila tidak hanya bangsa Hun, namun juga Ostrogoth, Ruggi, Herali, Salmatian, Gephid, dan Skirian. Ketika duta besar Roma datang ke Hun, ia membawa pelarian orang Hun dan meminta agar Roma  Barat aman dari serangan Hun serta menyerahkan upeti.
Hun menyerbu Naissus dan dapat mendudukinya. Hun adalah suku bangsa Barbar pertama yang dapat menduduki Naissus. Kemudian kaisar Theodius dari Kekaisaran Roma Timur mengutus duta besarnya, Vigilas, memberikan tawaran supaya Hun mau meninggalkan Roma dengan memberikan upeti dua kali lipat per tahun dari tahun sebelumnya hingga 1400 pons emas dengan imbalan Roma Timur aman dan pasukan di Danube ditarik mundur. Namun Edeco, pemimpin suku Skirian, tidak setuju dengan tawaran 1400 pons emas. Ia meminta lebih sebab orang-orangnya banyak yang tewas. Sementara itu adik Attila, Bleda, yang tidak ikut serta dalan penyerbuan menyetujui tawaran itu. Edeco pun kalah. Orang-orang Hun kembali ke Timur dan merayakan kemenangannya. Dalam pesta itu, Attila membunuh saudaranya Bleda karena ia tidak sepaham dengan adiknya yang suka berfoya-foya dan tidak pernah ikut berjuang melawan Roma. Asisten Bleda, Si Cebol dilepaskanya namun isterinya ditawan. Dan ia menjanjikan kekayaan yang lebih.
 Rencana selanjutnya, Attila menteror Kaisar agar mau menggandakan upeti yang 1400 pons emas menjadi dua kali lipat, namun ia harus menghadapi seluruh pasukan Roma.
Ketika pasukan Roma tiba dari Kartago, mereka diserang oleh pasukan Attila. Pasukan Attila menang. Attila kemudian menyuruh Edeco untuk menagih upeti ke Kaisar di Konstantinopel dan diminta mengembalikan pelarian. Setelah Edeco melakukan pembicaraan yang singkat dengan Kaisar, ia pun melakukan pembicaran dengan Romulus dan Vigilas yang membicarakan bagaimana caranya untuk membunuh Attila. Tercapailah kesepakatan bahwa Vigilas-lah yang akan membunuh Attila dan Edeco sebagai penunjuk bagaimana mmbunuh Attila.
Perjalanan menuju persinggahan Attila ditemani oleh duta besar Roma Barat namun ia tidak mengetahui rencana itu. Malam hari saat perjamuan makan malam, Vigilas menjalankan rencananya sesuai dengan arahan Edeco. Rencananya gagal sebab Edeco memberi tahu Attila mengenai rencana ini. Vigilas akhirnya tewas di tangan Attila.
Rencana selanjutnya Attila melakukan gebrakan untuk bisa menghidupi rakyatnya, yaitu menyerang suku-suku yang bersekongkol dengan Roma, seperti Frank dan Allen. Dan merebut Metz, Trier, dan Orleans. Akhirnya kabar ini sampai di Kekaisaran Revena, terutama Jenderal Flabius Aetius. Flabius Aetius pernah menjadi tawanan bangsa Hun jadi ia tahu cara dan strategi perang Hun.
Attila mengirimkan surat ke Revena yang ditujukan kepada kaisar dan diterima Aetius. Dengan segera Aetius mengirimkan surat kepada suku-suku yang diganggu Attila seperti Frank, Allen, Burgundian, Saxon dan Visigoths. Pasukan Roma telah terkumpul dan Aetius menyusun strategi. Karena ia telah mengetahui cara berperang orang Hun, maka ia membuat strategi bahwa siapa yang lebih dahulu menduduki Catalonian Field ialah yang menguasai peperangan.
Attila melihat banyaknya pasukan dari Roma. Ia menyuruh pasukannya untuk mundur dan menyusun strategi ulang. Pada malam hari ia melihat pasukan Roma yang terus berjalan, kemudian ia membangunkan para pasukannya untuk bersiap.
 Pertempuran pun terjadi. Awalnya Edeco dan orang-orang Skirian maju terlebih dahulu. Edeco melihat pasukannya yang tidak sepadan ia menarik mundur pasukannya dan kembali ke Attila. Attila dan pasukannya maju menyerang dan berusaha menguasai peperangan. Namun ketika ia melihat Aetius ia berambisi untuk membunuhnya tetapi ia gagal. Attila pun kaget melihat pasukan Roma yang masih ada di bawah yang jumlahnya masih sangat banyak. Dengan segera ia menyuruh pasukannya untuk mundur namun tidak terdengar oleh pasukannya. Usai peperangan, ia menyerah karena sudah tidak mampu untuk melawan.
Satu tahun kemudian ia melakukan penyerangan terhadap Italia, namun usahanya gagal karena dapat  diredam oleh Aetius. Dua tahun kemudian ia mati di saat perkawinannya. Dan Edeco menjadi raja tunggal Skirian dan tanpa Attila bangsa Hun hancur.
RELEVANSI TERHADAP ILMU SEJARAH
            Serangan bangsa Hun terhadap Roma merupakan serangan yang berat dibandingkan dengan serangan bangsa-bangsa lain, sebab Hun pernah menduduki dan merebut Naissus. Selain itu juga, jika dibandingkan dengan serangan Hannibal dari Kartago serangan Attila lebih ganas, memang pasukan Hanibal juga banyak dan Hanibal lebih menang pada strategi perang yang handal sedangkan Attila lebih mementingkan kecepatan.
            Sejarah bangsa Hun yang berusaha menyerang Roma walaupun gagal. Memberikan sumbangan terhadap sejarah dunia. Ilmu Sejarah yang berusaha mengungkap peristiwa-peristiwa yang berpengaruh, memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan sejarah dunia, termasuk juga sejarah bangsa Hun. Sejarah bangsa Hun terkenal pada saat bangsa Hun dipegang oleh Raja Attila, memberikan gambaran tentang besarnya pengaruhnya terhadab Kekaisaran Romawi. Dengan adanya sejarah itu, sejarah bangsa Hun dapat menjadi obyek pembelajaran dikemudian hari. Terutama dalam studi sejarah.