Total Tayangan Halaman

Kamis, 22 Desember 2011

Petani Tertindas, Sarjana Pertanian Pada Kemana??

Sejak dulu kita mengklaim sebagai negara agraris. Negara yang indah dengan hujan tropis yang cukup untuk memberikan kehidupan yang hijau. Nyiur melambai padi menghijau itulah kata-kata indah yang dahulu sering kita dengar. Pada zaman Orba kita telah berhasil berswasembada pangan. Tetapi dijaman sekarang ini kita justru impor beras dari Negara yang baru terbentuk aman. Apa yang terjadi dengan pertanian kita. Dimana para ahli pertanian kita, dimana para sarjana cum laude pertanian kita, Apa sih yang sekarang sedang mereka lakukan? Apakah mereka sudah bangga dengan lulus dari perguruan tinggi dengan gelar sarjana pertanian?
Wajar jika pertanian di Negara kita tidak maju-maju meskipun kebanjiran sarjana pertanian. Ketika GELAR SP sudah menghiasi nama, disaat petani semakin tertindas dan semakin akrab dengan kemiskinan sebagian besar mereka yang bergelar "Sarjana Pertanian" justru sibuk mencari Bank yang buka lowongan, karena yang ada dipikiran pemuda sekarang adalah duniawi semata (uang), bukan ilmu, bukan bagaimana membangun dengan kemampuan dan profesi mereka. Sebagian besar lulusan-lulusan terbaik fakultas pertanian enggan untuk mengabdi di bidang pertanian.
Meskipun semuanya tidak seperti demikian, sebagian sarjana pertanian kita masih mempertahanakan sifat idialis, masih pada profesinya bekerjanya! Sebagian dari mereka yang hanya menajalankan perkuliahan untuk meraih title semata adalah para pengkhianat bangsa, perusak bangsa, seperti keledai (mengutip istilah Ranchodas Chanchad dalam film 3 idiot). Ketika ilmu dari bangku kuliah tidak di amalkan, Siapakah yang patut dipersalahkan dalam hal ini ? para sarjana pertanian atau system negara kita?
Tulisan diatas antara kenyataan yang ada dan sebuah dilema para Sarjana di negeri ini. Yang pada ujungnya ternyata apa yang di takuti oleh bangsa ini menjadi kenyataan. Dimana Indonesia yang katanya negara agraris namun ternyata harus didikte oleh bangsa lain dalam menentukan harga hasil bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar