Total Tayangan Halaman

Sabtu, 17 Desember 2011

SITUS SEJARAH KARYA CIPTA THOMAS KARSTEN

Menilik komponen-komponen kota-kota bekas pusat pemerintahan kerajaan Mataram Islam dan pemerintahan kolonial Belanda, baik secara fisik atau nonfisik, dan pola tata ruangnya, tampak bahwa selain mempunyai ciri kolonial, dan ada unsur-unsur perkotaan pra-Islam yang masih dipakai, ada pula unsur perkotaan yang merupakan hasil akulturasi. Ketiga kelompok ciri tersebut terjalin menjadi suatu kesatuan yang harmonis, yang kian lama kian disempurnakan.

“Tidak kurang Kota Solo yang mempunyai jejak sejarah kota Islam dan kolonial. Antara lain, kompleks Keraton Surakarta, peninggalan kolonial di area Benteng Vastenburg, kampung Arab di Pasar Kliwon, kompleks Pura Mangkunegaran, Pasar Gedhe, kawasan Pecinan, kampung kuno Jawa di Laweyan dan Kauman, kompleks taman kota (Sriwedari, Villapark, Balekambang, Tirtonadi dan Jurug).

Dalam situs tersebut terdapat bangunan-bangunan bersejarah hasil cipta Herman Thomas Karsten. Pada riwayatnya, Thomas Karsten adalah arsitek tersohor di Hindia Belanda awal abad XX. Dia lahir tahun 1884 di Amsterdam. Tepatnya tahun 1904, Karsten masuk jurusan arsitektur di Universitas Thenische Hoogeschool di Delft. Semasa kuliah, Karsten aktif dalam perkumpulan mahasiswa sosial demokratis. Ia menjadi anggota STV (Social Technische Vereeninging van Democratische Ingenieurs en Architecten), yaitu suatu kelompok mahasiswa teknik arsitektur berhaluan demokratis. Kemudian tahun 1908 Karsten masuk dalam pengurus bagian perumahan dan perencanaan kota.

Pada akhir tahun 1914 Karsten meninggalkan Belanda berangkat ke Hindia Belanda atas undangan Maclaine Pont. Di sinilah Karsten pertama kali memulai belajar arsitek, dan tahun kemudian banyak terlibat dalam perencanaan perumahan dan perkotaan. Tahun 1920 hingga 1930, Karsten mendapat tugas selaku penasihat perencanaan kota (adviseur gemeente). Konsep yang ia pakai adalah garden city, yang bersifat organik rancangan Ebenezer Howard. Konsep dari perencanaan kota oleh Karsten menuju tema bangunan perkotaan Indis (campuran antara budaya Barat dengan Timur). “Karya-karyanya dapat dijumpai di beberapa kota di Indonesia seperti di Medan, Palembang, Padang, Banjarmasin, Semarang, Bandung, Jakarta, Magelang, Malang, Bogor, Madiun, Cirebon, Jatinegara, Purwokerto, Yogyakarta, dan Solo.

“Karsten lebih unggul dibandingkan arsitek lainnya karena mampu membangun pasar yang menempatkan perhatian penting pada kenyamanan pedagang, pencahayaan dan penerangan yang memanfaatkan sinar matahari. Situs ciptaan Karsten tidak meninggalkan unsur lokal (budaya dan iklim setempat), mengutamakan akan perlunya ruangan terbuka. “Ada pengaturan ventilasi yang baik untuk mengurangi hawa panas dalam pasar dan juga menggunakan pendekatan perilaku pasar, seperti cara menjajakan, menyimpan barang, dan area. Karsten memperhatikan pula sistem kegiatan pedagang, berupa interaksi antara pembeli dan pedagang ”.

Selain ahli dalam membuat pasar, Karsten juga membangun beberapa bangunan seperti gedung SMN di Semarang, Pendopo Van Deventer School, Museum SonoBudoyo dan masih banyak yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia. Sementara tinggalan Karsten di Solo sebagai berikut:

1.      Pasar Gedhe atau Pasar Hardjanagara dibangun tahun 1929. Pasar ini satu-satu pasar di Indonesia yang berlantai dua.

2.      Eks. Kantor DPU yang terletak di Jl Urip Sumoharjo merupakan gedung pavilion berlantai dua.

3.      Pendhapa dan gapura Mangkunegaran.

4.      Pavilium Pracimayasa yang dibangun tahun 1923.

5.      Masjid Al Wustha berada di luar kompleks Pura Mangkunegaran.

6.      Eks. rumah dinas Residen Surakarta berada di lingkungan Villapark, dibangun saat Karsten menjadi konsultan perencanaan Kota Solo.

7.      Villapark Banjarsari merupakan perumahan pegawai perkebunan yang dilengkapi taman kota nan elok.

8.      Stasiun Kereta Api Solo-Balapan.

9.      Lapangan Manahan yang kala itu dipakai untuk pacuan kuda.

Situs sejarah di atas memerlukan usaha pemeliharaan dan pelestarian. “Hal itu mengacu UU BCB No. 5/1992, mengenai perlindungan bangunan sejarah yang berumur 50 tahun dan memiliki nilai penting bagi ilmu pengetahuan dan kebudayaan”. Di sisi lain, pelestarian bermanfaat untuk mendukung pariwisata kota tempo doeloe yang kini sedang tren di Indonesia.

Dari penjelasan ini, perlu dilihat keunikan-keunikan situs sejarah ciptaan Thomas Karsten dan memikirkan upaya pelestariannya, yang mana situs ini selain cermin dari identitas kota dan bagian dari warisan budaya yang juga berpotensi menjadi aset wisata sejarah Solo tempo doeloe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar