Total Tayangan Halaman

Senin, 10 September 2012

Pisuhan


Semenjak kecil saya mengenal berbagai macam pisuhan. Karena saya berasal dari Kebumen pisuhan yang saya kenal lebih banyak berupa binatang, misal: Asu, Celeng, Jangkrik dan beberapa pisuhan selain binatang, kayak, Matamu, Cocote, Lambemu, Digilmu dll. Saya mendengar pisuhan ketika sedang nongkrong bersama teman-teman sekolah atau teman main. Saya tidak mendengar pisuhan dari teman pondok. Walaupun waktu di Kebumen saya hanya santri kalong di sebuah pondok, saya tetap berusaha menjaga mulut agar tidak sampai mengucapakan pisuhan ketika berkumpul dengan teman-teman di pondok.

Pisuhan yang berasal dari kata pisuh adalah kata kerja dalam Bahasa Jawa yang berarti umpatan atau pengungkapan rasa kesal. Pisuhan tidak hanya muncul ketika seseorang sedang emosi dengan orang lain, tetapi bisa muncul secara refleks ketika sedang mengalami sebuah kejadian. Misalnya, ketika ada seorang yang sedang kesandung batu, apabila dia sudah terbiasa dengan ucapan misuh maka yang keluar ketika kesandung adalah kata pisuhan, bukannya kalimat “Innalillahi” atau “Astaghfirullah”.

Setelah saya menempuh pendidikan di Solo semakin bertambah kosakata pisuhan. Beragam kata misuh di Solo yang tidak ada di Kebumen, misalnya: Dlogok, Badalah, Lonteng, Jancuk, dll. Awal di Solo saya cukup terjaga dari mengucapkan dan mendengar orang misuh karena selama kurang lebih empat tahun saya tinggal di Pesantren. Kali ini tidak lagi sebagai santri kalong, melainkan sudah menjadi santri mukim.

Begitu keluar dari Pesantren saya pindah ke kost. Di kost pertama saya itu saya mulai mengenal teman-teman yang suka mengucapkan kata misuh seperti, dlogok, dlegek, badalah, jancuk, lonteng dan pisuhan beberapa hewan. Akhirnya saya pindah kost dikarenakan masa kost saya sudah habis. Di kos selanjutnya pun tidak beda jauh, umpatan yang keluar hampir sama, menggunakan kosa kata pisuhan Bahasa Jawa, lebih tepatnya pisuhan Bahasa Jawa non ngapak.

Dan kost saya yang terakhir ini lebih unik soal bahasa pisuhan. Menurut teman saya yang beda kost mengatakan kalau kost saya yang sekarang ini adalah kost elit. Elit yang dimaksud teman saya adalah dalam segi kost yang bagus dan megah serta biaya yang tidak murah dibanding dengan kost-nya. Tetapi saya tidak akan membahas bangunan kost saya sekarang. Kembali kepada hal pisuhan. Di kost sekarang kata-kata pisuhan bukan lagi dengan menggunakan pisuhan Bahasa Jawa, melainkan dengan Bahasa Indonesia, misalnya: Bangsat, Bajingan, Brengsek. Tetapi teman-teman kost saya sekarang lebih sering misuh dengan Bahasa Inggris, misal: Fuck, Shit, Damn etc.

Saya tidak tahu alasan mengapa di kost sekarang menggunakan pisuhan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Mungkin karena penghuninya berasal dari berbagai macam daerah di Indonesia, lebih beragam dibandingkan dua kost saya sebelumnya yang isinya hanya orang Jawa saja. Untuk mengakhiri note saya kali ini saya tidak akan misuh terhadap siapa pun termasuk kepada para pembaca. Sebagai sesama Muslim saya hanya mengingatkan untuk selalu menyebut nama Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dalam keadaan apapun.

Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya dan meninggal dalam keadaan Khusnul Khotimah. Amin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar