Total Tayangan Halaman

Minggu, 13 November 2011

ASAL-USUL PERANG JAWA

Pada akhir pemerintahan Daendels di Jawa terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh Raden Rangga yang berasal dari daerah mancanegoro yang menolak monopoli yang dilakukan oleh Belanda terhadap hutan jati yang ada diwilayah itu. Raden Ronggo melakukan perlawanannya di Yogyakarta. Perlawanan yang dilakukan Raden Ronggo mendapat dukungan dari Sultan. Dan peristiwa ini menjadi tonggak adanya perang jawa yang terjadi di tahun 1825. Karena Sultan mendukung perlawanan yang dilancarkan oleh Ronggo dan akhirnya dapat diredamkan oleh pasukan Daendels itu, Sultan diharuskan untuk membayar kerugian yang dialami oleh Belanda. Dan akhirnya Sultan Hamengkubuwono II diturunkan dari tahtanya dan digantikan oleh Patih Danurejo II dan dilakukan pembuangan terhadap saudara Sultan dan anak laki-lakinya oleh Daendels.
Setelah itu Daendels digantikan oleh Williem Janssen yang menerapkan sistem liberal yang lebih keras. Namun masa jabatanya segera berakhir karena ekspedisi Inggris yang ingin membersihkan pulau Jawa dan Samudera Hindia dari basis kekuatan Perancis-Belanda. Mereka datang dengan pasukan yang terdiri dari orang-orang Eropa dan orang-orang sepoy India.  Kesempatan inipun dimanfatkan oleh Sultan untuk membalas dendam pada Belanda dengan mengganggu keresidenan Belanda, membunuh Patih Danurejo serta membebaskan saudaranya dan anak laki-lakinya.
Pada saat Inggris berkuasa menggantikan Belanda di Jawa, yang mengisi kekeuasaan di pusat adalah Raffles, sedangkan di keresidenan Yogyakarta adalah John Crawfurd.
Rasa kekesalan yang dilampiaskan Sultan diterima oleh Crawfurd. Pada kunjungan pertama yang dilakukan Raffles ke Jawa Tengah pada Desember 1811 yang disana ia menandatangani perjanjian-perjanjian dengan para penguasa. Memperoleh kesepakatan bahwa ia akan membatalkan perampasan-perampasan wilayah yang dilakukan oleh Daendels. Sikap Raffles banyak menyesuaikan dengan keadaan dan diaanggap lemah oleh Sultan. Sementara itu terjadi surar-menyurat secara rahasia oleh Sunan dan Sultan untuk melaksanakan penyerangan terhadap pemerintah Inggris. Namun kabar tersebut terdengar oleh Raffles dan dengan segera ia mempersiapkan pasukannya. Dan pada bulan April 1812 ekspedisi terhadap Sultan dilakukan. Sultan yang menghadapi pasukan Inggris tidak mendapat bala bantuan dari Surakarta. Seperti yang tertulis dalam surat rahasia bahwa suarakarta akan membantu Yogyakarta apabila bersedia melakukan perlawanan terhadap Inggris. Hal tersebut akhirnya diketahui oleh Raffles dan kraton Yogyakarta harus membayhar ganti rugi yang dialami oleh Inggris dan jumlahnya lebih besar dari apa yang ditanggung oleh Kraton Surakarta.
Tanggal 11 Agustus 1812 diadakan perjanjian atas rampasan daerah mancanegara dan daerah takluk Kedu. Dan ulah yang dibuat Raffles lainnya adalah pemecahan kesetiaan terhadap Kraton Yogyakarta yaitu dengan mengangkat Natakusuma sebagai Paku Alam yang bertanggungjawab kepada pemerintah Eropa. Kesusahan yang terjadi di Yogyakarta masih berlangsung sanpai Sultan HB III. Sultan yang baru ini belum bisa mengembalikan keadaan kraton sepenuhnya karena secara tiba-tiba ia wafat. Dan kedudukan selanjutnya digantikan oleh anaknya yang masih muda. Karena anaknya belum belum mampu untuk memegang kekuasaan maka kekuasaan dipegang oleh Paku Alam. Namun kondisi tersebut disalahgunakan olehnya dengan cara memperkaya diri. Kemudian setelah diketahui kondisi yang demikian maka kekuasaan dipegang Ratu Ibu dan Patih Danurejo IV.
Kondisi yang terjadi di kraton mendapat banyak kritikan salah satunya adalah Diponegoro seorang pangeran dari selir Sultan HB III. Ia jarang sekali terlihat di kraton namun ia hidup di desa Tegalrejo bersama pamannya. Dan ia hanya datang ke kraton hanya pada saat gerebeg saja. Pada permasalahan-permasalahan yang terjadi di kraton Diponegoro selalu turut serta dan ia pun tidak suka cara yang dilakukan oleh patih Danurejo. Apa yang dilakukannya selalu berlawanan dengan apa yang seharusnya terjadi dalam pemerintahan Kraton. Sehingga banyak yang tidak suka dengan cara kerja yang dilakukannya.
Hingga pada suatu ketika pada saat Crawfurd telah digantikan Smitsser dan Danurejo masih memegang kekuasaan suasana politik dalam kraton semakin tidak menentu. Banyak sekali para pejabat yang diberhentikan olehnya. Sehingga banyak sekali yang tidak suka dengan sikap Danurejo.
Sejak diberhentikannya bupati Banyumas Diponegoro jadi sering tidak kelihatan dalam kraton , ia kembali ke desanya untuk mengumpulkan massa guna melakukan perlawanan terhadap pemerintah Belanda dan Danurejo. Konsep perang sabil pun menjadi landasan perlawanan, sebab ia adalah seorang tokoh yang memebimbing keagamaaan Sultan dalam kraton. Para pengikut dan pendukung Diponegoro pun semakin banyak sehingga terjadilah perang yang berkecamuk di Yogyakarta.


Pemberontakan Sepoy Tahun 1815 di Pulau Jawa
Pemberontakan sepoy terjadi pada saat akhir kekuasaan Inggris di Pulau Jawa. Pemerontakan itu dipicu oleh adanya persekongkolan yang terjadi diantara pasukan Sepoy dan Pakubuwono IV. Pasukan sepoy adalah pasukan yang dibawa oleh Inggris dari india ketika Belanda dikalahkan oleh perancis untuk membersihkan tanah jawa dari orang-orang Belanda. Tugas dari pasukan sepoy hanyalah sebagai pasukan sukarela saja yang ditempatkan di keresidenan jawa.
Persekongkolan ini dimulai ketika Belanda terlepas dari perancis yang telah terdengar oleh pasukan Sepoy. Pasukan sepoy yang mengetahui hal tersebut khawatir bahwa apabila suatu sat Inggris akan meninggalkan Jawa maka mereka tidak ikut dibawa ke India. Pikiran tersebut selalu membayangi mereka, hingga mereka menukan cara untuk bisa mengadakan perlawanan terhadap Inggris. Ide seperti itu kemudian dikembangkan dan agar mereka mendapat dukungan dari kraton para pangeran salah satu dari mereka yaitu pemimpinnya, Dhaugkul Syihk, mencoba untuk mendekati Pakubuwono VI. Dengan mendekati pakubuwono VI akhirnya mereka mendapatkan dukungan dari kraton para pangeran, namun tidak untuk Yogyakarta. Mereka tidak mendapat dukungan dari Sultan meski Dhaugkul Sikh mendekatinya.
Pendekatan yang dilakukan oleh Dhaugkul Sikh kepada adalah dengan cara menyamakan kesamaan budaya yang ada di jawa dan yang ada di india, bukan hanya itu ia juga menyenangkan hati Sunan dengan cara menghadirkan kesenian dari India. Setelah meluluhkan hati Sunan ia pun melancarkan aksinya dengan membujuk bekerjasama untuk melawan Inggris. Dan Sunan menerima karena ia berkeinginan untuk meningkatkan hegemominya di jawa yang telah terkalhkan oleh Yogyakarta. Hal lain adalah agar anaknya dapat menjadi Sultan di Yogyakarta dan pangeran dari Mangkubumi dapat menjadi pengusa Surakarta.
Setelah diketahui oleh Raffles bahwa terjadi persekongkolan yang terjadi antara pasukan sepoy dan Pakubuwono VI maka Raffles mengirim pasukan untuk menyelidikinya dan mengancam kepada pasukan Sepoy bahwa siapa yang melakukan persekongkolan akan ditembak mati. Dan ketika Pakubuwono berjanji pada Mangkubumi akan melindunginya apabila akan ditangkap oleh pasukan Inggris maka Pakubuwono tidak melindunginya dan malah membiarkan Mangkubumi ditangkap dan diasingkan.

PENDEKATAN
Pendekatan yang dipakai penulis dalam buku Asal-Usul perang Jawa ini adalah pendekatan politik. Sebab disini yang menjadi pokok permasalan adalah bagaimana seorang pangeran ataupun seorang bangsawan kraton ingin menjadi penguasa dengan melakukan berbagai cara. Dalam bab Asal Usul Perang Jawa didalamnya menceritakan bagaiman seorang patih yang bernama Danurejo IV, yang pada saat itu mendampingi Ratu Ibu dalam memegang kekuasan dikarenakan Sultan HB IV belum mampu untuk memegang kekuasaan, berkuasa penuh terhadap situasi politik yang ada dalam kerajaan. Ia melakukannya karena mendapat dukungan dari Belanda. Meskipun hal itu bertentangan dengan apa yang harus ia laksanakan sebagai pengganti Sultan HB IV sehingga ia mendapat tentangan dari para pejabat pemerintah yang ada di daerah yang ia berhentikan secara tidak hormat. Selain mendapat tentangan dari para pejabat ia juga mendapat tentangan dari seorang pangeran, yaitu Diponegoro yang kemudian ia meluncurkan perang yang besar di Jawa di tahun 1925. Perang yang dipimpin oleh Diponegoro itu mendapat dukungan dari berbagai pihak dari berbagai kalangan kalangan.
Sedangkan pada bab kedua yaitu Pemberontakan Sepoy, menceritakan bahwa ketakutan yang dialami oleh Pasukan Sepoy yang dibawa oleh Inggris dari India yang mengakibatkan terjadinya persekongkolan antara pasukan Sepoy, Pakubuwono dan  Mangkubumi. Pasukan Sepoy takut bahwa apabila Ingris meninggalkan Jawa mereka akan ditinggalkannya di Jawa. Kemudian membujuk Pakubuwono agar mau bersekongkol dengan mereka untuk mengadakan perlawanan terhadap Inggris serta mengajak Sultan Yogyakarta. Hal itupun diterima Sunan karena ia ingin menghancurkan saingannya itu dan meningkatkan hegemoninya di tanah Jawa. Kemudian ia mengadakan surat menyurat kepada Sultan secara rahasia agar mau bekerjasama melawan Inggris. Dan ketika Yogyakarta bersedia melakukan serangan, pakubuwono tidak membantunya. Sehingga Yogyakarta mengalami kekalahan dan memperoleh kerugaian yang banyak. Selain itu tujuan Pakubuwono bersekongkgol dengan pasukan Sepoy adalah ingin menempatkat Putra Mahkotanya di Yogyakarta apabila Yogyakarta terlah hancur sedangkan putra dari mengkubumi menjadi penguasa di Surakarta. Dan ketika persekongkolan diketahui oleh Raffles Pakubuwono berjanji pada  Mangkubumi apabila Mangkubumi akan ditangkap maka Pakubuwono akan membantunya. Namun pa yang terjadi pada ssat Mangkubumi ditangkan dan diasingkan oleh Inggris Pakubuwono tidak membantunya. Disini dapat dilihat bahwa kelicikan yang dilakukan oleh Pakubuwono untuk mempertahankan jabatanya dilakukan dengan berbagai cara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar