Total Tayangan Halaman

Senin, 21 November 2011

RENE DESCARTES

Filsafat Descartes dipengaruh oleh pemikiran ilmu-ilmu esakta yaitu, fisika, astronomi, matematika. Dia juga menolak tradisi Skolastik yang dipakai para pendahulunya. Serta menolak tradisi Socrates tentang diskusi dan kerjasama. Descartes kecewa dengan filsafat-filsafat yang diterimanya, ia menganggap antara filsafat Aristoteles dan ilmu pengtahuan ada jurang pemisah.sebab filsafat tradisional masih mengandung keraguan seangkan belajar matematika sangat menyenangkan karena kejelasan dan kepastian. Oleh karena itu ia meniggalkan filsafat klasik dan membangun filsafat moderan.
Descartes mengatakan bahwa rantai panjang yang terdirir dari penalaran yang sangat sederhana dan mudah, yang biasa digunakan oleh para ahli geometri untuk memecahkan persoalan sulit, telah menjelaskan kepadaku bahwa segala sesuatu ada dalam ruang lingkup paengetahuan manusia tentu saling berhubungan dengan cara yang sama. Suatu kepastian itu hanya mungkin bila didasarkan pada evidensi yang mau tidak mau harus diterima dan diakui. Untuk mencari kepastian ia mencoba untuk meragukan semua yang ada, bahkan adanya Tuhan. Untuk mendukung keraguannya ia memberikan alasan-alasan yang berupa kemungkinan-kemungkinan, alasan tersebut antara lain kekeliruan pancaindra, ia sedang bermimpi dan adanya demon jahat.
Descartes diragukan oleh ketidakpastian pada ,asanya. Pemikiran skolastik yang diterimnya ternyata tidak tahu bagaimana harus menangani hasil-hasil ilmu pengetahuan positif. Keaguan yang dialami oleh Descartes adalah keraguan metodis yang digunakan untuk menguji penalaran da pemikiran untuk mendapatkan kepastian pertama yang dapat menjadi titik pangkal mutlak bagi filsafat baru. Kebenaran itu harus dialami agar tidak diragukan lagi. Jadi pengertian benar harus dapat menjamin dirinya sendiri.
Descartes meragukan segala apa yang ada, bahkan ia meragukan dirinya sendiri ketika ia sedang duduk di dekat api dengan mengenkan baju. Dan ia juga meragukan dirinya ketika ia terjaga maupun ketika tidur. Ia bermimpi seperti ketika ia terjaga. Dan ketika saat terjaga ia sering tertipu dengan ilusi-ilusi ketika ia sedang tidur. Meskipun ia sedang bermimpi, kebenaran-kebenaran itu tidak hancur dalam malapetaka. Kebenaran-kebenaran itu bisa ditegaskan dengan syarat. Semisal dua kali dua sama dengan empat. Kebenaran itu terjadi baik ketika bermimpi maupun terjaga.
Tidak seorang pun dapat menipu dirinya bahwa ia ragu-ragu akan segala sesuatu. Descartes berkata bahwa “aku ragu-ragu atau aku berfikir; karena aku berfikir, maka aku ada” ( cetigo ergo sum ). Menurut Descartes ia tak peduli betapa keraguan menggerogoti semua yang ada, keraguan ini tidak menelan habis dasar dari kebenaranya, yaitu eksistensi dari orang yang meragukan. Cetigo (aku beroikir) merupakan kepastian. Cetigo jelas dan terpilah-pilah, maka cetigo adalah kebenaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar