Total Tayangan Halaman

Sabtu, 11 Agustus 2012

Belajar Dewasa


Kali ini kembali membahas sebuah catatan seorang teman yang  kemarin ditag di kronologi saya. Catatan itu berisi curhatan seorang mahasiswa senior yang menjadi tempat curhat para adik tingkat dan teman-temannya yang sedang butuh masukan untuk penyelesaian masalahnya. Tidak sembarang orang mau membantu dan menjadi tempat curhat. Berat. Bagi banyak orang menjadi tempat curhat dan membantu menyelesaikan masalah adalah tambahan beban yang memenuhi pundak. Dibutuhkan sikap dewasa dalam hal ini. 

Di sebuah TA yang ditulis seorang teman ukuran dewasa adalah seseorang yang sudah menginjak umur 24. Sedangkan dalam kenyataan, dewasa itu pilihan. Ada anak yang masih berumur 18 tahun tetapi sudah bisa bersikap dewasa layaknya seorang ayah yang mengayomi anak-anaknya. Sebaliknya, ada orang yang sudah berumur 40-an belum bisa dewasa, masih kekanak-kanakan.

Kembali ke permasalahan awal membuat saya teringat sebuah petuah: Kuliah bukan sekedar untuk mencari nilai, ijazah, apalagi status. Kuliah adalah tempat kita merubah pola pikir. Semenjak SD hingga SMU kita mendapat julukan siswa. Menginjak bangku perkuliahan julukan bagi kita berubah menjadi Mahasiswa. Di depan kata siswa tersemat kata “Maha” yang artinya di atas segalanya. Mahasiswa berarti di atas segala siswa.

Sebagian besar orang beranggapan lulus di atas standar normal adalah aib. Tetapi kalau kita mau mengambil pelajaran dari setiap kejadian termasuk lulus kuliah yang melebihi 4 tahun pastinya akan menemukan hikmah luar biasa. Bisa saja itu adalah ketentuan Allah SWT kepada kita agar lebih bersikap dewasa dengan jalan memberi kita adik di tempat kuliah atau organisasi. 

Saya bukan seorang psikolog atau dokter ahli jiwa yang paham tentang kejiwaan. Saya hanya menggunakan pengamatan (ilmu titen). Keluarga adalah yang pertama membentuk apakah sang anak menjadi dewasa lebih cepat atau tetap seperti anak-anak. Dalam mendidik anak pun tidak bisa disamaratakan antara satu dengan lainnya. Anak pertama, terakhir dan tunggal adalah anak dengan perhatian khusus.

Mengapa? 

Anak pertama merupakan “pemimpin” bagi adik-adiknya. Selain itu juga contoh bagi yang lebih muda. Apabila anak pertama sukses maka bisa menjadi contoh baik bagi anak kedua dan seterusnya. Begitu pun sebaliknya, apabila anak pertama kurang sukses. Menjadi PR orang tua dalam mendidik anak pertama agar menjadi pemimpin, minimal pemimpin adiknya. Jangan terlalu dimanja karena membuat si sulung tidak bisa bersikap layaknya kakak. Jangan pula terlalu dikasih aturan mengekang akhirnya membuatnya tidak bisa berinovasi.

Banyak orang menganggap anak terakhir atau disebut juga anak bungsu adalah anak kesayangan. Anggapan ini berkembang ke khalayak sehingga menjadi beban tersendiri bagi si bungsu apabila dalam keluarga tidak menjadi anak kesayangan. Pada kenyataannya tidak semua anak bungsu menjadi anak kesayangan, tergantung orang tuanya. Ada yang menyamarakatan pola pendidikan terhadap anak-anaknya. Tidak peduli dia sulung atau bungsu.

Sebuah tekanan mental tersendiri jika dalam keluarga si anak bungsu bukan anak kesayangan padahal anggapan orang lain dialah anak kesayangan sehingga membuat dia tertekan cukup dalam dan susah bersekspresi. Tetapi jangan sampai terlalu memanjakan anak terakhir. Kalau dimanja bisa membuatnya selalu menjadi “ekor”.

Anak tunggal yang dimaksud di sini tidak hanya anak satu-satunya yang tidak mempunyai saudara kandung, tapi juga anak lelaki satu-satunya karena saudara kandungnya wanita semua atau sebaliknya. Karena sebagai anak tunggal, yang dibutuhkan adalah teman dalam keluarga. Orang tua harus menjadi teman yang baik bagi si anak. Dan orang tua juga akan benar-benar menjaganya karena dialah satu-satunya. Ibarat kita punya benda berharga dan satu-satunya maka kita akan menjaganya dengan sepenuh jiwa. Ingat! Menjaganya bukan berarti memanjakannya.   

So, kalau kamu belum lulus juga ambillah hikmahnya. Mungkin karena sikap kita yang belum dewasa dalam menghadapi persoalan sehingga kita diberi amanah berupa adik tingkat di kampus. Pesan bagi para mahasiswa yang belum lulus: Selama belum lulus kalian akan terus berstatus mahasiswa, jangan sampai berganti status menjadi mahasiswi.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar