Total Tayangan Halaman

Rabu, 01 Agustus 2012

Masak Itu Macho


Perasaan akhir2 ini banyak pria berbadan kekar, penuh tato tapi doyan masak.
Status dari seorang teman yang mungkin terinspirasi oleh tayangan Master Chef di RCTI. Saya sendiri memang tidak pernah mengikuti acara tersebut secara seksama, hanya sekali menonton acara itu. Dalam acara lomba masak itu ada banyak peserta laki-laki maupun wanita.
Sebagai lelaki normal saya bisa mengatakan para peserta lomba masak yang berjenis kelamin laki-laki terlihat ganteng dan macho. Kenapa saya bisa mengatakan seperti itu?? Pertama karena badan mereka yang terlihat kekar dan seksi. Kedua, penampilan mereka terlihat sangar (bahasa ekstrimnya macho) dengan tato dan atribut pada diri mereka.
Di sini saya kembali mempermasalahkan status yang ditulis oleh teman. Dari status itu dapat disimpulkan bahwa yang namanya laki-laki yang terlihat “laki” seolah-oleh tidak pantas masak. Memasak adalah pekerjaan kaum wanita atau untuk laki-laki feminim.
Mungkin sah saja dia mengatakan demikian, toh itu pendapat dia. Tapi kita juga mengenal yang namanya kesetaraan. Ketika ada banyak wanita saat ini yang melakukan pekerjaan layaknya pria, apakah pria tidak boleh melakukan pekerjaan layaknya wanita?? Selain itu memasak tidak hanya dijadikan pekerjaan. Mungkin hobi, mungkin panggilan jiwa atau bisa jadi berawal dari sebuah keterpaksaan.
Saya sendiri juga senang masak ketika sedang berada di rumah. Mulai dari masak air, masak mie instan, bahkan sampai memasak sayur membantu ibu. Semua itu saya lakukan dengan enjoy tanpa perasaan kalau saya adalah seorang lelaki feminim apalagi sebagai seorang wanita. Asalkan kita tidak melupakan kodratnya sebagai seorang laki-laki, toh kita tetap menjadi lelaki macho yang gemar memasak karena memasak tidak akan mengurangi sifat macho seorang lelaki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar