Total Tayangan Halaman

Minggu, 05 Agustus 2012

Journey to Semarang


Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk di sampingku kawan *Ebiet G Ade
Kalau kita mendengarkan seluruh syair lagu maka akan tahu maksud dari lagu itu sebenarnya. Yaitu menggambarkan bencana yang melanda sebuah daerah dengan tanah tandus sehingga menyebabkan penduduknya menderita bencana kekeringan. Banyak penduduk mati kelaparan, anak-anak kecil menjadi yatim-piatu karena ditinggal mati orang tuanya.
Namun, pada tahun 2006 penggalan syair lagu tersebut digunakan oleh sebuah produsen rokok terkemuka di negeri ini sebagai back sound iklan. Iklan ini sering muncul di televisi pada bulan Ramadhan 2006. Ceritanya, ada seorang laki-laki dengan sepeda motornya melakukan perjalanan sendirian hendak mudik. Di tengah perjalanan adzan maghrib berkumandang. Dia melaksanakan shalat maghrib di surau kecil tepi jalan. Selesai shalat dia mendapati kurmanya habis dimakan oleh orang tak dikenal.
Pasti kita akan marah apabila mengalami keadaan seperti itu. Lebih parah lagi mengumpat. Tapi, yang dilakukan pria dalam iklan rokok hanya sabar dengan cobaan yang dialaminya dalam perjalanan. Inilah sebuah ujian bagi seorang hamba yang bertakwa, mungkin begitu pikirnya.
Mungkin keadaan laki-laki dalam iklan rokok itu hampir sama dengan keadaanku kemarin sore, sama-sama melakukan perjalanan dengan motor kesayangan tanpa ditemani siapa pun baik itu, teman, saudara, pacar (emang punya?), atau istri (kalau yang ini belum punya) alias sendiri. Dan sama-sama menemui adzan maghrib ketika sedang menempuh perjalanan. Bedanya, saya tidak mengalami cobaan seperti sang pria dalam iklan rokok karena saya  nggak bawa kurma, dan saya tidak sedang melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman.
Perjalanan kemarin sore sungguh menyenangkan dan penuh tantangan. Berangkat dari Solo pukul 17.00 dan sampai di tujuan pukul 20.00. Sebenarnya bisa lebih cepat kalau saja saya tidak terlalu lama ngetem di warung makan. Selesai shalat maghrib mampir ke warung makan mengisi perut yang sebelumnya hanya diisi air putih sebagai pembatal puasa.
Di warung makan murah meriah (selera mahasiswa) saya tidak hanya makan saja, melainkan membalas beberapa pesan masuk yang belum sempat dibalas. Tidak terasa ternyata sudah setengah jam lebih berada di warung tersebut. Ada sebuah kejadian menarik di warung pinggir jalan raya. Kejadian yang menunjukan porsi makan mahasiswa vs sopir truk.

*bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar