Total Tayangan Halaman

Senin, 06 Agustus 2012

Mahasiswa vs Sopir Truk


Membaca judulnya pasti banyak yang beranggapan ada sebuah perselisihan antara mahasiswa dan sopir truk. Tebakan anda tidaklah salah total, memang ada sebuah perselisihan antara mahasiswa dan sopir truk. Perselisihan di sini bukanlah perselisihan seperti halnya petinju yang akan bertarung, misal Mike Tyson vs Evander Holifyld. Melainkan perselisihan dalam porsi makan.
Diantara kalian sudah banyak yang baca note saya kemarin yang  berjudul “Journey To Semarang” bukan? Note pada hari kemarin bersambung, dan inilah sambungannya.
Kejadian bermula ketika saya sedang makan malam di sebuah warung pinggir jalan raya Solo-Semarang. Kebetulan dekat warung adalah tempat ngetemnya para truk sehingga banyak sopir truk yang berkeliaran di situ. Lha, pas saya sedang makan tiba-tiba ada seorang pelanggan berbadan gemuk yang juga lagi makan memanggil pelayan warung: “mas!”
Pelayan warung datang mendekati pelanggan yang memanggilnya tadi sambil membawa piring berisi nasi putih. Piring berisi nasi putih disodorkan kepada pria  berbadan gemuk yang memanggilnya sambil berucap “biasa, pak.”
Hah?? Saya kaget melihat kejadian itu. Hanya dengan memanggil “mas” tanpa embel-embel “minta tambah nasi” sang pelayan sudah tau maksud dari pria berbadan gemuk yang tak lain adalah pak sopir. Apalagi ditambah ucapan pelayan dengan mengatakan “biasa, pak.”. Saya semakin percaya kalau sopir truk yang sedang makan di warung bersama saya sudah langganan di warung tersebut dan makannya lebih dari satu piring nasi putih.
Jadi teringat ketika saya dalam “masa pertumbuhan”. Pada waktu itu masih semester awal. Saya makan layaknya orang kesurupan. Bisa dikatakan porsi untuk dua orang saya kuat menghabiskannya sekali lahap. Bahkan sampai teman-teman saya hafal porsi makan saya. Kalau mereka melihat saya mengambil sedikit  makanan mereka akan berucap:”ra sah isin-isin”. Hanya senyuman yang mampu saya berikan, dengan tangan masih terus mengambil makanan yang saya inginkan.
Semua berakhir pada semester akhir, perut terasa sangat sakit dan susah untuk BAB. Saya putuskan berobat ke MC, Medical Centre UNS (mumpung mahasiswa gratis). Saya mendapat berbagai macam vitamin dan obat pelancar BAB disuruh beli sendiri di apotek luar karena di apotek MC tidak ada obat pelancar BAB. Saran dari dokter adalah perbanyak olahraga dan diet. Alhamdulillah sekarang sudah sehat. Tidak perlu ke klinik Tong Fang. Hehehe... 
Dulu mungkin saya bisa bersahabat dengan pak sopir karena sama-sama mempunyai porsi makan jumbo. Sekarang saya adalah lawan pak sopir dalam hal porsi makan. Sekadar catatan: Tidak semua sopir truk porsi makannya banyak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar